Formulasi Model Perhitungan Nilai Tambah RPMS berbasis-agen
                                                                                penyerbukan.  Waktu  panen  buah  kelapa  sawit  sangat  mempengaruhi  jumlah  dan  mutu  minyak yang  dihasilkan.  Waktu  panen  yang  tepat  akan  diperoleh  kandungan  minyak  maksimal,  tetapi
pemanenan buah  yang kelewat matang akan meningkatkan asam lemak bebas ALB, sehingga dapat  merugikan  karena  sebagian  kandungan  minyaknya  akan  berubah  menjadi  ALB  dan
menurunkan kualitas minyak. Sebaliknya pemanenan buah yang masih mentah akan menurunkan kandungan  minyak,  walaupun  ALB-nya  rendah.  Setelah  panen,  petani  dapat  menjual  kepada
pengepul yang memberikan penawaran harga lebih tinggi disbanding pengepul lainnya. Namun, apabila TBS sudah terlalu lama disimpan, petani tidak bisa melakukan negosisai harga, sehinggia
terpaksa  petani  harus  menjual  TBS  tersebut  meskipun  dengan  penawaran  harga  yang  rendah. Dari hasil penjualan ini dapat menghitung nilai tambah yang dihasilkan petani.
Formulasi keputusan : 1.  Membeli dan menanam bibit kelapa sawit sebanyak n pohon kelapa sawit.
2.  Merawat kebun kelapa sawit 3.  Memanen transportasi TBS
4.  Menjual TBS sebanyak V-TBS-p-jual dengan harga satuan H-TBS-p-jual 5.  Menghitung nilai tambah
6.  V
add
= V-TBS-p-jualH-TBS-p-jual – TC TC = FC + VC
VC Variable Cost = Harga bibit x n + Biaya pemupukan perawatan x Jumlah Kelapa Sawit + Biaya panen x Jumlah kelapa sawit + Biaya angkut x Volume TBS
7.  Menghitung porsi nilai tambah terhadap Total Nilai Tambah RPMS. Keterangan variabel:
V-TBS-p-jual = Volume penjualan TBS oleh petani H-TBS-p-jual = Harga jual TBS oleh petani
V
add
= Nilai tambah yang diperoleh TC   = Total costs petani
FC   = Total biaya tetap VC  = Total biaya variabel
2 Agen Pengepul
Gambar 5.17 Proses bisnis pengepul dalam RPMS Proses  bisnis  Pengepul  ditunjukkan  pada  gambar  5.17.  Informasi  mengenai  permintaan
TBS  dari  pabrik  minyak  sawit,  harga  dan  mutu  TBS  dari  petani  menjadi  tolak  ukur  pengepul dalam  mengambil  keputusan  baik  dalam  membeli  TBS  ataupun  menjual  TBS  kepada  pabrik
minyak  sawit,  dengan  variabel  dan  parameter  yang  ditinjau  yaitu  kualitas  TBS  dan  harga  TBS yang beredar di pasar lokal.
Kesuksesan  kinerja  pengepul  dapat  ditinjau  berdasarkan  laba  atau  keuntungan  yang mereka peroleh dari penjualan TBS kepada pabrik minyak sawit. Oleh karena itu, dalam mencari
petani  kelapa  sawit,  pengepul  harus  pandai  dan  cermat  dalam  mencari  TBS  dan mengalokasikannya  ke  pabrik  minyak  sawit  yang  bisa  memberikan  keuntungan  lebih  dari
beberapa pabrik minyak sawit yang membutuhkan. Gambar  5.18  menggambarkan  diagram  alir    rangkaian  kerja  pengepul.  Kegiatan  bisnis
pengepul  diawali  dengan  membeli  TBS  dari  petani.  Pengepul  mencari  informasi  mengenai sumber TBS, permintaan pabrik minyak sawit, mutu, stok TBS dan harga TBS baik yang dijual
oleh petani ataupun yang mampu dibeli oleh pabrik minyak sawit, sebagai dasar pemikiran untik membeli  TBS.  Kemudian,  pengepul  menjual  TBS  kepada  pabrik  minyak  sawit  yang
membutuhkan dengan harga jual tertinggi. Dari hasil penjualan tersebut, dapat menghitung nilai tambah yang diperoleh pengepul.
