Angka-angka menunjukkan perkiraan besarnya pendapatan para penyalur dalam satuan Rpkg. Pada tahap ini, proses tata niaga pada tingkat distributor minyak goreng dibagi
menjadi dua yaitu toko-toko swalayan dan distributor besaratau biasa disebut sebagai wholesaler.
Distributor atau pengepul mempunyai gudang besar untuk menyimpan stok minyak goreng yang dibeli dari pabrik. Dalam melakukan penjualan distributor atau pengepul
menjual minyak goreng dengan menentukan margin tertentu secara konstan. Pengepul mendapatkan keuntungan yang berfluktuatif. Distributor atau pengepul akan mendapatkan
keuntungan apabila harga minyak goreng naik sedangkan mereka memiliki banyak stok minyak goreng dengan harga lama yang lebih murah. Sebaliknya distributor atau pengepul
akan mendapatkan kerugian apabila harga minyak goreng turun sedangkan mereka masih banyak memiliki stok minyak goreng dengan harga lama yang lebih mahal.
Perusahaan swasta mendominasi pasar minyak goreng BI, 2007, baik pasar ekspor maupun domestik. Perusahaan produsen minyak goreng dengan skala besar berjumlah 11
perusahaan. Tiga perusahaan, yaitu Permata Hijau Sawit, Musim Mas, Wilmar tergabung dalam Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia GIMNI. Sedangkan Sinar Mas, Salim,
Best Agro Group, Panca Nabati, Astra Agro, Bina Kanya Prima, Asian Agri, dan Darmex tergabung dalam Asosiasi Industri Minyak Nabati Indonesia AIMNI. Dengan informasi ini
dapat dipahami kebijakan stabilisasi harga minyak goreng tidak mudah untuk dijalankan jika pelaku pasar minyak sawit dan minyak goreng yang terintegrasi tersebut tidak mengikuti
kebijakan pemerintah. Pada umumnya, pelaku pasar tersebut resisten terhadap kenaikan tarif pungutan ekspor minyak sawit dan minyak goreng.
Dari data ekspor minyak goreng pada bulan Oktober - Desember 2006 dan Januari - Mei 2007 terdapat tiga perusahaan besar yang mengekspor minyak sawit dan minyak goreng
dan menguasai pangsa ekspor kedua produk dari Indonesia. Pangsa ekspor minyak sawit dalam periode di atas naik dari 39,18 menjadi 42,15 dan mengurangi ekspor minyak
gorengnya dari 81,26 menjadi 65,84. Bagi ketiga perusahaan tersebut, seiring dengan kenaikan harga minyak sawit pada periode tersebut, ekspor minyak sawit lebih
menguntungkan dari pada ekspor minyak goreng. Proses distribusi dilanjutkan oleh pengecer seperti warung-warung kecil kemudian
sampai ke konsumen yang merupakan pengguna akhir seperti ibu-ibu rumah tangga maupun industri lain seperti industri makanan yang membutuhkan minyak goreng. Selain itu, proses
distribusinya juga dapat langsung kepada pengguna akhir.
4.2.4 Pengaruh Harga Minyak Sawit Dunia
Hasil pengamatan terhadap perkembangan harga minyak sawit, minyak goreng dan TBS dan Januari 2005 hingga Juni 2007 oleh Departemen Perdagangan menunjukkan
perkembangan harga minyak sawit dan minyak goreng cenderung naik secara konsisten dan bergerak searah satu sama lain BI, 2007. Hasil analisis yang dilakukan mengindikasikan
bahwa harga minyak sawit Rotterdam HCPOR berpengaruh nyata terhadap harga minyak sawit di Medan HCPO1 dengan elastisitas transmisi harga bernilai 0,84, yang berarti
perubahan harga minyak sawit di Rotterdam sebesar 10 akan ditransmisikan ke harga minyak sawit di Medan 8,4. Diketahui juga bahwa kenaikan harga minyak goreng juga
tergantung dan harga minyak sawit di Medan HCPO2. Elastisitas transmisi harga bernilai 0,65 yang berarti perubahan harga minyak sawit di Medan sebesar 10 akan ditransmisikan
ke harga minyak goreng di Medan HMG sebesar 4,3. Secara praktis uraian pengaruh harga minyak sawit di Rotterdam kepada harga MGS
ditunjukan pada tabel 4.1. Perhitungan harga minyak sawit lokal dipengaruhi oleh harga yang ditetapkan oleh
CIF Rotterdam Cost, Insurance and Freight Rotterdam yaitu biaya minimum yang harus dikeluarkan untuk mengirimkan barang dari Indonesia ke Rotterdam, Belanda yang
merupakan penggabungan antara biaya barang, assuransi dan biaya pengiriman carrying cost
minyak sawit. Harga CIF tersebut kemudian dikurangi biaya pengiriman sehingga menjadi biaya FOB Free on Board untuk daerah provinsi yang ada di Indonesia dan
kemudian ditetapkan harga patokan ekspor. Berdasarkan harga patokan ekspor dihitung biaya pungutan ekspor sebesar 6,5 -nya, selain itu juga perlu dihitung biaya lain-lain misalnya
biaya pungutan bank. Harga minyak sawit lokal adalah harga FOB daerah dikurangi pungutan biaya lain-lain. Semua biaya-biaya tersebut dihitung dalam satuan dolar per ton
USDton, oleh karena itu perlu dilakukan konversi dari dolar ke rupiah untuk menghitung harga minyak sawit lokal serta dibagi seribu dan satuannya menjadi rupiah per kilogram
Rpkg. Harga minyak sawit lokal kemudian ditambah dengan pajak PPN sebesar 10 dari harga minyak sawit lokal tersebut. Hasil penambahan harga minyak sawit ini kemudian
dilakukan pembulatan dan hasil pembulatan tersebut merupakan harga minyak sawit lokal yang digunakan dalam perdagangan dipasar dalam negeri.
