Penerapan modifikasi Metode Hayami

merupakan selisih nilai minyak sawit yang dijual dengan nilai TBS dan sumbangan input selain TBS Rp. Rasio nilai tambah menunjukkan persentase nilai tambah dari minyak sawit. Untuk bagian III, marjin dihitung sebagai selisih antara nilai minyak sawit dengan TBS atau besarnya kontribusi pemilik faktor-faktor produksi selain TBS yang digunakan dalam proses produksi minyak sawit. Keuntungan pemilik pengolahan adalah persentase keuntungan pemilik pabrik minyak sawit terhadap marjin. Perhitungan Nilai Tambah untuk Pedagang TBS dan Distributor Definisi Operasional untuk pedagang TBS serta distribusi Minyak goreng akan berbeda dari perusahaanpabrik karena proses produksinya bukan membuat mentransformasi bahan baku menjadi produk atau barang baru tetapi hanya memindahkan produk dari suatu lokasi ke lokasi lainnya. Pada prinsipnya nilai tambah yang terjadi adalah merupakan komisi penjualan atau selisih harga antara harga yang dibayar kepada pemasok dengan harga jual produk yang sama yang dibayar oleh pembeli produk tesebut ditempat yang berbeda. Mungkin juga dengan perubahan pada kemasan ukuran besar menjadi lebih kecil sehingga terdapat keuntungan atau nilai tambah karena pembeli menikmati kemudahan untuk mendapatkan produk yang diinginkannya tanpa harus pergi jauh ketempat produk itu dibuat, atau karena pembeli tidak harus membeli dengan satuan yang terlalu besar untuk kebutuhannya. Biaya-biaya yang terjadi untuk pedagang adalah biaya-biaya sarana dan prasarana penyimpanan dan pengangkutan. Tidak terdapat biaya yang berhubungan dengan proses transformasi bahan menjadi produk jadi. Hasil perhitungan menggunakan Template Hayami yang dimodifikasi disajikan pada Tabel 5.2. Disini terlihat bahwa perbandingan nilai tambah tidak merata sepanjang rantai pasok minyak sawit. Pabrik CPO diikuti refinery pabrik minyak goreng menghasilkan nilai tambah tertinggi, diikuti oleh petani, distributor dan pedagang TBS pengepul. Penyebab-penyebab utama dari hal ini adalah mekanisme pasar dan biaya-biaya. Mekanisme pasar adalah penentuan tingkat harga jual produk, besarnya volume pasar, interaksi antara pasokan dan permintaan, struktur pasar oligopoly atau monopsoni atau lainnya. Untuk biaya-biaya, para pelaku rantai pasok akan perlu meng-identifikasi biaya yang mana saja yang berlebihan dan perlu dikendalikan untuk dapat meningkatkan nilai tambahnya.

