Proses-proses Pengolahan Kelapa Sawit

kualitasnya. Dengan demikian proses ini dapat juga disebut proses pemurnian. Pemucatan adalah proses penjerapan secara fisik dengan menggunakan bleaching earth atau karbon aktif untuk lebih jauh membuang zat-zat yang tidak diinginkan seperti residu sabun untuk menetralkan minyak, presipitasi gum, logam, produk-produk oksidasi dan pigmen warna seperti klorofil. 3 Deodorisasi dan Fraksinasi. Degummed and bleached palm oil DBPO kemudian dialirkan ke deodorizer untuk proses deacidifikasi dan deodorisasi. Kemudian RBDPO disaring melalui penyaring pengendap lain untuk menghasilkan minyak yang lebih murni, dialirkan lagi ke PHE untuk memanaskan minyak sawit yang baru masuk pretreatment, dan akhirnya dipompa ke tangki timbun pada suhu 50 o -80 o C. Untuk menghasilkan produk-produk turunan lain proses dapat dilanjutkan dengan proses Fatty Acid Distillation Plant FADP atau Dry Fractionation Plant untuk mendapatkan PFAD, Refined, Bleached, Deodorized Palm Olein RBDPO serta Refined, Bleached, Deodorized Palm Stearin RBDPS. Fraksinasi digunakan untuk menghasilkan beberapa grade olein sawit grade normal, grade super dan olein. Seperti halnya pada proses industri kimia yang lain maka proses pembuatan CPORBDPO ini memerlukan kondisi- kondisi operasional seperti suhu, tekanan, bahan baku, perlengkapan dan peralatan proses, adanya katalist, dll yang harus diikuti untuk mendapatkan hasil maksimal dengan kualitas maksimal pula Hariyadi, 2007. Industri pembuatan RBDPO dan produk turunannya dari minyak sawit saat ini sangat diperlukan dan menguntungkan bagi negara Indonesia karena kebutuhan akan minyak goreng RBDPO adalah kebutuhan sehari-hari dan akan terus dibutuhkan. Pabrik RBDPO sangat banyak dan persaingan pasar sangat ketat antara semua produsen. Penggunaan bahan baku yang baik, proses produksi yang terbukti aman bagi pemakai akhir, serta harga yang terjangkau akan memberikan pangsa pasar yang bagus bagi produsennya. Untuk menambah daya saing Indonesia didunia internasional sudah selayaknya diupayakan berdirinya industri-industri turunan minyak sawit menjadi olein dan produk-produk lain yang bernilai jauh lebih tinggi. Perjuangan untuk merebut pasar lokal maupun internasional sangat perlu dilakukan, dan kita tidak seharusnya bertahan pada posisi sebagai penghasil dan eksportir minyak sawit saja yang bernilai jual lebih rendah Kementerian Pertanian, 2009.

2.2.3 Rantai Pasok Industri Minyak Sawit

Pada disertasi ini diambil sudut pandang kegiatan usaha, artinya rantai pasok dilihat sebagai suatu urutan dari proses pengambilan dan pelaksanaan keputusan dan arus produk, informasi dan dana, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, dan hal-hal tersebut berlangsung didalam dan diantara tahap-tahap rantai pasok yang berbeda. Rantai pasok yang sesungguhnya akan meliputi pengembangan produk, pemasaran, kegiatan operasional, distribusi, keuangan, dan pelayanan kepada pelanggan Chopra dan Meindl, 2007.

2.3 Nilai Tambah dan Risiko

2.3.1 Pengertian Umum Nilai Tambah

Nilai tambah dapat didefinisikan sebagai pertambahan nilai yang terjadi pada suatu komoditas karena komoditas tersebut mengalami proses pengolahan lebih lanjut dalam suatu proses produksi Coltrain et al., 2000. Menurut Hines 2004 nilai tambah adalah “beda antara biaya input dengan nilai output”. Konsep nilai tambah adalah status pengembangan nilai yang terjadi karena adanya input fungsional yang diperlakukan pada status komoditas. Input fungsional adalah perlakuan dan jasa yang menyebabkan bertambahnya kegunaan dan nilai komoditas selama mengikuti arus komoditas pertanian Harjanto, 1999. Nilai tambah merupakan motif utama untuk berdirinya dan berkembangnya suatu usaha. Tanpa nilai tambah ini maka tidak ada pengusaha ataupun investor yang mau melakukan usaha atau menanamkan modalnya dalam suatu usaha. Upaya untuk merealisasikan peningkatan keuntungan merupakan motivasi yang paling kuat yang mendorong seseorang atau organisasi untuk ikut dalam suatu rantai pasok Li dan Yuanyuan, 2005. Bunte 2006 menyatakan bahwa distribusi biaya dan keuntungan yang tidak merata sepanjang rantai pasok agroindustri membahayakan kelangsungannya, karena menghambat upaya-upaya modernisasi pertanian tersebut yang pada gilirannya akan menghambat kemajuan industri tersebut. Bunte 2006 mengamati bahwa porsi keuntungan pelaku pertanian dari tahun ke tahun di Eropa semakin mengecil dibandingkan para pengolah, perdagangandistribusi dan pelayanan jasa makanan. Hal ini disebabkan karena produktivitas dalam bidang pertanian meningkat lebih tinggi dan cepat dibandingkan dengan bidang manufaktur dan pelayanan jasa Bernard dan Jones, 1996. Bunte mengamati juga bahwa faktor produktivitas dalam pertanian meningkat 40 dan 180 lebih cepat ketimbang faktor produktivitas dalam manufaktur dan jasa pelayanan. Sebagai dampaknya bidang pertanian mempekerjakan lebih sedikit faktor produksi dan porsinya dalam nilai tambah produk makanan menjadi menurun.

