Proses Modifikasi Model Modifikasi Metode Hayami

3. Harga beli bibit pohon sawit oleh petani dihitung menggunakan pendekatan Life Cycle Assesment LCA oleh karena pohon sawit baru menghasilkan TBS sejak umur 3 tahun dan berhenti berproduksi ekonomis pada umur 25 tahun. 4. Kebutuhan bibit pohon sawit dihitung untuk memenuhi keperluan TBS setahun bagi pabrik minyak sawit. 5. Pabrik minyak goreng mengambil nilai volume minyak sawit 43.200 kg tersebut dan mengolahnya menjadi 32.832 ton minyak goreng, 6. Dihitung kebutuhan biaya-biaya investasi dan operasional untuk semua stakeholder. 7. Dengan membuat formulasi perhitungan menggunakan tabel worksheet Microsoft Excel akan didapat nilai-nilai tambah para stakeholder, nilai tambah total rantai pasok, dan dapat dihitung perbandingan antara nilai-nilai tambah tersebut. 8. Tabel 3.1 merupakan bentuk template perhitungan Hayami yang dimodifikasikan. Tabel 3.1 Template perhitungan nilai tambah Metode Hayami yang dimodifikasikan No Variabel Satuan Nilai Interaksi Rantai Pasok Sawit 1 Harga beli Bahan Rpkg 1 2 Harga jual Produk Rpkg 2 3 Total Nilai Tambah per kg output Rpkg 3 = 2 terakhir - 1 I. Output, Input, dan Harga 4 a. Output volume penjualan kg 4a b. Output nilai penjualan Rp 4b 5 Bahan Baku Pokok Rp 5 6 Tenaga Kerja Langsung HOK 6 7 Faktor Konversi 7 = 4b 5 8 Koefisien T. Kerja Langsung RpHOK 8 = 4b 6 9 Upah Tenaga Kerja Langsung Rp 9 II. Penerimaan dan Nilai Tambah 10 a. Biaya Input lain Produksi Rp 10a b. Biaya Input lain Operasional Rp 10b 11 a. Nilai Tambah Rp 11a = 4b - 5+10a+10b b. Rasio Nilai Tambah 11b = 11a 4b III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 12 Marjin Rp 12 = 4b - 5 a. Sumbangan biaya input lain 12a = 10a+10b12 100 b. Keuntungan perusahaan 12b = 11a12 100 IV. Porsi nilai tambah per kg produk 13 a. Dalam nilai uang Rp 13a = 11a Σ 11a 3 b. Dalam persentasi 13b = 13a3 100 c. Nilai tambah per petani Rpbln

3.4 Model Identifikasi dan Perhitungan Bobot Risiko

Model kedua adalah model identifikasi dan perhitungan bobot risiko tiap pelaku pada rantai pasok minyak sawit, dan identifikasi strategi peningkatan nilai tambah tiap pelaku. Model ini juga menghitung tingkat nilai tambah tiap pelaku yang ditentukan oleh bobot risiko masing- masing. Langkah pengembangan model ini diperlihatkan pada Gambar 3.5. 1. Penentuan responden untuk kuisioner. Dari hasil wawancara dengan narasumber pada langkah pertama, secara purposive sampling dipilih calon responden yang cukup banyak dan mewakili ke-enam usaha dari hulu sampai hilir. Kuisioner dikirimkan kepada para responden utuk diisi.

2. Penyusunan tiga kelompok pakar. Data masukan dari para responden disusun menjadi

tiga kelompok pakar sebagai masukan untuk proses fuzzy AHP.

3. Proses fuzzifikasi terhadap masukan para pakar. Penentuan nilai fuzzy untuk setiap

alternatif dilakukan dalam bentuk Triangular Fuzzy Number TFN untuk memperoleh tiga fungsi keanggotaan yaitu Batas bawah BB, Batas tengah BT dan Batas atas BA dari tiap data masukan. TFN merupakan metode yang paling mudah dan paling banyak dipakai oleh para peneliti yang menggunakan fuzzifikasi Wang et al. , 2011. Gambar 3.5 Diagram alur identifikasi dan evaluasi risiko

4. Agregasi masukan pakar. Agregasi secara fuzzy dilakukan dengan pembobotan rata-

rata untuk batas bawah, batas tengah dan batas atas dari semua masukan.

