Nilai Tambah Dalam Agroindustri

1 Meningkatkan nilai tambah Adanya pengolahan produk pertanian dapat meningkatkan nilai tambah, yaitu meningkatkan nilai value komoditas pertanian yang diolah dan meningkatkan keuntungan pengusaha yang melakukan pengolahan komoditas tersebut. 2 Meningkatkan kualitas hasil Dengan kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang akan menjadi lebih tinggi. Kualitas hasil yang baik dipengaruhi oleh komposisi bahan baku yang digunakan. Perbedaan segmentasi pasar, tetapi juga mempengaruhi harga barang itu sendiri. 3 Meningkatkan pendapatan Selain pengusaha, petani penghasil bahan baku yang digunakan dalam industri pengolahan tersebut akan mengalami peningkatan pendapatan. 4 Menyediakan lapangan kerja Dalam proses pengolahan produk-produk pertanian menjadi produk lain tentunya tidak terlepas dari adanya keikutsertaan tenaga manusia sehingga proses ini akan membuka peluang bagi tersedianya lapangan kerja. 5 Memperluas jaringan distribusi Adanya pengolahan produk-produk pertanian akan menciptakan atau meningkatkan diversifikasi produk sehingga keragaman produk ini akan memperluas jaringan distribusi. Strategi menemukan langkah-langkah pertambahan nilai dapat dilakukan dengan mencoba mengetahui apa yang diinginkan para konsumen akhir pada produk yang dibeli dan digunakannya Coltrain et al., 2000. Hal ini akan membuat para penyedia bahan baku dan produsen berfikir bagaimana cara mempersiapkan produk akhir yang diinginkan konsumen tersebut. Misalnya saja peternakpemotong hewan ternak dapat menyediakan daging siap masak table-ready meat.

2.3.9 Pengertian Risiko

Holton 2004 mendefinisikan risiko sebagai keadaan terpapar exposure kepada suatukemungkinan kejadian yang tidak pasti. IRM 2002 didalam pedoman ISOIEC Guide 73 mendefinisikan risiko sebagai kombinasi dari probabilitas suatu kejadian dengan konsekwensi- konsekwensinya. Dalam semua kegiatan usaha selalu ada potensi kejadian dan konsekwensi yang berupa manfaat positif berupa keuntungan, atau ancaman negatif terhadap keberhasilan. Menurut Pinto 2007 risiko adalah suatu konsep dengan beragam implikasi dan derajat kepastian, yang berawal dari kurangnya pengetahuan perihal suatu kejadian yang dapat menimpa suatu kegiatan, dan kemampuan untuk mengatasinya. Kaplan dan Garrick 1981 mendefinisikan risiko sebagai kemungkinan kerugian atau kecelakaan beserta tingkat kemungkinan terjadinya kerugian atau kerusakan tersebut. Secara matematis risiko adalah ketidakpastian ditambah kerusakan. Menurut Zimmerman 2000 ketidak pastian disebabkan oleh 5 hal utama yaitu pertama adalah kurangnya informasi atau pengetahuan perihal terjadinya peristiwa dimasa depan, baik dari pesaing atapun pelanggan. Penyebab kedua adalah melimpahnya informasi, atau kompleksitas, hal yang berlawanan dengan yang pertama tadi, sehubungan dengan keterbatasan manusia dalam mengamati dan mengolah data yang melimpah dan tersaji sekaligus. Kemudian penyebab ketiga adalah adanya kenyataan kejadian yang saling bertentangan, karena suatu informasi mengandung kesalahan atau tidak relevan, atau bahkan meragukan. Jenis-jenis risiko sebagai dampak dari ketidakpastian, dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut. Pengelompokan pertama adalah berdasarkan asal timbulnya risiko tersebut. Risiko internal adalah yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Kerusakan peralatan kerja pada proyek karena kesalahan operasi, risiko kecelakaan kerja, risiko harus membayar gaji, upah dan sebagainya. Kemudian ada juga risiko yang berasal dari luar perusahaan seperti misalnya risiko tabrakan armada pengiriman, pencurian, penipuan, fluktuasi pasokan, perubahan kebijakan pemerintah, dan sebagainya IRM, 2002. Lebih lanjut risiko dapat dikelompokkan menurut fungsionalnya sebagai risiko finansial, risiko stratejik, risiko operasional dan risiko bahaya kecelakaan hazard. Langkah manajemen risiko digambarkan oleh Meydanoglu 2009 seperti Gambar 2.9. Meydano lu mengatakan bahwa dalam konteks analisa dan evaluasi risiko, risiko dievaluasi dalam pengertian probabilitas terjadinya dan potensi kerusakannya. Gambar 2.9 Diagram manajemen risiko Meydano lu, 2009

2.3.10 Manajemen Risiko

IRM 2002 mendefinisikan manajemen risiko sebagai upaya merupakan pengenalan, pengukuran dan perlakuan terhadap kerugian dari kemungkinan kecelakaan yang muncul. Agar perusahaan dapat menanggulangi semua risiko yang mungkin terjadi, diperlukan sebuah proses yang dinamakan sebagai manajemen risiko. Tiga macam pengertian perihal manajemen risiko antara lain adalah Proses formal dimana faktor-faktor risiko secara sistematis diidentifikasi, diukur dan dicari solusinya. Yang kedua adalah metode penanganan formal sistematis yang dikonsentrasikan pada identifikasi dan pengendalian peristiwa yang memiliki kemungkinan perubahan yang tidak diinginkan. Jenis ketiga adalah manajemen risiko dalam konteks proyek, yang berupaya mengidentifikasi, menganalisadan menjawab faktor-faktor risiko sepanjang masa proyek. Manajemen risiko rantai pasok sudah menjadi kegiatan yang diharuskan dalam manajemen rantai pasok, agar dapat menghindari atau paling tidak mengurangi terjadinya kegagalan berbisnis yang kelihatannya menjadi hal yang sering terjadi dalam era penuh ketidakpastian saat ini. IRM 2002 menggambarkan kegiatan-kegiatan manajemen risiko dengan Gambar 2.10. Pada diagram ini terlihat bahwa sasaran-sasaran strategis organisasi menentukan hasil-hasil kerja yang harus dicapai. Gambar 2.10 Diagram manajemen risiko IRM, 2002