Pemodelan Berbasis Sistem Multi Agen untuk Rantai Pasok

Pabrik minyak sawit membayar harga TBS kepada pengepul, kemudian pengepul membayar kepada petani. Besar, cara dan waktu pembayaran tergantung kepada prosedur yang disepakati oleh kedua pihak yang berhubungan. Hal ini juga terjadi pada sisi berikutnya pada RPMS dengan produk minyak sawit dan minyak goreng.

2.4.4 Software Netlogo

Netlogo adalah suatu sarana pemodelan dengan program komputer untuk kasus-kasus sains ataupun sosial Tisue dan Wilensky, 2004. Netlogo berbasis Java dan merupakan software yang open-source, dapat diunduh secara gratis oleh siapapun. Netlogo dikembangkan oleh Uri Wilensky pada tahun 1999 dan sampai saat ini masih terus diperluas dan dikembangkan di The Center for Connected Learning and Computer-Based Modeling , Northwestern University, Evanston, IL, USA. Netlogo khususnya sesuai untuk pemodelan sistem yang kompleks dan berkembang atau berubah setiap waktu. Pembuat model dapat menyusun model dengan agen yang banyak, sampai ratusan bahkan ribuan. Dengan Netlogo pemodel dapat menyusun interaksi antar agen yang beroperasi secara independen, berdasarkan perilaku bisnisnya baik pada tingkat mikro, maupun interaksi pada tingkat makro sebagai dampak dari kegiatan tingkat mikro. Software Netlogo sudah mempunyai banyak contoh model yang dibuat oleh pemodel terdahulu yang dapat diperluas oleh pemodel berikutnya. Contoh tersebut berada pada Models Library , yang merupakan khazanah model simulasi yang dapat langsung digunakan ataupun dimodifikasi sesuai kebutuhan. Model yang sudah tersedia pada saat ini pada Models Library adalah dalam bidang-bidang keilmuan dasar seperti fisika, kimia, biologi dan matematika; dan ilmu-ilmu sosial seperti ekonomi dan psikologi. Agen didalam model Netlogo adalah entitas yang dapat mengikuti instruksi dan juga mempunyai tujuan, keinginan dan keterbatasan. Didalam Netlogo didefinisikan ada empat jenis agen yaitu turtles, patches, links dan observers. Turtles adalah agen yang bergerak dan berusaha didalam dunia bisnis. Patches mewakili dunia usaha atau kegiatan dan terdiri dari segmen- segmen atau grids. Setiap patch adalah suatu kepingan segi-empat tempat bergeraknya turtles. Links adalah agen-agen yang menghubungkan dua turtles. Link dapat mempunyai arah jurusan dari satu turtle ke turtle yang lain atau tidak mempunyai jurusan dua turtle bergandengan saja. Observer tidak mempunyai tempat dalam bidang Netlogo, dan hanya merupakan penghubung antara pemodel dan model Netlogo yang dibuat. Observer dapat memantau posisi dan kondisi dari turtles, links dan patches.

2.5 Pendekatan Sistem

Menurut Bertalanffy 1950 menguraikan suatu kerangka konsep dan teori umum tentang sistem yang berlaku pada berbagai bidang ilmu, yang dinamai General System Theory GST. GST menyatakan bahwa pada bidang sains maupun sosial berlaku secara umum adanya keharusan interaksi antara bagian-bagian dari sistem, dan bahwa ada keterbatasan pencapaian tujuan sistem. Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis Marimin, 2005. Dengan demikian manajemen sistem dapat diterapkan dengan mengarahkan perhatian kepada berbagai ciri dasar sistem yang perubahan dan gerakannya akan mempengaruhi keberhasilan suatu sistem. Pendekatan sistem merupakan suatu metode pemecahan masalah dengan menggunakan abstraksi keadaan nyata atau penyederhanaan sistem nyata untuk pengkajian suatu masalah. Pendekatan sistem ini dicirikan dengan adanya metodologi perencanaan atau pengelolaan kegiatan yang bersifat multi disiplin dan terorganisir, penggunaan model matematika, mampu berfikir kuantitatif, penggunaan teknik simulasi dan optimasi, serta diaplikasikan dengan bantuan komputer Eriyatno, 1999. Pada disertasi ini sistematika pendekatan sistem disusun dengan urutan berikut: 1 analisis kebutuhan pengguna, 2 identifikasi permasalahan, 3 identifikasi sistem, 4 analisis kebutuhan sistem.

2.5.1 Analisis Kebutuhan Pengguna

Suatu sistem atau model dibuat untuk memenuhi kebutuhan pencapaian tujuan kegiatan usaha maupun informasi bagi setiap pelaku pada rantai pasok minyak sawit RPMS. Sebagai langkah pertama perlu diketahui kebutuhan-kebutuhan pencapaian tujuan usaha tersebut. Merujuk kepada hasil penelitian Suharjito 2011 dan masukan dari para responden maka untuk enam pelaku RPMS dapat ditentukan kebutuhan-kebutuhan tersebut sebagai berikut. 1. Petani sawit swadaya a. Kemudahan memperoleh bibit sawit unggul b. Terkendalinya risiko gagal panen c. Kemudahan memperoleh sarana budidaya kebun dan produksi d. Peningkatan kualitas TBS dan produktivitas kebun sawit e. Kemudahan memperoleh informasi dan akses pasar yang lebih luas f. Kemudahan memperoleh modal dengan kredit dari lembaga keuangan g. Terjadinya harga TBS yang memberikan nilai tambah yang tinggi 2. Pedagang TBS pengepul a. Kemudahan memperoleh sumber TBS berkualitas dan kontinyu b. Kestabilan harga TBS yang memberikan keuntungan yang optimum c. Tersedianya infrastruktur dan sarana transportasi yang mendukung d. Kemudahan mendapatkan mitra pabrik minyak sawit yang kooperatif e. Terkendalinya risiko kualitas TBS dan transportasi 3. Agroindustri Industri minyak sawit maupun minyak goreng a. Ketersediaan bahan baku yang berkualitas, cukup dan kontinyu b. Harga bahan baku yang stabil dan rendah c. Kontinuitas produksi d. Tingkat nilai tambah yang optimum e. Terjaminnya pemasaran produk baik lokal maupun global f. Kebijakan dan peraturan pemerintah yang mendukung g. Terkendalinya risiko-risiko usaha 4. Distributorpengecer minyak goreng a. Ketersediaan minyak goreng berkualitas untuk didistribusikan b. Kemudahan distribusi dan pemasaran c. Terjadinya nilai tambah yang optimum d. Tersedianya sarana dan prasarana distribusi yang diperlukan e. Terkendalinya risiko distribusi f. Kebijakan dan peraturan pemerintah yang mendukung 5. Konsumen a. Tersedianya minyak goreng berkualitas dengan kuantitas yang cukup b. Kestabilan harga minyak goreng c. Kemudahan akses informasi pasar dan produk

2.5.2 Identifikasi Permasalahan

Berdasarkan hasil studi pustaka dan masukan para pakar dan responden didapatkan bahwa permasalahan yang dihadapi para pelaku RPMS adalah sebagai berikut. 1 Khususnya untuk petani sawit swadaya terjadi kesulitan mendapatkan bibit sawit yang unggul dan bersertifikat dengan mudah dan dengan harga yang terjangkau Purwantoro,