Kekuatan dan Kelemahan Metode Hayami

melakukan fungsi pemasaran. Kemudian dapat dilakukan langkah inovasi dan koordinasi, dengan hal-hal berikut: 1. Tanaman pengganti yang dapat menggantikan tanaman tradisional, sebagai misal adalah sorghum sebagai pengganti gandum. 2. Produk inovatif non-makanan sebagai alternatif dari produk makanan dibuat dari bahan baku yang sama. Sebagai contoh adalah pembuatan bio-diesel dari minyak sawit, etanol dari jagung, dan papan-partikel dari jerami. 3. Contoh koordinasi adalah kegiatan koperasi menggabungkan beberapa banyak petani perorangan, untuk memadukan pengadaan bibit, pupuk, pestisida dll, serta menjualkan produk hasil akhir ke pembeli. 4. Integrasi vertikal, dengan cara berinvestasi pada kegiatan pengolahan untuk pekebun atau kegiatan perkebunan untuk pengusaha pengolah bahan. Dengan cara ini akan dapat dikurangi biaya yang dikeluarkan para pedagang penghubung. Keberhasilan upaya ini sangat tergantung kepada berapa bagus perencanaan dan implementasinya. 5. Perlu diperhatikan bagaimana biaya dapat ditekan pada kegiatan pengolahan penambahan nilai serta pemasaran sehingga minimalisasi biaya dapat dilakukan. Hanya produser pengolah bahan secara efisien yang akan dapat bertahan hidup dan bersaing di pasar produk pertanian. Dalam banyak kejadian nilai tambah didapat dari kombinasi semua atau sebagian dari lima proses tersebut untuk menghasilkan pendapatan lebih tinggi lagi. Selain itu produk-produk value-added dapat membuka pasar yang baru, menciptakan pengakuan dan penghargaan kepada pertanian, dan memperpanjang musim pemasaran, menciptakan banyak lapangan kerja dan menghasilkan pendapatan daerah karena terjadinya pembelian komoditas di daerah tersebut USDA, 2002. Kemudian, ditinjau dari segi ekonomi Soekartawi, 2001, pengolahan produk pertanian menjadi produk-produk tertentu untuk diperdagangkan akan memberikan banyak arti, antara lain sebagai berikut: 1 Meningkatkan nilai tambah Adanya pengolahan produk pertanian dapat meningkatkan nilai tambah, yaitu meningkatkan nilai value komoditas pertanian yang diolah dan meningkatkan keuntungan pengusaha yang melakukan pengolahan komoditas tersebut. 2 Meningkatkan kualitas hasil Dengan kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang akan menjadi lebih tinggi. Kualitas hasil yang baik dipengaruhi oleh komposisi bahan baku yang digunakan. Perbedaan segmentasi pasar, tetapi juga mempengaruhi harga barang itu sendiri. 3 Meningkatkan pendapatan Selain pengusaha, petani penghasil bahan baku yang digunakan dalam industri pengolahan tersebut akan mengalami peningkatan pendapatan. 4 Menyediakan lapangan kerja Dalam proses pengolahan produk-produk pertanian menjadi produk lain tentunya tidak terlepas dari adanya keikutsertaan tenaga manusia sehingga proses ini akan membuka peluang bagi tersedianya lapangan kerja. 5 Memperluas jaringan distribusi Adanya pengolahan produk-produk pertanian akan menciptakan atau meningkatkan diversifikasi produk sehingga keragaman produk ini akan memperluas jaringan distribusi. Strategi menemukan langkah-langkah pertambahan nilai dapat dilakukan dengan mencoba mengetahui apa yang diinginkan para konsumen akhir pada produk yang dibeli dan digunakannya Coltrain et al., 2000. Hal ini akan membuat para penyedia bahan baku dan produsen berfikir bagaimana cara mempersiapkan produk akhir yang diinginkan konsumen tersebut. Misalnya saja peternakpemotong hewan ternak dapat menyediakan daging siap masak table-ready meat.

2.3.9 Pengertian Risiko

Holton 2004 mendefinisikan risiko sebagai keadaan terpapar exposure kepada suatukemungkinan kejadian yang tidak pasti. IRM 2002 didalam pedoman ISOIEC Guide 73 mendefinisikan risiko sebagai kombinasi dari probabilitas suatu kejadian dengan konsekwensi- konsekwensinya. Dalam semua kegiatan usaha selalu ada potensi kejadian dan konsekwensi yang berupa manfaat positif berupa keuntungan, atau ancaman negatif terhadap keberhasilan.