5.1.3 Verifikasi dan Validasi Model

1 Verifikasi Model Verifikasi model menggunakan data rujukan dari industri PKS di Medan dan model–model bisnis pada laporan Studi Pengembangan Industri Hilir Kelapa Sawit di Propinsi Riau Hambali, 2009. Selain itu digunakan juga hasil wawancara dengan petani, pengepul, distributor, pakar bisnis sawit, serta data sekunder dari laporan-laporan PKPU dan Departemen Perdagangan. Dilakukan perhitungan nilai tambah dengan beberapa nilai variabel harga komoditas, yaitu harga-harga TBS, minyak sawit dan minyak goreng. Kemudian dilakukan juga perhitungan nilai tambah dengan perubahan pada variabel investasi dan biaya para pelaku rantai pasok minyak sawit ini. Pada Tabel 5.2 dapat dilihat hasil-hasil sebagai berikut: a Pelaku usaha yang terlibat dalam rantai pasok ini terdiri dari 5 pelaku yaitu petani, pengepul, pabrik minyak sawit, pabrik minyak goreng, dan distributor. Pada metode Hayami yang asli hanya ada 1 pelaku saja. b Pada skala industri kapasitas pabrik minyak sawit 30 ton TBSjam dibutuhkan sebanyak 180.000.000 kg TBS per tahun, yang dihasilkan dari kebun sendiri dan kebun sawit rakyat seluas masing-masing 3.032 ha. Dengan asumsi setiap petani memiliki 2 hektar kebun maka diperlukan sebanyak 1.516 orang petani. c Nilai tambah NT rantai pasok pada baris 13.a memperhatikan faktor konversi bahan menjadi produk akhir. Hal ini adalah untuk menjaga kesetaraan nilai. Untuk tiap pelaku NT dihitung dengan mengalikan selisih harga produk – harga bahan volume bahan faktor konversi. Dengan formula ini didapat nilai total Rp 2,507 pada kolom konsumen. Baris 13b menunjukkan persentase NT. d Pada tingkat harga jual TBS Rp 1.423kg, harga minyak sawit Rp 6.500kg, minyak goreng Rp 12.000kg, stearin Rp 5.000kg dan PFAD Rp 2.500kg didapat hasil perbandingan nilai tambah Petani : Pengepul : PKS : Refinery : Distributor = 4,27 :1,54 : 51,11 : 40,02 : 3,06. Nilai tambah dari rantai pasok tertinggi adalah Kelompok Pabrik Minyak Goreng dengan nilai sebesar Rp 53.778.500.888. Sedangkan untuk Kelompok Petani memiliki nilai tambah sebesar Rp 44.029.700.759 untuk satu tahun. Dari nilai tersebut dapat dihitung nilai tambah untuk setiap petani sebesar Rp 2.420.003 per bulan. e Produk yang diproses pada makalah modifikasi Hayami ini terdiri dari 6 macam yaitu TBS, minyak sawit, PK, minyak goreng, stearin dan PFAD, sedangkan pada metode Hayami yang asli hanya diproses satu macam produk saja. 98 Tabel 5.2 Formulasi perhitungan nilai tambah dengan Metode Hayami Termodifikasi PETANI PEDAGANG TBS PABRIK CPO PKS PABRIK MGS REFINERY DISTRIBUTOR KONSUMEN Interaksi Rantai Pasok Sawit 1 Harga beli Bahan Rpkg 1.209 1.423 1.162 6.500 12.000 12.420 2 Harga jual Produk Rpkg 1.423 1.500 12.420 Produk 1 6.500 12.000 Produk 2 3.500 5.000 Produk 3 2.500 3 Total Nilai Tambah per kg output Rpkg I. Output, Input, dan Harga 4 a. Output volume penjualan kg 90.000.000 90.000.000 43.200.000 43.027.200 32.832.000 b. Output nilai penjualan Rp 128.070.720.000 135.000.000.000 296.550.000.000 393.984.000.000 407.785.181.369 5 Bahan Baku Pokok Rp 4.328.092.017 128.070.720.000 209.070.000.000 280.800.000.000 393.984.000.000 6 Tenaga Kerja Langsung HOK 4 12 80 134 12 7 Faktor Konversi 29,59 1,05 1,42 1,40 1,04 8 Koefisien T. Kerja Langsung RpHOK 1.082.023.004 10.672.560.000 2.613.375.000 2.095.522.388 32.832.000.000 9 Upah Tenaga Kerja Langsung Rp 84.000.000 234.000.000 1.560.000.000 3.048.500.000 234.000.000 II. Penerimaan dan Nilai Tambah 10 a. Biaya Input lain - Produksi Rp 62.388.800.539 870.766.667 22.419.000.000 34.824.772.150 593.600.000 b. Biaya Input lain - Non Produksi Rp 17.324.126.685 1.586.928.333 19.188.225.000 24.580.726.963 3.635.114.785 11 a. Nilai Tambah Rp 44.029.700.759 4.471.585.000 45.872.775.000 53.778.500.888 9.572.466.584 b. Rasio Nilai Tambah 34,38 3,31 15,47 13,65 2,35 III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 12 Marjin RpKg Rp 61.353.827.444 6.058.513.333 65.061.000.000 78.359.227.850 13.207.581.369 a. Sumbangan biaya input lain 129,92 40,57 63,95 75,81 32,02 b. Keuntungan perusahaan 71,76 73,81 70,51 68,63 72,48 IV. Porsi nilai tambah per kg produk 13 a. Nilai Tambah NT Rantai Pasok Rp 107,00 38,50 1.281,24 1.003,20 76,67 2.507 b. Dalam Persentase 4,27 1,54 51,11 40,02 3,06 NT RPMS c. Nilai Tambah Per Petani Rpbln 2.420.003 f Kurun waktu usaha yang dilibatkan di sini lebih dari satu tahun karena kebun sawit masa hidupnya sekitar 25 tahun, dan pabrik minyak sawit maupun minyak goreng lebih dari 15 tahun. Perhitungan pendapatan dan biaya-biaya dihitung untuk setahun. Pada metode Hayami yang asli, kurun waktunya hanya sekitar beberapa bulan saja. g Dari total nilai tambah yang dihasilkan sebesar Rp 157.725.028.230 terlihat perbandingan nilai tambah diantara para pelaku rantai pasok minyak sawit yaitu petani, pengepul, pabrik minyak sawit, pabrik minyak goreng, distributor adalah 107: 38 : 1.281 : 1.003 : 77. Ini berarti bahwa petani sawit menerima bagian pendapatan yang lebih baik dari pengepul. Dalam hal ini, petani bukan perseorangan, tetapi kelompok petani yang memberikan output TBS setara dengan kebutuhan bagi pabrik minyak sawit dengan kapasitas 30 Ton TBSjam. 2 Validasi model Oleh karena Prof Yujiro Hayami pencipta model perhitungan nilai tambah Hayami ini tidak memberikan jawaban terhadap pertanyaan melalui e-mail perihal modifikasi ini maka validasi langsung tidak dapat dilakukan. Face validation dengan pakar agroekonomi. Yang pertama dilakukan dengan komunikasi melalui e-mail dengan Prof Almasdi Syahza Syahza, 2011, gurubesar Ilmu Ekonomi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Riau. Yang kedua dengan Dr Iyung Pahan, konsultan dalam bidang industri kelapa sawit, alumni dari MB-IPB dan penulis buku Panduan Lengkap Kelapa Sawit yang diterbitkan oleh Penebar Swadaya, Depok Pahan, 2007; Pahan, 2011.

5.2 Analisa

Fuzzy untuk Risiko dan Keuntungan Rantai Pasok Sawit 5.2.1 Identifikasi dan Evaluasi Risiko Rantai Pasok Berdasarkan hasil studi literatur dan wawancara dengan para pakar dan pelaku industri kelapa sawit di lapang telah disusun suatustruktur hierarki dari FAHP untuk mengidentifikasi risiko-risiko rantai pasok komoditas kelapa sawit. Struktur hierarki yang diperoleh terdiri atas empat level yaitu: 1 Level 1. FokusGoal: Identifikasi faktor risiko setiap tingkatan rantai pasok produk sawit. 2 Level 2. Tujuan: manajemen risiko rantai pasok komoditas sawit yang menjadi perhatian dalam kajian ini yaitu untuk meningkatkan kualitas pasokan T1, menjamin kontinyuitas pasokan yang stabil T2, dan menjaga keseimbangan distribusi nilai tambah T3.