Implikasi Kebijakan KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

4. 5. keluarga, permintaan tenaga kerja sewa, curahan tenaga kerja sebagai buruh tani dan penawaran tenaga kerja ternak sapi. Kombinasi peningkatan biaya transaksi biaya perantara penjualan sapi, biaya transpor penjualan jagungkopra dan harga output memberikan dampak positif terbaik terhadap pendapatan dan kesejahteraan pengeluaran rumahtangga petani usaha ternak sapi – jagung di Minahasa dan usaha ternak sapi – kelapa di Bolaang Mongondow. Kombinasi penurunan biaya transaksi biaya perantara penjualan sapi, peningkatan biaya transaksi biaya transpor penjualan sapi, biaya administrasi, biaya retribusi, biaya transpor penjualan jagungkopra dan harga output memberikan dampak positif terbaik terhadap pendapatan dan kesejahteraan pengeluaran rumahtangga petani usaha ternak sapi – jagung di Minahasa dan usaha ternak sapi – kelapa di Bolaang Mongondow.

9.2. Implikasi Kebijakan

Berdasarkan hasil penelitian maka terdapat beberapa implikasi kebijakan yang dapat menunjang pengembangan usaha ternak sapi di Sulawesi Utara, khususnya menunjang aktivitas ekonomi rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman. Implikasi kebijakan tersebut diantaranya : 1. Rumahtangga petani usaha ternak sapi – tanaman di Sulawesi Utara mengeluarkan biaya perantara cukup tinggi. Rumahtangga petani usaha ternak sapi-kelapa di Bolaang Mongondow menjual ternak dengan didatangi pedagang yang menyebabkan biaya transportasi lebih tinggi. Dalam menghadapi kasus ini, 2. 3. diperlukan suatu lembaga sebagai wadah yang dapat memberikan informasi pembeli dan harga. Hal ini dapat membantu rumahtangga dalam penjualan ternak sapi dan tidak dipermainkan pedagang. Perlu dibangun pasar blantik di Bolaang Mongondow. Selain itu, diperlukan intervensi pemerintah untuk mengupayakan sarana dan prasarana terutama timbangan ternak sapi di Sulawesi Utara. Perlu peningkatan kualitas ternak sapi dengan cara inseminasi buatan terutama di Bolaang Mongondow. Biaya perantara penjualan sapi oleh rumahtangga petani usaha ternak sapi – tanaman di Sulawesi Utara cukup tinggi, ada kecenderungan setiap tahun mengalami peningkatan dan tidak dapat dihindari oleh rumahtangga. Perlu intervensi pemerintah dalam peningkatan harga ouput dan regulasi penetapan bobot minimum penjualan sapi sebagai upaya untuk mengimbangi peningkatan biaya transaksi. Kenaikan harga output dapat mengkompensasi adanya kenaikan biaya transaksi, harga input dan upah tenaga kerja. Upaya ini dapat direspon rumahtangga dengan meningkatkan penggunaan input, produksi sapi, total pendapatan dan pengeluaran rumahtangga. Adanya program otonomisasi daerah menyebabkan pemerintah menetapkan biaya administrasi dan retribusi penjualan ternak sapi lebih tinggi sebagai pendapatan daerah. Akibatnya biaya transaksi yang ditanggung rumahtangga akan lebih tinggi, sehingga perlu upaya penurunan biaya perantara. Ke depan perlu intervensi pemerintah untuk perbaikan kelembagaan misalnya koperasi sebagai upaya penekanan biaya perantara. 4. Usaha ternak sapi di Sulawesi Utara perlu diarahkan ke sistem integrasi usaha tenak sapi-tanaman. Sistem ini sebagai upaya meminimalkan biaya transaksi, sehingga perlu bantuan pemerintah untuk memberikan penyuluhan serta pembentukan kelompok-kelompok tani ternak

9.3. Saran Penelitian Lanjutan