Tabel 4.1 Penentuan harga minyak goreng berdasarkan harga minyak sawit luar negeri
Selain mempengaruhi harga minyak sawit lokal, harga minyak sawit luar negri yang ditetapkan oleh CIF Rotterdam ini juga mempengaruhi harga minyak goreng yang ada
dipasar karena harga minyak goreng yang berlaku ditetapkan berdasarkan harga minyak sawit lokal yang sudah ditetapkan sebelumnya. Harga pokok produksi minyak goreng merupakan
penambahan dari harga minyak sawit lokal dengan biaya pengolahan minyak sawit menjadi minyak goreng dan biaya distribusi yang dilakukan oleh perusahaan pengolah minyak
goreng. Kepada harga pokok produksi minyak goreng kemudian ditambahkan keuntungan yang diperoleh perusahaan pengolah minyak goreng serta pelaku tata niaga minyak goreng
yang terdiri dari distributor dan pengecer, sehingga terbentuklah harga minyak goreng yang ada dipasaran. Dengan demikian terlihat bahwa pergerakan harga komoditas minyak goreng
merupakan cerminan dari harga minyak sawit luar negeri. Pengendalian harga minyak sawit domestik dapat dilakukan melalul peningkatan
penawaran minyak sawit di pasar domestik dengan menghambat ekspor minyak sawit. Dalam kaitan upaya tersebut, kebijakan menghambat ekspor oleh pemerintah melalui penerapan Bea
Keluar BK sudah berada dalam jalur yang benar. Namun, mengingat produksi minyak sawit
Besaran Rumus
Satuan Nilai
Asumsi harga, CIF Rotterdam a
USDton 760
Dikurangi Freight b
USDton 70
Harga FOB BelawanDumai c = a - b
USDton 690
Harga Patokan Ekspor HPE CPO d
USDton 676
Pungutan Ekspor PE e=6.5d USDton
43,94 Bank charges, dll
f USDton
11 Total
g=c-e-f USDton
635,06 Harga CPO
h USDton
635,06 Harga CPO lokal per ton
i=h9.000 Rpton 5.715.540,00
Harga CPO lokal per kg j=i1000
Rpkg 5.715,54
PPN 10 k
Rpkg 571,55
Harga CPO l=j+k
Rpkg 6.287,09
Harga CPO dibulatkan m
Rpkg 6.300,00
Ditambah: Biaya proses olah
n Rpkg
500 Biaya distribusi
o Rpkg
400 Total Biaya
p=n+o Rpkg
900 Harga pokok prod minyak goreng
q=m+p 7.200,00
Keuntungan pengolah r
Rpkg 200
Keuntungan distributor s
Rpkg 300
Keuntungan pengecer t
Rpkg 200
Harga minyak goreng di pasar u=q+r+s+t Rpkg
7.900,00 Sumber : BI, 2007
masih dapat ditingkatkan, maka pemerintah perlu menerapkan kebijakan prioritas peningkatan produksi minyak sawit diantaranya menyediakan skim kredit investasi dengan
bunga yang kompetitif. Pengendalian harga minyak goreng dapat dilakukan dengan meningkatkan hasil produksi minyak goreng, pengawasan harga dan distribusi minyak
goreng.
4.2.5 Proses Pelelangan Minyak Sawit oleh KPBN
Proses pelelangan kelapa sawit yang diselenggarakan oleh PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara KPBN sebagai agen pelelang. KPBN menjual minyak sawit yang
diproduksi oleh pabrik minyak sawit yang terdiri dari beberapa PTPN PT Perkebunan Nusantara kepada agen pembeli, yaitu industri lanjutan pengolahan minyak sawit dan
eksportir. Gambar 4.4 menggambarkan aliran barang dan dana dalam proses pelelangan minyak sawit.
Gambar 4.4 Proses penjualan pada pelelangan minyak sawit Wawancara langsung dengan KPBN, 2011
Proses lelang dilakukan pada hari Senin sampai Jumat yang disesuaikan dengan ketersediaan stok minyak sawit pada pukul 15.15 WIB. Pelaksanaan lelang dibagi menjadi
dua yaitu lelang minyak sawit ekspor dan minyak sawit lokal, dalam setiap proses pelelangan akan ditentukan jenisnya terlebih dahulu yang disesuaikan dengan harga minyak sawit dunia.
PT. KPBN akan melakukan pengumpulan data persediaan minyak sawit dari semua pengajuan yang dilakukan oleh produsen, yaitu semua pabrik PTPN. PT. KPBN juga
mendaftar semua calon pembeli yang akan mengikuti pelelangan dan telah memenuhi persyaratan sesuai ketentuan yang berlaku. Pembeli dapat mengikuti lelang dengan langsung
mendatangi kantor PT. KPBN ataupun dengan mengajukan penawaran dengan fax. Proses pelelangan dilakukan secara terbuka, diawali dengan pengiriman pemberian
daftar minyak sawit ke pembeli yang sudah terdaftar. Isi daftar minyak sawit tersebut berupa tanggal, waktu, produsen PTPN, tempat penyerahan, kondisi penyerahan, dan volume yang
dilelang. Dari daftar tersebut pembeli melakukan penawaran terhadap minyak sawit pada PT. PTPN tertentu dengan mengajukan harga penawaran yang sesuai dengan volume yang