Pengaruh Biaya Transaksi Terhadap Alokasi Tenaga Kerja

8.4.2. Pengaruh Biaya Transaksi Terhadap Alokasi Tenaga Kerja

Berdasarkan teori ekonomi, peningkatan upah memberikan dampak positif terhadap penawaran tenaga kerja keluarga dan curahan kerja sebagai buruh tani. Sebaliknya peningkatan upah memberikan dampak negatif terhadap permintaan tenaga kerja sewa. Hubungan upah Rpjam dan penawaran tenaga kerja keluarga pada usaha ternak sapi jamtahun pada kondisi ada biaya transaksi, kondisi tidak ada biaya perantara dan kondisi tidak ada biaya transaksi baik di Minahasa maupun Bolaang Mongondow dapat dilihat pada Gambar 12 dan Gambar 13. 3900 4100 4300 4500 573 575 577 579 Tenaga Kerja Keluarga Usaha Sapi JamTahun U p ah T en ag a K er ja R p Jam TK Keluarga Usaha Sapi Kondisi Ada Biaya Transaksi TK Keluarga Usaha Sapi Kondisi Tidak Ada Biaya Perantara TK Keluarga Usaha Sapi Kondisi Tidak Ada Biaya Transaksi Gambar 12. Pengaruh Biaya Transaksi terhadap Penawaran Tenaga Kerja pada Usaha Ternak Sapi di Minahasa pada Kondisi Ada Biaya Transaksi, Tidak Ada Biaya Perantara dan Tidak Ada Biaya Transaksi Gambar 12 dan 13 menunjukkan upah berhubungan positif dengan penawaran tenaga kerja pada usaha ternak sapi di Minahasa. Peningkatan upah menyebabkan tenaga kerja keluarga pada usaha ternak sapi meningkat. Pada tingkat upah yang sama, rumahtangga akan mengaloksikan tenaga kerja keluarga dalam usaha sapi lebih besar pada kondisi tidak ada biaya perantara dibanding kondisi tidak ada biaya transaksi. Rumahtangga juga akan mengaloksikan tenaga kerja keluarga dalam usaha sapi lebih besar pada kondisi ada biaya transaksi dibanding kondisi tidak ada biaya perantara dan kondisi tidak ada biaya transaksi. Adanya biaya transaksi mengurangi budget rumahtangga menyebabkan mereka menambah jam kerja tenaga keluarga untuk meminimalkan biaya produksi. Dalam hal ini kurva hubungan upah dan penawaran tenaga kerja keluarga lebih elastis pada usaha sapi rumahtangga petani peternak di Bolaang Mongondow. Kondisi ini menunjukkan biaya transaksi sangat berpengaruh terhadap penawaran tenaga kerja keluarga di Bolaang Mongondow. 3600 4000 4400 4800 500 1000 1500 2000 2500 Tenaga Kerja Keluarga Usaha Sapi JamTahun U p ah T en ag a K er ja R p Jam TK Keluarga Usaha Sapi Kondisi Ada Biaya Transaksi TK Keluarga Usaha Sapi Kondisi Tidak Ada Biaya Perantara TK Keluarga Usaha Sapi Kondisi Tidak Ada Biaya Transaksi Gambar 13. Pengaruh Biaya Transaksi terhadap Penawaran Tenaga Kerja Keluarga pada Usaha Ternak Sapi di Bolaang Mongondow pada Kondisi Ada Biaya Transaksi, Tidak ada Biaya Perantara dan Tidak Ada Biaya Transaksi Hubungan upah dan penawaran tenaga kerja pada usaha jagungkelapa pada kondisi ada biaya transaksi, kondisi tidak ada biaya perantara dan kondisi tidak ada biaya transaksi baik di Minahasa maupun Bolaang Mongondow dapat dilihat pada Gambar 14 dan Gambar 15. 