Manajemen Risiko Nilai Tambah dan Risiko

Axelrod dan Tesfatsion 2005, menjelaskan bahwa SMA adalah suatu metode untuk mempelajari suatu sistem yang terdiri dari agen yang saling berinteraksi dan memunculkan sifat baru karena interaksi. Sifat baru yang muncul ini merupakan hasil penggabungan sederhana dari sifat-sifat agen, dan memunculkan sifat atau perilaku baru yang tidak dapat diprediksi sebelumnya. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa SMA adalah suatu metode yang mengikuti pendekatan dari bawah ke atas bottom-up tentang bagaimana perilaku-perilaku agen mempengaruhi perilaku sistem. Kemudian dibuat model simulasi berbasis komputer. Diharapkan bahwa interaksi antar para agen dapat menghasikan sifat-sifat unggul untuk membantu proses pengambilan keputusan di dunia nyata. Metode SMA dimulai dengan menentukan entitas atau agen yang membangun suatu sistem Axelrod dan Tesfatsion, 2005. Observasi dilakukan terhadap sistem nyata untuk menentukan sifat dari masing-masing agen atribut agen dan interaksi yang mungkin terjadi antara agen-agen. Kemudian dengan simulasi komputer, dibuat sejarah data yang dapat mengungkapkan konsekuensi dinamis dari setiap asumsi yang digunakan pada awal simulasi tadi. Agen yang digunakan tadi dapat mewakili individu manusia seperti konsumen, penjual, dan pembeli. Agen dapat juga mewakili keluarga, perusahaan, komunitas, bahkan lembaga pemerintahan dan negara. SMA adalah sistem komputer yang terdiri dari entitas yang mandiri atau agen-agen yang memiliki pengetahuan serta kemampuan pengolahan informasi yang terbatas. Suatu agen dapat saja merupakan suatu sub-rutin pada suatu program komputer, tetapi dapat juga merupakan entitas yang lebih besar, dengan kemampuan pengendalian yang persisten Berger, 2001. Teknologi Agen dan SMA dirancang untuk menjawab tantangan kompetisi dan perubahan situasi, selera serta pilihan pelanggan. Oleh karena itu teknologi agen dan SMA sesuai untuk pemodelan dan pelaksanaan kegiatan rantai pasok. Setiap anggota dari rantai pasok dimodelkan sebagai suatu agen yang mandiri dan memiliki kemampuan membuat keputusan sendiri berdasarkan informasi lingkungan yang tersedia Datta, 2007. Dengan demikian maka fasilitas produksi diwakili oleh Agen Pabrik, yang merupakan replika dari keputusan-keputusan yang dibuat oleh seorang manager pabrik, berdasarkan arus barang yang mengalir dan keluar masuk pada suatu pabrik dan informasi strategis yang dibuat perusahaan misalnya introduksi produk baru, pasar baru, dll. Secara sama maka pedagang diwakili oleh Agen Pedagang yang merupakan replika perilaku para pedagang yang membuat keputusan membeli dan menjual produk atau komoditas berdasarkan harga dan permintaan pasar. Demikian juga distributor diwakili oleh Agen Distributor yang merupakan replika perilakunya dalam memutuskan mengenai membeli, menyimpan dan menjual serta membagikan produk sesuai dengan informasi perihal penjualan per area atau rayon, prediksi serta strategi organisasi. Aplikasi komersial dari SMA sudah berlangsung sejak pertengahan tahun 1990-an sebagai alternatif solusi masalah bisnis dan teknologi Russel dan Norvig, 2003. Bentuknya antara lain adalah optimasi rantai pasok dan logistik, pemodelan perilaku konsumen, dampak terhadap jaringan sosial, manajemen sumberdaya manusia, manajemen lalu lintas, dan manajemen portfolio. Gambar 2.11 Interaksi agen dengan lingkungannya Russel dan Norvig, 2003 Interaksi antar agen, aktuator dan lingkungan dapat diihat pada Gambar 2.11. Pada gambar tersebut terlihat bahwa sensor dari agen akan memberikan masukan perihal keadaan lingkungan kepada agen. Keadaan lingkungan tersebut dijabarkan dalam status state, yang dapat berubah-ubah. Kemudian agen akan mempelajari apa yang akan terjadi dengan lingkungan bila ia melakukan aksi “A”, dan berapa bahagia atau nyaman ia dalam keadaan tersebut. Setiap agen mempunyai sasaran goal yang ingin dicapai, dan bila ia akan nyaman dengan kondisi