Marginal revenue product of labor sama dengan tingkat upah. Persamaan 3.15
hanya terdiri dari variabel T sebagai endogenus, variabel lainnya K
B
, K
P
, K
S
tidak nampak sehingga tidak mempengaruhi pilihan rumahtangga. Dari persamaan tersebut
dapat dipecahkan untuk T sebagai fungsi dari harga H
p
, G, parameter teknologi dari fungsi produksi dan areal lahan yang tetap.
T = TH
p
, G, L 3.16
dimana : T
= tingkat penggunaan atau permintaan input tenaga kerja
G = harga input
variabel L = input
tetap Persamaan 3.16 di atas menunjukkan bahwa dalam keputusan produksi dapat
dilakukan secara bebas dari keputusan konsumsi dan suplai tenaga kerja. Persamaan 3.16 disubstitusikan ke dalam RHS persamaan 3.14 untuk mendapatkan nilai
pendapatan penuh P melalui pilihan input tenaga kerja. Persamaan 3.14 menjadi:
H
B
K
B
+ H
p
K
p
+ GK
S
= P 3.17
Dalam memaksimumkan utilitas dengan kendala baru menghasilkan FOC :
∂U∂K
B
= λ H
B
3.18 ∂U∂K
p
= λ H
p
3.19 ∂U∂K
S
= λ G
3.20
H
B
K
B
+ H
p
K
p
+ GK
S
= P yang merupakan kondisi standar dari teori permintaan konsumen. P adalah pendapatan penuh saat keuntungan maksimum.
Pemecahan persamaan 3.17 menghasilkan kurva permintaan standar sebagai :
K
B
= K
B
H
B
, H
p
, G, P 3.21
K
p
= K
p
H
B
, H
p
, G, P 3.22
K
S
= K
S
H
B
, H
p
, G, P 3.23
Ketiga fungsi permintaan di atas menunjukkan permintaan barang konsumsi tergantung pada harga barang, harga input dan pendapatan. Pada kasus rumahtangga
pertanian, pendapatan ditentukan oleh aktivitas produksi rumahtangga. Hal ini mengikuti perubahan dalam faktor yang mempengaruhi produksi yang akan merubah
P pendapatan penuh dan perilaku konsumsi. Perilaku konsumsi tergantung perilaku produksi, tidak sebaliknya.
Berdasarkan pemikiran yang diuraikan di atas, ternyata bahwa rumahtangga memaksimumkan kepuasannya dihadapkan dengan kendala pendapatan, tehnologi
produksi dan waktu. Hal ini berbeda dengan konsumen sebagai individu dalam memaksimumkan kepuasannya. Konsumen sebagai individu dalam memaksimukan
kepuasannya hanya menghadapi satu kendala yaitu kendala anggaran. Implikasi ini menunjukkan bahwa rumahtangga dalam mengkonsumsi barang dan jasa tergantung
pada produksi. Pemecahan masalah produksi dan konsumsi seperti diuraikan di atas dapat dilakukan secara recursive karena model konsumsi dan produksi dianalisis
secara terpisah separable.
3.3. Perilaku Ekonomi Keputusan Peternak Sapi
Usaha ternak sapi merupakan suatu proses menghasilkan produk berupa daging dan susu serta ternak sebagai tenaga kerja dengan mengkombinasikan input
atau faktor produksi. Dalam teori ekonomi, input atau faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi secara umum terdiri dari lahan, tenaga kerja dan
modal. Input-input ini juga sebenarnya sebagai input yang digunakan dalam proses usaha ternak sapi. Crotty 1980 membagi input yang digunakan dalam memproduksi
ternak sapi ke dalam tiga kategori yaitu lahan, waktu dan input lain seperti pada Gambar 5.