2.3.2 Kebutuhan Terhadap Nilai Tambah

Pada setiap bisnis, nilai tambah diperlukan agar pengusaha atau penanam modal mendapatkan tingkat keuntungan atau nilai tambah yang menarik, yaitu melebihi tingkat pendapatan pada investasi yang aman seperti deposito di bank atau investasi lain. Distribusi nilai tambah atau keuntungan sepanjang suatu rantai pasok haruslah adil dan disepakati semua anggota rantai pasok untuk menjaga kerjasama dan keberlangsungannya Li dan Yuanyuan, 2005. Salah satu atau sekelompok anggota dapat saja menjadi dominan didalam rantai pasok tersebut dan berperan sebagai pemimpin serta mengambil porsi yang lebih besar dari keuntungan pelaku yang lain. Untuk mengatasi dominasi itu harus dilakukan kerjasama antara para pelaku rantai pasok. Daya tarik bagi investor atau pengusaha untuk bergerak dalam usaha apapun termasuk usaha agroindustri adalah adanya pengaturan yang seimbang antara risiko dan imbalan keuntungan Preckel et al., 2004. Van Staden 2000 mendefinisikan nilai tambah sebagai nilai yang diciptakan oleh karena adanya kegiatan suatu perusahaan dan para pekerja atau karyawannya, dihitung dengan mengurangi penjualan dengan biaya-biaya pembelian bahan- bahan dan jasa-jasa.

2.3.3 Pengertian Nilai Tambah untuk Penelitian ini

Tujuan dari suatu rantai pasok, termasuk rantai pasok agroindustri adalah menciptakan nilai tinggi untuk konsumen produk akhirnya Chen et al., 2010. Untuk tujuan ini sangatlah penting bahwa kapasitas dan fasilitas produksi dibagikan secara benar kepada para anggota rantai pasok, dan untuk melakukan hal ini diperlukan informasi yang lengkap dan akurat dari sisi hulu dan hilir rantai pasok tersebut. Nilai tambah diperlukan oleh semua pihak yang berkepentingan dalam suatu kegiatan usaha dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: 1 Pengusaha atau penanam modal menginginkan pendapatan dengan tingkat keuntungan atau nilai tambah yang menarik, yaitu melebihi tingkat pendapatan pada investasi yang aman seperti deposito di bank atau investasi lain. Tingkat keuntungan ini harus lebih besar dari “weighted average cost of capital” WACC atau “minimum acceptable rate of return ” MARR. 2 Pengelola atau manajer yang tidak berhasil menciptakan tingkat keuntungan yang cukup tinggi untuk dapat memberikan imbalan investasi kepada pemilik modal, akan kehilangan pekerjaannya. Perusahaan akan dapat bangkrut dan karyawan akan kehilangan nafkahnya bagi diri dan keluarganya. 3 Perusahaan yang bangkrut akan menyebabkan pemasoknya kehilangan peluang untuk memasok bahan baku. Bila perusahaan yang bangkrut ini merupakan pembeli yang utama dari produk yang dihasilkannya maka pemasok inipun akan mengalami kemunduran usahanya. 4 Para konsumen dari perusahaan yang berhenti beroperasi juga akan terpaksa mencari perusahaan lain yang memproduksi barang yang sama. 5 Pemerintah akan kehilangan peluang untuk mendapatkan pajak penghasilan dan pajak perusahaan dari perusahaan yang bangkrut. Untuk penelitian ini nilai tambah didefinisikan sebagai keuntungan yang didapat suatu pelaku atau stakeholder. Secara teoritis nilai tambah adalah keuntungan dan dapat dihitung dengan formula berikut Salvatore, 2004; Buffett, 2010: Biaya pengolahan: TC = TFC + TVC ………………………...……………... 1 TC = total cost = biaya total pengolahan produk TFC = total fixed cost total biaya tetap TVC = total variable cost total biaya variabel Penerimaan: TR = P Q ……..………..………….....……………. 2 TR = total revenue total penerimaan P = price per unit harga jual per unit Q = quantity jumlah produksi Keuntungan = nilai tambah: = TR – TC ………………………………………... 3 = pendapatan bersih atau keuntungan Penelitian ini penting untuk dapat melakukan perhitungan nilai tambah yang rasional seimbang untuk para aktor dalam rantai pasok untuk beragam kondisi dan sifat usaha industri tersebut. Selanjutnya penelitian ini ditujukan untuk dapat mengidentifikasikan faktor-faktor dan