3700 4000 4300 4600 300 450 600 750 Tenaga Kerja Keluarga Usaha Jagung JamTahun U p ah T en ag a K er ja R p Jam TK Keluarga Usaha Jagung Kondisi Ada Biaya Transaksi TK Keluarga Usaha Jagung Kondisi Tidak Ada Biaya Perantara TK Keluarga Usaha Jagung Kondisi Tidak Ada Biaya Transaksi Gambar 14. Pengaruh Biaya Transaksi terhadap Penawaran Tenaga Kerja Keluarga pada Usaha Jagung di Minahasa pada Kondisi Ada Biaya Transaksi, Tidak ada Biaya Perantara dan Tidak Ada Biaya Transaksi Upah tenaga kerja berhubungan positif dengan penawaran tenaga kerja keluarga pada usaha jagung di Minahasa Gambar 14. Seperti hubungan upah dan penawaran tenaga kerja pada usaha sapi, peningkatan upah tenaga kerja mengakibatkan peningkatan tenaga kerja keluarga pada usaha jagung. Pada tingkat upah sama, penawaran tenaga kerja keluarga dalam usaha jagung pada kondisi tidak ada biaya perantara lebih besar dibanding kondisi tidak ada biaya transaksi. Selanjutnya, penawaran tenaga kerja keluarga dalam usaha jagung pada kondisi tidak ada biaya transaksi lebih besar dibanding kondisi tidak ada biaya perantara dan kondisi ada biaya transaksi. Hal ini disebabkan penawaran tenaga kerja keluarga pada usaha jagung bersubstitusi dengan tenaga kerja sewa pada usaha jagung. 3600 4000 4400 4800 -100 -50 50 100 Tenaga Kerja Keluarga Usaha Kelapa JamTahun U pa h Te na ga K e rj a R p J a m TK Keluarga Usaha Kelapa Kondisi Ada Biaya Transaksi TK Keluarga Usaha Kelapa Kondisi Tidak Ada Biaya Perantara TK Keluarga Usaha Kelapa Kondisi Tidak Ada Biaya Transaksi Gambar 15. Pengaruh Biaya Transaksi terhadap Penawaran Tenaga Kerja Keluarga pada Usaha Kelapa di Bolaang Mongondow pada Kondisi Ada Biaya Transaksi, Tidak ada Biaya Perantara dan Tidak Ada Biaya Transaksi Upah tenaga kerja Rpjam berhubungan negatif dengan penawaran tenaga kerja keluarga pada usaha kelapa jamtahun di Bolaang Mongondow Gambar 15. Fenomena ini menunjukkan dengan naiknya upah mengakibatkan rumahtangga menurunkan penawaran tenaga kerja keluarga dalam usaha kelapa. Hal ini dilakukan sebagai upaya mensubstitusi peningkatan tenaga kerja keluarga dalam usaha ternak sapi. Hal ini bertentangan dengan teori ekonomi, bahwa semakin tinggi upah maka rumahtangga mencurahkan tenaga kerja keluarga untuk usahatani tertentu. Dalam kasus di Bolaang Mongondow rumahtangga menghadapi kendala budget untuk membayar upah tenaga kerja dalam proses pembuatan kopra, sehingga rumahtangga menyewakan pohon kelapa ke pedagang. Walaupun pada tingkat upah yang sama rumahtangga akan mencurahkan tenaga kerja keluarga lebih besar dalam kondisi tidak ada biaya perantara dibanding kondisi ada biaya transaksi. Selanjutnya, rumahtangga akan mencurahkan tenaga kerja keluarga lebih besar dalam kondisi tidak ada biaya transaksi dibanding kondisi tidak ada biaya perantara dan kondisi tidak ada biaya transaksi. Fenomena ini menunjukkan pengaruh biaya transaksi sangat besar terhadap penawaran tenaga kerja keluarga pada usaha kelapa. Hubungan upah Rpjam dan permintaan tenaga kerja sewa pada usaha jagungkelapa jamtahun pada kondisi ada biaya transaksi, kondisi tidak ada biaya perantara dan kondisi tidak ada biaya transaksi rumahtangga petani peternak sapi baik di Minahasa maupun di Bolaang Mongondow dapat dilihat pada Gambar 16 dan Gambar 17. Gambar 16 dan 17 menunjukkan bahwa upah tenaga kerja berhubungan negatif dengan permintaan tenaga kerja luar keluarga sewa pada usaha jagung di Minahasa dan usaha kelapa di Bolaang Mongondow. Peningkatan upah tenaga kerja mengakibatkan penurunan tenaga kerja sewa pada usaha jagung. Fenomena ini sesuai dengan teori