5. Defuzzifikasi. Defuzzifikasi dilakukan untuk menentukan satu nilai crisp dari skor

fuzzy . Disini dipergunakan metode centroid, yaitu nilai tunggal dari variabel output dihitung dengan menemukan nilai variabel dari center of gravity suatu fungsi keanggotaan untuk nilai fuzzy. Hitung skor akhir dari tingkat dan bobot risiko. 6. Skor akhir didapat dari hasil perkalian matrix nilai eigen alternatif dengan bobot tiap kriteria. Setelah itu diurutkan menurut nilai tertinggi sampai terendah.

3.5 Formulasi Nilai Tambah Berdasarkan Tingkat Risiko dan investasi

Sebagai hasil studi pustaka dan wawancara dengan pakar dalam bidang rantai pasok minyak sawit diketahui bahwa harga bahan dan produk dalam agroindustri kelapa sawit selalu berubah dan perubahan tersebut tidak bersifat linier. Diasumsikan bahwa bentuk fungsi perubahan tersebut adalah eksponensial. Harga bahan dan produk merupakan komponen pokok dalam perhitungan nilai tambah NT. Justifikasi non-linieritas eksponensial Dari masukan para pakar, narasumber, serta literatur diketahui bahwa dalam industri kelapa sawit pada saat ini harga CPO dunia adalah dominan dalam penentuan harga CPO setempat, harga TBS maupun harga minyak goreng. Menggunakan data harga jual CPO bulanan dari tahun 2008-2010 dari PT Amal Tani dengan menggunakan software penguji satistik Easy- Fit didapatkan bahwa sebaran data adalah cukup = 36 data. Kemudian dengan menggunakan uji statistik non-parametrik Chi-Square didapat nilai goodness of fit ranking 1 untuk fungsi eksponensial 2P. Ini berarti bahwa harga jual CPO ini dapat dianggap bersifat non-linier eksponensial. Oleh karena itu maka harga TBS dan harga minyak-goreng yang mengikuti harga CPO tersebut dapat diasumsikan sebagai non-linier eksponensial juga. Risiko yang dihadapi oleh tiap pelaku rantai pasok selalu ada, tidak pernah nol, sehingga dampak dari risiko pada perhitungan nilai tambah dapat dianggap berbentuk fungsi eksponensial, Dari wawancara dengan para pakar dan hasil pengolahan data dari para responden diketahui bahwa besarnya nilai tambah NT ini dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu besarnya risiko dan investasi yang dihadapi oleh tiap pelaku. Dalam hal ini diasumsikan bahwa secara nalar bila risiko yang dihadapi semakin besar maka nilai tambah yang didapat juga harus semakin besar. Demikian juga untuk investasi, bila nilai investasi semakin besar maka nilai tambah yang didapat juga harus semakin besar. Untuk menyatakan dua asumsi ini pada formula nilai tambah didefinisikan bentuk utilitas nilai tambah sebagai fungsi berikut: NT = f investasi, risiko = α e w 1i x 1i + w 2i x 2i α ……………..………1 dimana ΝΤ = Ν ilai Tambah α = koefisien variabel w 1i = bobot untuk risiko pelaku ke-i x 1i = skor untuk risiko untuk pelaku ke-i w 2i = bobot untuk investasi pelaku ke-i x 2i = skor untuk investasi untuk pelaku ke-i i = 1, 2, 3, 4, 5, 6 yaitu para pelaku RPMS dengan kendala: 0 x 1i , x 2i 1 0 w 1i , w 2i 1 w 1i + w 2i = 1 Besarnya w1 dan w2 ditentukan dengan simulasi. Nilai α adalah konstanta yang ditentukan berdasarkan perilaku kurva fungsi NT untuk masing-masing pelaku. Besarnya x 1 juga didapat dari metode Hayami modifikasi, sedangkan x 2 didapat dari metode Fuzzy AHP. Secara lengkap, proses menyeimbangkan NT dan menghitung harga jual produk secara algoritmik menggunakan program Netlogo dapat diuraikan dengan urutan langkah-langkah berikut. 1 Nilai skor tingkat risiko antara para pelaku rantai pasok didapat sebagai keluaran dari metode fuzzy AHP. Langkah ini diuraikan pada sub-bab 3.4. 2 Nilai skor untuk besarnya investasi diambil dari metode perhitungan Hayami termodifikasi. Dari data investasi tiap pelaku dalam bentuk Rp dapat dihitung proporsi tiap pelaku dalam terhadap nilai investasi total rantai pasok 3 Pendefinisian formula utilitas nilai tambah sebagai fungsi dari risiko dan investasi adalah NT = f risiko, investasi = α e w 1i x 1i + w 2i x 2i α