Manajemen Rantai Pasok Supply Chain Management

hubungan manajemen atau sistem kerja yang sistematis dan saling mendukung diantara beberapa lembaga kemitraan rantai pasok suatu komoditas Marimin dan Magfiroh, 2010. Brown 1994 mengatakan bahwa untuk mendapatkan pasokan bahan baku yang berkualitas diperlukan standar dasar komoditas, sedangkan kuantitas pasokan perlu memperhatikan produktivitas tanaman. Pasokan bahan baku dalam agroindustri mempunyai karakteristik musiman, mudah rusak, beragam, dan kamba. Manajemen rantai pasok memberikan perhatian pada pasokan, persediaan dan transportasi pendistribusian sebagai strategi mengurangi resiko kerusakan atau penurunan kualitas produk secara total serta meminimasi biaya. Rantai pasok adalah jaringan pelayanan, material dan aliran informasi yang menghubungkan keterkaitan dengan pelanggan, proses pemenuhan order, serta proses keterkaitannya dengan para supplier dan pelanggannya. Sinkronisasi dari proses perusahaan terhadap pemasok disesuaikan dengan aliran barangbahan, jasa dan informasi dari permintaan. Implikasi strateginya akan melibatkan koordinasi dari proses kunci di perusahaan seperti penerimaan order pesanan, pemenuhan order dan pembelian yang didukung oleh fungsi pemasaran, keuangan, sistem informasi, operasional dan logistik. Beberapa pemain utama yang merupakan pelaku-pelaku yang mempunyai kepentingan dalam manajemen rantai pasok adalah para pemasok, produsen, distributor, retail outlets dan pelanggan. Menurut Austin 1981 agroindustri menjadi pusat rantai pertanian yang berperan penting dalam meningkatkan nilai tambah produk pertanian di pasar. Agroindustri membutuhkan pasokan bahan baku yang berkualitas dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Menurut Brown 1994 untuk mendapatkan pasokan bahan baku yang berkualitas diperlukan standar dasar komoditas, sedangkan kuantitas pasokan perlu memperhatikan produktivitas tanaman. Gambar 2.2 menunjukkan aliran produk disetiap tingkatan rantai pasok dalam konteks jejaring rantai pasok pertanian menyeluruh. Setiap perusahaan diposisikan dalam sebuah titik dalam lapisan jaringan. Beberapa pembahasan rantai pasok agroindustri yang telah dilakukan diantaranya Wouda et al., 2001 menggunakan programa linier untuk komoditas susu, Vorst 2007 untuk agroindustri peternakan menggunakan model simulasi untuk membahas persediaan dan distribusi untuk produk pangan. Beberapa hasil penelitian ini memperlihatkan perkembangan baik pembahasan dalam rantai pasok agroindustri untuk berbagai komoditas. Rantai pasok sayuran merupakan salah satu masalah yang menarik untuk dipelajari dan dikembangkan model pengambilan keputusannya.

2.1.3 Rantai Pasok dan Rantai Nilai

Istilah rantai pasok diambil dari pengertian dalam uraian pada buku Porter 1985 yang berjudul Competitive Advantage. Didalam suatu organisasi rantai nilai mencakup semua kegiatan yang menyentuh produk atau pelanggan, termasuk kegiatan logistik masuk inbound logistics, produksi atau kegiatan operasional, logistik keluar outbound logistics, pemasaran, dan penjualan dan jasa. Analisa Rantai nilai dapat digunakan untuk mengukur kelayakan komersial dan teknikal dai suatu usulan proyek. Salah satu sarana pengukur yang layak untuk kelayakan politis adalah melaksanakan analisa dampak ekonomi-sosial. Didalam suatu sistem ekonomi yang sedang tumbuh, pemerintah pusat maupun lokal mungkin saja cemas atau ragu-ragu terhadap dampak suatu kegiatan kerjasama yang baru didalam suatu pasar yang sudah ada Roekel et al., 2009. Didalam konsep rantai nilai, ada fungsi atau komponen kegiatan-kegiatan yang mendukung usaha pokok, yaitu Pengadaan, Teknologi, SDM, dan sarana infrastruktur seperti jalan raya. Setiap organisasi mengaitkan jaringan rantai pasoknya dengan rantai nilai dengan komponen-komponen yang serupa. Porter 1985 juga menambahkan unsur profit margin kedalam rangkaian value chain-nya. Profit margin ini mewakili perbedaan dari harga yang Gambar 2.2 Skema rantai pasok pertanian Vorst, 2004 dibayar pelanggan dan harga atau biaya kegiatan rantai nilai tersebut. Keuntungan yang lebih tinggi berarti bahwa organisasi mempekerjakan kapasitas atau kemampuan produksinya sedemikian rupa sehingga dapat memberikan nilai tambah kepada para pelanggannya, yang diukur dari kerelaannya membayar untuk jasa atau produk tersebut. Kegiatan rantai pasok merupakan sub-set dari value chain yang meliputi kegiatan inbound logistics, operations, outbound logistics, marketing dan services. Kegiatan pemindahan barang atau logistik merupakan pekerjaan pokok para pengepul dan distributor yang termasuk proses value chain dan turut memberikan nilai tambah terhadap produk yang dipindahkan Porter, 1985. Pada prinsipnya nilai tambah yang dibahas pada penelitian ini adalah keuntungan profit yang merupakan selisih dari hasil penjualan produk dikurangi biaya bahan dan biaya pengolahan.

2.1.4 Kemitraan dengan Pemasok

Menurut Wong 2002 kemitraan di antara anggota rantai pasok dilakukan untuk menjamin kualitas produk dan efektivitas rantai pasok yang selanjutnya akan menghasilkan solusi untuk kepentingan bersama. Pengembangan rantai pasok yang efektif dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut. Pertama, memilih kelompok pemasok berdasarkan reputasi industri dan transaksi sebelumnya tentang harga dan kualitas melalui program penilai pemasok. Proses ini dilakukan untuk mendapatkan pemasok terbaik dalam industri yang menjamin kualitas pasokan. Kedua, memilih pemasok yang memiliki manajemen rantai pasok berhubungan erat dengan strategi perusahaan. Langkah ini akan meminimalkan peluang terjadinya konflik target strategis dengan para mitra. Kemitraan rantai pasok bersifat jangka panjang dan merupakan keputusan penting yang membutuhkan komitmen semua pihak. Ketiga, membentuk kemitraan rantai pasokmelalui negosiasi dan kompromi. Keempat, membangun sarana untuk menjamin pengetahuan tentang informasi produksi yang diberikan tepat waktu melalui perjanjian teknologi. SCM harus menjamin ketepatan waktu, efektivitas biaya dan sistem informasi yang komprehensif untuk menyediakan data yang dibutuhkan dalam membuat keputusan pasokan yang optimum. Kelima, disusun sistem monitoring yang memantau kinerja mitra. Proses ini dimaksudkan untuk memelihara hubungan dengan pemasok dalam menjamin administrasi yang lancar dan pengendalian logistik yang efisien.

2.2 Kelapa Sawit

2.2.1 Pohon Industri Kelapa Sawit

Kelapa sawit atau Elaeis guineensis, aslinya berasal dari Afrika Basiron et al., 2004. Nilai komersial pokok tanaman ini terletak pada minyak yang dapat diambil dari mesocarp dan kernel . Gambar 2.3 menunjukkan buah kelapa sawit pada penampang membujur. Gambar 2.4 memperlihatkan kebun sawit dengan buah unggulan. Gambar 2.3 Buah kelapa sawit penampang membujur Mahfot, 2011 Kelapa sawit digunakan terutama untuk membuat minyak goreng, margarin dan shortening ; juga sebagai bahan sarana non-makanan seperti sabun, deterjen, dan kosmetik. Gambar 2.4 Kebun sawit dengan buah unggulan Teoh, 2009 Gambar 2.5 menunjukkan Pohon Industri Kelapa Sawit. Tandan Buah Segar TBS adalah hasil panen petani kelapa sawit ataupun kebun kelapa sawit. Buah kelapa sawit yang terdiri dari daging dan biji kelapa sawit merupakan sumber utama dari minyak sawit. Ruang lingkup produk penelitian ini dibatasi pada jalur yang diberi warna kuning, yaitu buah, daging buah, minyak sawit CPO, olein dan minyak goreng.