ekonomi, bahwa semakin tinggi upah maka permintaan tenaga kerja sewa semakin berkurang baik pada kondisi ada biaya transaksi, kondisi tidak ada biaya perantara maupun kondisi tidak ada biaya transaksi. Namun fenomena di Minahasa menunjukkan bahwa pada kondisi ada biaya transaksi dengan tingkat upah yang sama rumahtangga akan menggunakan tenaga kerja sewa lebih besar pada usaha jagung. Hal ini disebabkan tenaga kerja sewa pada jagung bersubstitusi dengan tenaga kerja keluarga pada usaha jagung. Selain itu, sudah menjadi tradisi di Minahasa rumahtangga akan menggunakan tenaga kerja sewa pada usaha jagung walaupun biaya transaksi meningkat. 3800 4000 4200 4400 4600 30 50 70 90 Tenaga Kerja Sewa Usaha Jagung JamTahun U p ah T en ag a K er ja R p Jam TK Sewa Usaha Jagung Kondisi Ada Biaya Transaksi TK Sewa Usaha Jagung Kondisi Tidak Ada Biaya Perantara TK Sewa Usaha Jagung Kondisi Tidak Ada Biaya Transaksi Gambar 16. Pengaruh Biaya Transaksi terhadap Permintaan Tenaga Kerja Sewa Pada Usaha Jagung di Minahasa pada Kondisi Ada Biaya Transaksi, Tidak ada Biaya Perantara dan Tidak Ada Biaya Transaksi Berbeda dengan di Minahasa, rumahtangga petani di Bolaang Mongondow akan menyewa tenaga kerja lebih banyak pada kondisi tidak ada biaya transaksi dengan tingkat upah yang sama. Naiknya biaya transaksi mengakibatkan budget rumahtangga petani di Bolaang Mongondow semakin berkurang sehingga mereka mengurangi permintaan tenaga kerja sewa. 3600 4000 4400 4800 -1590 -1190 -790 -390 10 Tenaga Kerja Sewa Usaha Kelapa JamTahun U p ah T en ag a K er ja R p J am TK Sewa Usaha Kelapa Kondisi Ada Biaya Transaksi TK Sewa Usaha Kelapa Kondisi Tidak Ada Biaya Perantara TK Sewa Usaha Kelapa Kondisi Tidak Ada Biaya Transaksi Gambar 17. Pengaruh Biaya Transaksi terhadap Permintaan Tenaga Kerja Sewa pada Usaha Kelapa di Bolaang Mongondow pada Kondisi Ada Biaya Transaksi, Tidak ada Biaya Perantara dan Tidak Ada Biaya Transaksi Hubungan upah tenaga kerja Rpjam dan curahan kerja keluarga sebagai buruh tani jamtahun baik pada kondisi ada biaya transaksi, kondisi tidak ada biaya perantara penjualan maupun kondisi tidak ada biaya transaksi rumahtangga petani peternak sapi di Minahasa dan Bolaang Mongondow dapat dilihat pada Gambar 18 dan Gambar 19. Gambar 18 dan 19 menunjukkan bahwa upah tenaga kerja berhubungan positif dengan curahan kerja sebagai buruh tani rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman di Minahasa dan Bolaang Mongondow. Peningkatan upah tenaga kerja mengakibatkan peningkatan curahan kerja keluarga sebagai buruh tani baik pada kondisi ada biaya transaksi, kondisi tidak ada biaya perantara maupun kondisi tidak ada biaya transaksi rumahtangga petani di Minahasa dan Bolaang Mongondow. Fenomena ini sesuai dengan teori ekonomi, bahwa semakin tinggi upah tenaga kerja maka curahan kerja keluarga sebagai buruh tani semakin tinggi. 