Gambar 5.18  Diagram alir keputusan pengepul
Formulasi keputusan pengepul :
Membeli TBS sebanyak V-TBS-pu-beli  dengan harga satuan H-TBS-p jika ada permintaan dari pabrik minyak sawit,
Menjual TBS sebanyak V-TBS-pu-jual dengan harga satuan H-TBS-pu-jual, Nilai tambah dihitung dengan formula: Penjualan – semua biaya,
V
add
= Volume TBS
pu
P
sold
– TC TC = FC + VC
VC Variable Cost = Harga beli TBS  Volume + Biaya angkut  Volume TBS Keterangan  singkatan  sama  dengan  untuk  petani,  kecuali  bahwa  index  p  diganti  dengan
pu pengepul.
3 Agen Pabrik Minyak Sawit PKS
Gambar  5.19  menggambarkan  proses  bisnis  pabrik  minyak  sawit  sebagai  agen  dalam rantai  pasok  minyak  sawit.  Proses  bisnis  pabrik  minyak  sawit  menjadi  faktor  yang  sangat
penting, karena merupakan inti dari rantai pasok minyak sawit. Kegiatan ini diawali oleh pabrik minyak  sawit  dengan  pembelian  TBS  dari  pengepul  kemudian  memproduksi  minyak  sawit,
menyimpan  hasil  minyak  sawit  sebelum  dilakukan  penjualan  kepada  pabrik  minyak  goreng, melakukan lelang minyak sawit kepada konsumen yaitu pabrik minyak goreng dan yang terakhir
adalah melakukan penjualan kepada pemenang lelang
Gambar 5.19 Proses bisnis pabrik minyak sawit Variabel  dan  parameter  yang  menjadi  pertimbangan  dalam  pengambilan  keputusan  dan
kegiatan  fungsional  yakni  jumlah  stock  minyak  sawit  yang  dimiliki  perusahaan,  harga  minyak sawit lokal atau dalam negeri, harga minyak sawit dunia, biaya-biaya rinci dan total biaya yang
digunakan  untuk  memproduksi  minyak  sawit.  Selain  itu  beberapa  informasi  yang  dijadikan bahan untuk mengambil keputusan diantaranya  adalah harga minyak sawit lokal, harga minyak
sawit  dunia,  jumlah  permintaan  pabrik  minyak  goreng  dan  jumlah  permintaan  dari  eksportir. Tingkat keberhasilan pabrik minyak sawit sebagai agen dalam rantai pasok minyak sawit dapat
dilihat  dari  nilai  Key  Performance  Indicator  KPI.  Dimana  KPI  dinilai  berdasarkan  jumlah minyak sawit yang dihasilkan dan laba yang diperoleh pabrik minyak sawit.
Kegiatan yang dilakukan oleh pabrik minyak sawit, secara rinci dijelaskan pada Gambar 5.20. Pabrik minyak sawit memproduksi minyak sawit apabila terdapat permintaan minyak sawit
dari minyak  goreng. Jika, stok TBS tidak mencukupi maka Pabrik minyak sawit membeli TBS
dari Pengepul baik yang telah menjadi supplier tetap mereka ataupun supplier lain apabila TBS yang  tersedia  tetap  belum  mencukupi.  Pabrik  minyak  sawit  terlebih  dahulu  memilih  TBS  yang
baik  untuk  diproduksi  menjadi  minyak  sawit.  Apabila  produksi  minyak  sawit  yang  dihasilkan kurang  baik  maka  dilakukan  recycle  atau  pemrosesan  ulang  sehingga  dihasilkan  minyak  sawit
yang lebih baik.
Gambar 5.20  Diagram alir  keputusan pabrik minyak sawit Pabrik  menjual  minyak  sawit  yang  telah  diproduksi  sesuai  dengan  permintaan  pabrik
minyak goreng, ataupun pabrik lainnya seperti margarin, kosmetik, dan lain-lain. Pabrik minyak sawit  dapat  memilih  menjual  ke  pasar  lokal  ataupun  ekspor  dengan  memperbandingkan  harga
minyak sawit lokal dan dunia. Apabila harga jual minyak sawit lokal lebih rendah dari harga jual minyak  sawit  ekspor,  pabrik  dapat  memilih  untuk  mengekspor  minyak  sawit,  dan  sebaliknya.