Gambar 5. Keterkaitan Input, Aktivitas dan Output Pada Ternak Sapi
Gambar 5 tersebut menunjukkan proses penggunaan input dalam aktivitas ekonomi pemeliharaan ternak sapi menghasilkan output berupa produk akhir maupun
produk antara. Input yang digunakan adalah input waktu, lahan dan input lain. Aktivitas ekonomi yang dimaksud adalah aktivitas dalam pemeliharaan ternak sapi
daging dan sapi pekerja, ternak sapi bibit dan ternak sapi perah. Ternak sapi daging INPUT
AKTIVITAS OUTPUT
WAKTU LAHAN
INPUT LAIN
BETERNAK SAPI
+PEDAGING +PEKERJA
BETERNAK SAPI
BIBIT BETERNAK
SAPI PERAH
+DAGING +JASA TK
+PUPUK
+SUSU +PUPUK
Calves TENAGA
KERJA
dan pekerja menghasilkan produk akhir berupa daging, jasa tenaga kerja ternak dan pupuk. Ternak sapi bibit menghasilkan bibit sebagai produk antara. Sedangkan ternak
sapi perah menghasilkan susu sebagai produk antara dan menghasilkan pupuk sebagai produk akhir. Waktu mempengaruhi aktivitas pemeliharaan ternak sapi pedaging
pekerja dan ternak sapi bibit, tapi tidak mempengaruhi aktivitas pemeliharaan ternak sapi perah. Lahan dan input lain mempengaruhi ketiga aktivitas pemeliharaan ternak
sapi. Lahan adalah tertentu, yaitu spesifik untuk ternak sapi, bukan merupakan alternatif penggunaan. Dengan asumsi, lahan tetap baik kuantitas maupun
kualitasnya, maka dalam analisis ekonomi sumberdaya lahan adalah konstan sedangkan input lain bervariasi. Waktu digunakan sebagai input untuk ternak sapi,
alasannya bahwa waktu pemeliharaan ternak sapi berbeda-beda tergantung tujuan produksinya. Ternak sapi dengan tujuan penggemukan dapat dipotong dan
dikonsumsi sekarang, atau dapat ditahan untuk penggemukan lebih lanjut dan dikonsumsi yang akan datang. Ternak sapi yang dimanfaatkan sebagai tenaga kerja
dapat dipotong dan dikonsumsi sekarang, atau dipertahankan untuk memberikan jasa melebihi umur kerjanya.
Ternak sapi bibit, penggemukan atau untuk tenaga kerja dapat mencapai dewasa dengan lambat atau proses pematangannya dipercepat tergantung pada pakan.
Implikasinya agar ternak sapi dapat mencapai produktivitas yang diinginkan sesuai tujuan pemeliharaan dapat dilakukan pemberian pakan yang sesuai. Pakan yang
diberikan bukan hanya dilihat dari kuantitas tapi kualitasnya. Keputusan menentukan apakah tujuan pemeliharaan ternak sapi untuk bibit ataukah dipotong sangat
berhubungan dengan waktu. Waktu bukan sebagai input bagi sapi perah. Hal ini
disebabkan karena proses produksi sapi perah tidak dapat dipercepat atau diperlambat. Pada periode kebuntingan sapi perah selama sembilan bulan tidak
dipengaruhi gizi pakan atau faktor lain. Input lain dikategorikan kedalam tiga subkategori. Tiga tujuan pemeliharaan
ternak sapi dikenal sebagai : pertama, ternak sapi untuk tenaga kerja atau untuk pemotongan membutuhkan input lain, dinyatakan sebagai V
1
. Kedua, ternak sapi dibesarkan untuk pembibitan membutuhan input lain, dinyatakan sebagai V
2
. Ketiga, pemeliharaan sapi perah membutuhkan input lain, dinyatakan sebagai V
3
. Input lain disini merupakan ternak sapi bakalan yang digunakan sebagai bibit. Pada perusahaan
ternak sapi pedaging dan sebagai tenaga kerja membutuhkan input lain V
1
dari ternak yang dilahirkan. Ternak sapi dipelihara untuk pembibitan menghasil ternak
sapi sebagai bibit. Ternak sapi ini sebagai produk antara dan membutuhkan input lain V
2
dari ternak yang dilahirkan. Ternak sapi bibit tersebut menghasil bibit untuk perusahaan sapi perah dan dipelihara perusahaan lain untuk menghasilkan susu.