3900 4100 4300 4500 1000 1200 1400 1600 1800 Curahan Kerja Sebagai Buruh Tani JamTahun U pa h Te na ga K e rj a R p J a m Curahan Kerja Buruh Tani Kondisi Ada Biaya Transaksi Curahan Kerja Buruh Tani Kondisi Tidak Ada Biaya Perantara Curahan Kerja Buruh Tani Kondisi Tidak Ada Biaya Transaksi Gambar 18. Pengaruh Biaya Transaksi terhadap Curahan Kerja Keluarga Sebagai Buruh Tani di Minahasa pada Kondisi Ada Biaya Transaksi, Tidak ada Biaya Perantara dan Tidak Ada Biaya Transaksi Namun biaya transaksi bagi rumahtangga di Minahasa pengaruhnya kecil bagi curahan kerja keluarga. Dalam hal ini pada tingkat upah yang sama, rumahtangga akan mencurahkan jam kerja sebagai buruh tani lebih besar pada kondisi tidak ada biaya transaksi. Hal ini disebabkan curahan kerja sebagai buruh tani bersubstitusi dengan penawaran tenaga kerja pada usaha sapi di Minahasa. Rumahtangga petani peternak di Minahasa menawarkan tenaga kerja keluarga lebih besar pada usaha sapi untuk kondisi ada biaya transaksi dengan tingkat upah yang sama. 3600 4000 4400 4800 1000 1500 2000 2500 Curahan Kerja Buruh Tani JamTahun U pah Te n a ga K e rj a R p J a m Curahan Kerja Buruh Tani Kondisi Ada Biaya Transaksi Curahan Kerja Buruh Tani Kondisi Tidak Ada Biaya Perantara Curahan Kerja Buruh Tani Kondisi Tidak Ada Biaya Transaksi Gambar 19. Pengaruh Biaya Transaksi terhadap Curahan Kerja Keluarga Sebagai Buruh Tani di Bolaang Mongondow pada Kondisi Ada Biaya Transaksi, Tidak ada Biaya Perantara dan Tidak Ada Biaya Transaksi Berbeda dengan di Minahasa, petani peternak sapi di Bolaang Mongondow akan mencurahkan tenaga kerja keluarga sebagai buruh tani lebih besar pada kondisi ada biaya transaksi dengan tingkat upah yang sama. Hal ini disebabkan pada tingkat upah yang sama rumahtangga petani di Bolaang Mongondow akan menawarkan tenaga kerja keluarga lebih besar pada usaha kelapa untuk kondisi tidak ada biaya transaksi. Fenomena ini terjadi sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan rumahtangga karena adanya keterbatasan budget. peningkatan konsumsi jagung. Konsumsi jagung oleh ternak di Minahasa sudah tertentu disebabkan penanaman jagung juga sudah tertentu. Estimasi peubah produksi jagung berpengaruh nyata terhadap konsumsi jagung pada taraf nyata 15 persen. Artinya peningkatan produksi jagung pengaruhnya sangat besar terhadap peningkatan konsumsi jagung. Rumahtangga berusaha meningkatkan kualitas pakan, sehingga semakin banyak produksi jagung maka jumlah jagung muda yang diberikan ke ternak semakin banyak. Seperti telah dijelaskan bahwa rumahtangga petani peternak sapi di Minahasa menanam jagung sebagai upaya meningkatkan kualitas pakan sapi. Hasil analisis menunjukkan nilai elastisitas peubah konsumsi jagung terhadap biaya pembelian rumput lebih kecil satu. Artinya konsumsi jagung tidak responsif terhadap biaya pembelian rumput. Rumahtangga petani peternak sapi di Minahasa tidak merespon peningkatan konsumsi jagung karena meningkatnya biaya rumput. Seperti dijelaskan di atas bahwa ketersediaan jagung terbatas karena tergantung musim tanam. Pada waktu-waktu tertentu rumahtangga membutuhkan rumput sebagai pakan walaupun diperoleh dengan cara beli. Hal ini dialami rumahtangga pada saat musim kemarau. Nilai elastisitas peubah konsumsi jagung terhadap penerimaan penjualan sapi lebih kecil satu. Artinya konsumsi jagung tidak responsif terhadap penerimaan penjualan ternak sapi. Walaupun penerimaan penjualan ternak sapi meningkat menyebabkan peningkatan konsumsi jagung oleh ternak. Hal ini disebabkan konsumsi jagung sudah tertentu selain itu ketersediaannya terbatas karena