Setelah  sepakat  untuk  melakukan  transaksi  penjualan  kepada  agen  yang  membutuhkan,  pabrik melakukan  pengiriman  minyak  sawit  kepada  pembeli  tersebut.  Kemudian,  pabrik  dapat
menghitung nilai tambah yang dihasilkan dari penjualan minyak sawit, dan meng-update KPI.
Formula keputusan Pabrik minyak sawit: 1.  Membeli TBS sebanyak V-TBS-pu dengan satuan Harga-TBS-pu
2.  Memproduksi minyak sawit sebanyak V-TBS satuan waktu. 3.  Menjual  minyak  sawit  sebanyak  V-minyak  sawit  dengan  satuan  Harga-minyak  sawit
kepada pabrik minyak goreng. 4.  V
add
= Volume TBS
pu
P
sold
– TC TC = FC + VC
VC Variable Cost = Harga beli TBS  Volume + Biaya produksi  Volume TBS
4 Agen Refinery Pabrik Minyak Goreng
Gambar 5.21 Proses bisnis refinery Gambar  5.21  menggambarkan  proses  bisnis  pabrik  minyak  goreng  refinery  sebagai
agen  dalam  rantai  pasok  minyak  sawit.  Gambar  5.22  menunjukkan  proses  pengambilan keputusannya. Proses bisnis refinery menjadi faktor yang sangat penting, karena merupakan inti
dari  rantai  pasok  minyak  sawit.  Kegiatan  ini  diawali  oleh  pabrik  minyak  goreng  dengan pembelian  minyak  sawit  dari  pabrik  minyak  sawit  kemudian  memproduksi  minyak  goreng,
melakukan  penyimpanan  hasil  produksi  minyak  goreng  dan  yang  terakhir  adalah  melakukan penjualan  kepada  distributor.  Variabel  dan  parameter  yang  menjadi  pertimbangan  dalam
pengambilan keputusan dan kegiatan fungsional yakni jumlah stock minyak goreng yang dimiliki
perusahaan, harga minyak goreng, biaya produksi minyak goreng dan biaya-biaya lainnya. Selain itu  beberapa  informasi  yang  dijadikan  bahan  untuk  mengambil  keputusan  diantaranya  adalah
harga  minyak  sawit,  harga  minyak  goreng  pesaing,  permintaan  minyak  goreng  dan  permintaan minyak  goreng  yang diekspor. Tingkat keberhasilan pabrik minyak  goreng sebagai  agen dalam
rantai pasok minyak sawit dapat dilihat dari nilai Key Performance Indicator KPI. KPI dinilai berdasarkan jumlah minyak goreng yang dihasilkan dan keuntungan yang diperoleh.
Gambar 5.22  Diagram alir keputusan refinery Kegiatan fungsional pabrik minyak goreng diawali dengan membeli minyak sawit kepada
pabrik  minyak  sawit  dengan  mempertimbangkan  kualitas  dan  harga  minyak  sawit  yang  dijual pabrik minyak sawit. Kemudian pabrik mengolah minyak sawit menjadi minyak goreng, sesuai
dengan permintaan pasar baik dari data historis penjualan sebelumnya ataupun data permintaan sekarang.  Pabrik  minyak  goreng  dapat  menyimpan  minyak  goreng  lebih  lama  daripada  petani,
pengepul,  ataupun  pabrik  minyak  sawit.  Kegiatan  selanjutnya,  pabrik  minyak  goreng  dapat menjual minyak goreng yang telah diproduksi kepada distributor yang meminta kepada mereka.
Berdasarkan hasil penjualan minyak goreng tersebut pabrik dapat menghitung nilai tambah yang mereka peroleh.
Formula keputusan Pabrik Minyak Goreng : 1.  Membeli minyak sawit sebanyak V-Minyak Sawit dengan satuan Harga-Minyak Sawit
2.  Memproduksi minyak goreng sebanyak V-Minyak Goreng satuan waktu. 3.  Menjual minyak goreng dengan satuan Harga-Minyak Goreng kepada distributor
4.  V
add
= Volume Minyak Goreng x P
sold
– TC TC = FC + VC
VC  Variable  Cost  =  Harga  beli  Minyak  Sawit  x  Volume  +  Biaya  produksi  minyak goreng x Volume Minyak Sawit + Biaya inventory x Volume Minyak Goreng
                