Ternak sapi yang menghasilkan susu merupakan produk akhir yang membutuhkan input lain V
3
dan ternak sapi yang dilahirkan sebagai produk antara. Ternak sapi perah melahirkan anak yang digunakan sebagai input V
1
pada perusahaan sapi penggemukan dan sebagai tenaga kerja. Sebagian sapi yang dilahirkan ini juga
merupakan input V
2
bagi perusahaan pembibitan. Ternak sapi anak dari perusahaan pembibitan masuk sebagai input produk akhir pada sektor ternak sapi V
3
dalam perusahaan sapi perah.
Peternak sapi dengan sistem pemeliharaan subsisten memproduksi sapi dan susu untuk konsumsi keluarga, atau untuk penggunaan tenaga kerja pada lahan milik
sendiri. Namun peternak subsisten berusaha mengorganisir produksi dengan memaksimumkan net benefit mereka. Penggunaan tenaga kerja berhubungan dengan
biaya dan berhubungan dengan produksi ternak atau susu. Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan maka produksi ternak atau susu semakin meningkat. Peternak
memproduksi ternak atau susu tidak memperhatikan apakah ternak atau susu untuk dijual di pasar atau untuk konsumsi sendiri. Atau apakah tenaga kerja yang digunakan
adalah tenaga kerja dalam keluarga ataukah tenaga kerja luar keluarga disewa. Permasalahan yang lebih kompleks dalam usaha ternak sapi yaitu dengan
empat aktivitas anak sapi, susu, produksi sapi bibit dan beternak sapi untuk daging dan tenaga kerja. Input yang digunakan adalah V
1
, V
2
, dan V
3
, dengan dua produk akhir yaitu susu dan daging atau jasa tenaga kerja. Peternak sapi berhubungan dengan
mengalokasikan sumberdayanya V
1
, V
2
, V
3
untuk memaksimumkan net benefit atau net revenue
NR. Penting untuk mengidentifikasi net revenue NR sebelum mempertimbang-
kan bagaimana memaksimumkannya. Penggunaan sumberdaya mempengaruhi net revenue
NR yang dihasilkan oleh aktivitas untuk menghasilkan produk akhir yaitu beternak sapi untuk pedaging atau untuk pekerja dan beternak sapi perah. Perhatian
pada aktivitas ini difokuskan pada aktivitas menghasilkan net revenue NR. Berdasarkan
pemikiran di atas, rumahtangga akan memutuskan apakah
pemeliharaan ternak sapinya untuk ternak perah, ternak sapi pedaging atau jasa tenaga kerja. Dalam penelitian ini, ternak sebagai obyek penelitian adalah ternak sapi
lokal yang menghasilkan daging dan jasa tenaga kerja. Di Sulawesi Utara ternak sapi dikenal dengan istilah “dwi fungsi” yang menghasilkan daging dan digunakan
sebagai tenaga kerja. Keputusan ekonomi pemeliharaan ternak sapi seperti di atas merupakan keputusan produksi. Aktivitas ekonomi keputusan produksi ternak sapi
tersebut dilakukan oleh rumahtangga. Rumahtangga meningkatkan produktivitas beternak sapi dalam rangka peningkatan pendapatan mereka. Peningkatan pendapatan
ini berdampak terhadap pengeluaran konsumsi rumahtangga. Sehingga rumahtangga harus memutuskan untuk memaksimumkan net revenue atau memaksimumkan
keuntungan. Tujuan ini merupakan tujuan rumahtangga sebagai produsen. Selain berperan sebagai produsen rumahtangga petani peternak berperan juga sebagai
konsumen. Implikasinya rumahtangga berusaha memaksimumkan keuntungan sekaligus net utilitas-nya. Net revenue atau keuntungan rumahtangga petani peternak
diperoleh dari selisih antara penjualan ternak sapi dengan biaya produksi. Biaya produksi terdiri dari biaya sapronak berupa bakalan, pakan dan obat-obatan.
Dalam menganalisis ekonomi untuk peternakan, perlu pemahaman model bioekonomi ternak sapi tersebut. Alasan utama model bioekonomi sebagai pilihan
dalam menganalisis adalah model ini biasanya digunakan sebagai manajemen Denham and Spreen, 1986. Keterkaitan antara model biologi dan model ekonomi
yang dinyatakan sebagai model bioekonomi ternak sapi dapat dilihat pada Gambar 6. Dalam usaha peternakan sapi, produktivitas ternak ditentukan oleh tiga unsur
yang saling mempengaruhi yaitu bibit, pakan dan manajemen. Ketiga unsur ini dinyatakan dalam sub model biologi, sub model ekonomi dan sub model manajemen.
Lingkungan mempengaruhi proses biologi pastura sub model biologi pastura, proses biologi ternak sapi sub model biologi ternak sapi dan usaha pemeliharaan ternak
sapi sebagai proses ekonomi sub model ekonomi pemeliharaan ternak sapi.
Gambar 6. Model Bioekonomi Ternak Sapi Denham and Spreen, 1986
SUB MODEL BIOLOGI PASTURA
+ PERTUMBUHAN + KUANTITAS
+ KUALITAS
SUB MODEL BIOLOGI TERNAK SAPI
+PERTUMBUHAN +REPRODUKSI
SUB MODEL EKONOMI USAHA TERNAK SAPI
+ PEDAGING + JASA TENAGA KERJA
SUB MODEL EKONOMI PRODUK TERNAK SAPI
+DAGING +JASA TENAGA KERJA
+PUPUK
+BIAYA +HARGA PASAR
+PERMINTAAN MANAJEMEN
+Bibit +Jumlah Ternak
+Penggembalaan
+Bibit +Kandang
+Pakan
+TK ternak +Pupuk
+LAPANGAN KERJA
+PENDAPATAN +KEUNTUNGAN
Tanaman L
I N
G K
U N
G A
N
Sub model biologi pastura merupakan proses biologi yang menghasilkan hijauan baik rumput maupun leguminosa. Dampak lingkungan tersebut
mempengaruhi pertumbuhan, kuantitas dan kualitas hijauan sebagai makanan ternak. Sub model biologi ternak sapi merupakan proses biologi dalam menghasilkan ternak
sapi. Lingkungan dan sumberdaya pakan bermanfaat bagi ternak mempengaruhi produksi dan reproduksi ternak sapi yang dihasilkan. Dalam sub model ini mampu
memprediksi karakteristik produksi ternak seperti pertumbuhan dan atau reproduksi ternak.
Sub model ekonomi pemeliharaan ternak sapi merupakan aktivitas ekonomi penggunaan input dalam menghasilkan produksi ternak sapi. Lingkungan dan
pertumbuhan serta reproduksi ternak sapi mempengaruhi produksi ternak sapi sebagai ternak sapi pedaging atau ternak sapi pekerja. Pada proses ini dapat ditentukan
beberapa keuntungan bila ternak dipelihara sampai dewasa dan dipertahankan dengan kualitas yang sama. Proses dalam aktivitas ekonomi pemeliharaan ternak sapi
menentukan sub model ekonomi produk akhir ternak sapi berupa daging, jasa tenaga kerja dan pupuk. Dalam sub model ekonomi ini dipengaruhi oleh faktor biaya, harga
pasar dan permintaan pasar. Sub model biologi dan ekonomi ini mempengaruhi sub model manajemen.
Sebaliknya sub model manajemen mempengaruhi sub model biologi dan ekonomi. Sub model manajemen ini menyangkut penggunaan bibit ternak sapi, perkandangan,
pakan kuantitas maupun kualitas. Selain itu manajemen menyangkut penggunaan bibit hijauan, jumlah ternak, penggembalaan dan irigasi dalam penelitian ini tidak
dianalisis karena pakan yang dikonsumsi ternak berasal dari limbah pertanian.
Manajemen juga menyangkut tenaga kerja ternak sapi dan pupuk yang berdampak terhadap aktivitas usaha kelapa dan tanaman pangan yang dilakukan rumahtangga.
Sub model biologi, sub model ekonomi dan sub model manajemen mempengaruhi ketersediaan lapangan kerja, pendapatan dan keuntungan rumah-
tangga. Berdasarkan hubungan tersebut, dengan mengasumsikan model biological secara efektif dioperasikan, output dapat bermanfaat untuk proyeksi ekonomi.
3.4. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Peternak