tergantung musim tanam. Nilai elastisitas peubah konsumsi jagung terhadap produksi jagung lebih kecil satu. Artinya konsumsi jagung tidak responsif terhadap produksi jagung. Peningkatan produksi jagung pengaruhnya sangat besar terhadap konsumsi jagung oleh ternak. Namun peningkatan produksi jagung tidak langsung direspon rumahtangga petani peternak sapi dengan meningkatkan konsumsi jagung oleh ternak. Hal ini disebabkan rumahtangga membutuhkan budget untuk dialokasikan sebagai pengeluaran. Walaupun produksi jagung meningkat pengaruhnya sangat kecil terhadap konsumsi jagung. 7.7.5. Surplus Pasar Kelapa Surplus pasar kelapa SPK rumahtangga petani peternak sapi di Bolaang Mongondow secara bersama-sama dipengaruhi harga buah kelapa HBK, produksi buah kelapa PROB, total pengeluaran TP dan biaya transaksi penjualan kopra BTRK. Hasil analisis pada Tabel 42 menunjukkan semua tanda estimasi untuk peubah-peubah yang mempengaruhi peubah endogen surplus pasar kelapa telah sesuai kriteria ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian rumahtangga menjual buah kelapa dengan harga Rp 450 per kg. Semakin tinggi harga mendorong rumahtangga menjual kelapa dalam bentuk buah bukan kopra. Pengaruh harga cukup tinggi terhadap penjualan buah kelapa. Hal ini disebabkan dalam proses pembuatan kopra membutuhkan biaya produksi yang cukup besar. Walaupun surplus kelapa tidak responsif terhadap harga kelapa. Produksi buah kelapa berpengaruh sangat nyata terhadap surplus pasar kelapa. Artinya semakin banyak buah kelapa menyebabkan surplus pasar kelapa semakin banyak. Sebagian rumahtangga menjual kelapa dalam bentuk buah kelapa. Hal ini dilakukan karena penjualan dalam bentuk buah tidak membutuhkan tenaga kerja sewa lebih banyak. Tenaga kerja yang dibutuhkan hanya untuk mengupas buah kelapa sehingga biaya yang dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja lebih sedikit. Walaupun surplus kelapa di daerah penelitian tidak responsif terhadap produksi kelapa. Rumahtangga membutuhkan pendapatan untuk dialokasikan sebagai pengeluaran baik untuk kebutuhan pokok, non pokok maupun proses usaha kelapa. Total pengeluaran dihitung dari total pengeluaran rumahtangga untuk konsumsi pangan, non pangan dan investasi pendidikan. Peningkatan total pengeluaran menyebabkan terjadinya peningkatan surplus pasar kelapa dan pengaruhnya nyata. Namun surplus pasar kelapa tidak responsif terhadap total pengeluaran. Dalam hal ini masih ada sumber pendapatan yang lain. Biaya transaksi penjualan kopra terdiri dari biaya transpor penjualan kopra dan biaya penyimpanan kopra. Biaya transaksi tersebut mempengaruhi surplus pasar kelapa. Peningkatan biaya transaksi dapat mendorong rumahtangga untuk meningkatkan surplus pasar kelapa. Penjualan dalam bentuk buah kelapa untuk menghindari adanya biaya transaksi penjualan kopra yang cukup tinggi. Namun surplus pasar kelapa tidak responsif terhadap biaya transaksi. Sebagian besar rumahtangga masih menjual dalam bentuk kopra. Hal ini disebabkan pedagang yang membeli buah kelapa masih sangat kurang. Buah kelapa sebagai bahan baku pembuatan tepung kelapa, sedangkan kopra merupakan produk ekspor dan sebagai bahan baku minyak goreng.

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN