Proses Pelelangan Minyak Sawit oleh KPBN Perhitungan Index Proporsi “k” oleh Dinas Perkebunan

Dengan pengertian : H TBS = Harga TBS yang diterima oleh pekebun ditingkat pabrik, dinyatakan dalam RpKg; k = Indeks proporsi yang menunjukan bagian yang diterima oleh pekebun, dinyatakan dalam persentase ; Berdasarkan rumus tersebut, harga TBS untuk petani dipengaruhi oleh harga minyak sawit dan inti sawit. Selain harga patokan minyak sawit dan inti yang ditentukan pemerintah, masih ada nilai rendemen minyak sawit dan inti yang turut menentukan harga TBS. Mutu dan rendemennya ditentukan oleh jenis bibit, umur tanaman dan mutu panen PERHEPI, dalam Bangun, 1989. Sehingga harga TBS merupakan hasil perkalian dari indeks k dengan harga minyak sawit ditambah hasil perkalian harga inti sawit dengan rendemen kelapa sawit. 91 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari wawancara langsung dengan pimpinan dan staf perkebunan dan PKS di Jambi dan Medan didapatkan gambaran umum kegiatan usaha rantai pasok minyak sawit seperti pada Gambar 5.1. Terlihat adanya lima macam bentuk pemilikan kebun pada sisi hulu, pabrik minyak sawit dan minyak goreng, serta distributorretailer yang mengirimkan produk akhir kepada para pemakainya. Terlihat arus tiga macam komoditas utama yaitu tandan buah segar TBS, crude palm oil minyak sawit, dan minyak goreng. Penelitian ini dibatasi hanya sampai produk minyak goreng saja. Pada disertasi ini diambil sudut pandang proses, artinya rantai pasok dilihat sebagai suatu urutan dari proses pengambilan dan pelaksanaan keputusan dan arus produk, informasi dan dana, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, dan hal-hal tersebut berlangsung di dalam dan diantara tahap-tahap rantai pasok yang berbeda. Rantai pasok yang sesungguhnya akan meliputi pengembangan produk, pemasaran, kegiatan operasional, distribusi, keuangan, dan pelayanan kepada pelanggan Chopra dan Meindl, 2007. Gambar 5.1 Rantai pasok minyak sawit BSPJ, 2009

5.1 Modifikasi Terhadap Model Hayami

5.1.1 Proses Modifikasi Terhadap Model Hayami

Dari uraian kekuatan dan kelemahan metode Hayami maka penulis mengambil asumsi-asumsi dasar berikut: 1 Stakeholder pada rantai pasok minyak sawit RPMS terdiri dari petani sawit swadaya, pengepul, PKS, pabrik minyak goreng refinery, distributor, dan konsumen. 2 Pabrik minyak sawit menggunakan mesin berkapasitas 30 ton TBSjam 3 Dalam satu hari, jam kerja pabrik adalah 20 jam 4 Dalam satu tahun, jumlah hari kerja adalah 300 hari 5 Randemen TBS – minyak sawit adalah 24 6 Randemen minyak sawit-minyak goreng adalah 76 7 Data produksi, penjualan, investasi, biaya-biaya PKS dan pabrik minyak goreng refinery diambil dari laporan Hambali 2009. 8 Data produktivitas pohon dan kebun sawit, kebutuhan budidaya, dll, diambil dari laporan PPKS, 2006. 9 Dianggap bahwa pabrik minyak sawit memiliki kebun sendiri dan mencukupi separuh kebutuhan TBSnya. Separuh lagi mengambil TBS yang dibutuhkan dari petani. 10 Semua kebutuhan bahan dan hasil produksi dihitung untuk satu tahun. 11 Masa hidup produktif kebun sawit 25 tahun, dan produksi dimulai pada tahun ke-3. Proses modifikasi perhitungan nilai tambah metode Hayami diperlihatkan pada Gambar 5.2. 1 Untuk menjaga konsistensi volume produk sepanjang rantai pasok maka skala kegiatan usaha mengacu pada patokan kapasitas pabrik minyak sawit mengolah masukan 30 ton TBSjam. Keseimbangan material pada semua proses disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan bahan untuk memproses sebesar 30 ton TBSjam atau hasil minyak goreng yang diperoleh dari jumlah minyak sawit yang dihasilkan. Kemudian dihitung besarnya volume-volume bahan dan produksi serta biaya-biaya bahan, tenaga kerja manusia, energi, modal dan transportasi untuk satu tahun. 2 Untuk 30 ton TBSjam dibutuhkan TBS setahun sebanyak 180.000 ton. Jumlah ini dipasok dari kebun sendiri dan oleh para pengepul, yang mengumpulkan TBS dari para petani, masing-masing 50 yaitu sebesar 90.000 ton. 3 Pabrik minyak goreng mengambil nilai volume minyak sawit 43.200 kg tersebut dan mengolahnya menjadi 43.027 ton minyak goreng, stearin dan PFAD. 4 Dihitung kebutuhan biaya-biaya investasi dan operasional untuk semua stakeholder. 5 Kebutuhan bibit pohon sawit dihitung untuk memenuhi keperluan TBS setahun bagi pabrik minyak sawit. Harga bibit pohon sawit dihitung dengan pendekatan Life Cycle Analysis LCA dan Net Present Value dari semua pendapatan dan pengeluaran kebun sawit petani swadaya selama masa produktif 25 tahun. Gambar 5.2 Diagram alir prosedur modifikasi formula Hayami 6 Dengan formulasi perhitungan Microsoft Excel akan didapat nilai-nilai tambah para stakeholder , nilai tambah total rantai pasok, serta perbandingannya. 7 Tabel 5.1 merupakan bentuk formula perhitungan Hayami yang dimodifikasi, menunjukkan hasil perhitungan untuk setahun, dari suatu rantai pasok yang terdiri dari 6 pelaku dan dengan 6 jenis komoditas yang berbeda yaitu TBS, PK, minyak sawit, minyak goreng, stearin dan PFAD. Tabel 5.1Template Metode Hayami yang dimodifikasi dihitung untuk setahun

5.1.2 Penerapan modifikasi Metode Hayami

Perhitungan Nilai Tambah untuk Petani Swadaya Proses Operasional Perhitungan Nilai Tambah Produksi TBS petani didahului dengan suatu bagian yang memperlihatkan interaksi bisnis antara para pelaku rantai pasok. Produk yang dihasilkan oleh pelaku pertama merupakan pasokan bahan baku untuk pelaku kedua. Harga jual produk pertama merupakan harga beli bahan bagi pelaku kedua. Demikian seterusnya sampai pelaku rantai pasok terakhir. Untuk bagian I, Output, Input dan Harga, informasi tentang output dibuat menjadi dua baris yaitu besaran output berupa volume dalam satuan berat, dan dalam satuan harga rupiah. Hal ini dilakukan karena tidak selalu bentuk bahan atau produknya dapat diproses dalam bentuk fisik aslinya. Sebagai contoh, bibit pohon sawit tidak diproses dalam rantai pasok ini menjadi TBS, tetapi harus ditanam untuk menghasilkan TBS. Semua besaran output dan input dihitung untuk kurun waktu satu tahun dalam satuan rupiah, yaitu untuk nilai bahan bibit, pupuk, pestisida, penjualan TBS, tenaga No Variabel Satuan Nilai Interaksi Rantai Pasok Sawit 1 Harga beli Bahan Rpkg 1 2 Harga jual Produk Rpkg 2 3 Total Nilai Tambah per kg output Rpkg 3 = 2 terakhir - 1 I. Output, Input, dan Harga 4 a. Output volume penjualan kg 4a b. Output nilai penjualan Rp 4b 5 Bahan Baku Pokok Rp 5 6 Tenaga Kerja Langsung HOK 6 7 Faktor Konversi 7 = 4b 5 8 Koefisien T. Kerja Langsung RpHOK 8 = 4b 6 9 Upah Tenaga Kerja Langsung Rp 9 II. Penerimaan dan Nilai Tambah 10 a. Biaya Input lain Produksi Rp 10a b. Biaya Input lain Operasional Rp 10b 11 a. Nilai Tambah Rp 11a = 4b - 5+10a+10b b. Rasio Nilai Tambah 11b = 11a 4b III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 12 Marjin Rp 12 = 4b - 5 a. Sumbangan biaya input lain 12a = 10a+10b12 100 b. Keuntungan perusahaan 12b = 11a12 100 IV. Porsi nilai tambah per kg produk 13 a. Dalam nilai uang Rp 13a = 11a Σ 11a 3 b. Dalam persentasi 13b = 13a3 100 c. Nilai tambah per petani Rpbln