Fuzzy Analytical Hierarchy Process FAHP

tegas, 5 bilangan fuzzy triangular ditetapkan dengan fungsi keanggotan yang terkait seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.12. Himpunan fuzzy didefinisikan sebagai F = {x, x, x∈U}, dengan x merupakan bilangan riil, U adalah himpunan semesta, dan x adalah fungsi keanggotaan dengan nilai [0,1]. Definisi dan contoh fungsi keanggotaan bilangan fuzzy ditunjukkan pada Gambar 2.19 dan Tabel 2.3. Gambar 2.19 Gambar fungsi keanggotaan bilangan fuzzy triangular Suharjito, 2011 Tabel 2.3 Definisi dan Fungsi Keanggotaan Bilangan Fuzzy Suharjito, 2011

2.6.5 Stakeholder Dialogue

Secara konseptual penyeimbangan nilai tambah dalam suatu rantai pasok dapat dilakukan dengan pendekatan manajemen pengambilan keputusan secara bersama antara para pelaku dengan konsep stakeholder dialogue yang saling menguntungkan. Pendekatan ini bertujuan untuk mempertahankan kontinuitas pasokan dan meningkatkan kualitas bahan baku dengan menyeimbangkan kepentingan yang berbeda pada setiap tingkatan rantai pasok. Petani menginginkan harga yang tinggi untuk kualitas produk seadanya tetapi pihak pengepul dan pabrik minyak sawit menginginkan harga yang serendah-rendahnya dengan kualitas bahan yang tinggi Awal, 2012. Pada dasarnya stakeholder dialogue adalah suatu diskusi yang terstruktur Tingkat Bilangan Skala Skala Kepentingan Fuzzy Linguistik Fuzzy TFN 1 1 Sama penting 1, 1, 2 3 3 sedikit lebih penting 2, 3, 4 5 5 Lebih penting 4, 5, 6 7 7 Sangat lebih penting 6, 7, 8 9 9 Mutlak lebih penting 8, 9, 10 diantara wakil-wakil perusahaan atau kelompok perusahaan Palazzo, 2010. Harus dilakukan kesepakatan perihal tujuan, aturan-aturan, dan harapan yang ingin dicapai dalam dialog. Stakeholder dialogue dapat dilaksanakan dengan model proses empat-fase pada Gambar 2.20 dan diuraikan sebagai berikut. Gambar 2.20 Model stakeholder dialogue 4 fasa Palazzo, 2010 Fase1: Eksplorasi dan konsultasi Ini adalah fasa identifikasi masalah-masalah yang dihadapi oleh suatu komunitas, kelompok atau rantai pasok. Kemudian sasaran-sasaran bersama didefinisikan dan disepakati. Tingkat partisipasi tiap anggota kemudian dibicarakan dan disepakati dan akhirnya dipilih mitra atau wasit untuk memfasilitasi pembicaraan dan kesepakatan. Fase 2: Persiapan Setelah para mitra menyepakati masalah, tujuan, sasaran untuk dibicarakan dan disepakati maka diklarifikasikan tujuan dan sumberdaya yang diperlukan untuk pelaksanaan dialognya. Kemudian juga ditentukan aturan dialog dan harapan terhadap semua peserta perihal apa yang ingin dicapai dengan dialog tersebut. Fase3: Pelaksanaan dialog Ini adalah fasa pelaksanaan dialog sesuai dan mengikuti ketentuan dan kesepakatan yang dicspai pada fase 2. Fase 2 : Persiapan •Klarifikasi tujuan dan sumberdaya •Pendefinisian bersama perihal tujuan, desain, aturan dialog, peran dan harapan- harapan Fase 4 : Langkah selanjutnya • Dokumentasi • Penyebaran hasil dialog •Evaluasi bersama perihal hasil •Bila perlu lakukan siklus baru 1 3 4 2 Fase 1 : Eksplorasi dan Konsultasi •Identifikasi masalah-masalah •Definisikan sasaran-sasaran •Definisikan tingkat partisipasi •Pemilihan mitra Fasa 3 : Pelaksanaan dialog •Dialog • Pengamatan hasil dialog •Penumbuhan trust Fase4: Langkah selanjutnya Pada fase 4 ini: Tindak lanjut, apabila hasil dialog pada langkah ini belum memuaskan para pelaku maka dapat dilakukan langkah siklus ulang. Demikan berulang-ulang dilakukan fasa 1 sampai 4 sampai semua pelaku merasa puas. Pada saat mana proses dapat berhenti tergantung kepada kesepakatan yang ditetapkan pada awal kegiatan ini. Cuppen et al., 2010 menerapkan metodologi Stakeholder dialogue untuk mengidentifikasi perspektif para stakeholder terhadap pilihan energy dari biomass di negeri Belanda. Stakeholder dialogue ditujukan untuk menemukan struktur pemasalahan bersama dengan memperhatikan tingkat pengetahuan dan sudut pandang yang beragam. Suharjito 2011 mengkaji mekanisme penentuan harga komoditas pertanian menggunakan pendekatan stakeholder dialogue ini untuk mencapai resolusi konflik kepentingan berdasarkan menyeimbangkan risiko rantai pasok komoditas jagung menggunakan optimasi fungsi utilitas risiko fuzzy. Pada penelitian ini digunakan utilitas nilai tambah yang merupakan fungsi dari risiko dan investasi. Masukan dari sub model FAHP memberikan bobot risiko pada setiap tingkatan rantai pasok produkkomoditas produk sawit. Masukan dari metode Hayami memberikan tingkat nilai investasi. Output dari model adalah harga produk sawit di tingkat petani, pengepul atau tingkat pabrik minyak sawit yang memberikan utilitas nilai tambah optimum. Penerapan stakeholder dialogue dituangkan kedalam pemodelan berbasis-agen menggunakan software Netlogo.