Tata Niaga TBS Analisa Permasalahan Rantai Pasok Sawit

pengepul supplier. TBS yang terkumpul disortir berdasarkan kualitas TBS tersebut. Kemudian, TBS diolah menjadi minyak sawit. TBS yang diolah menjadi minyak sawit memiliki rendemen 24. Jadi, 1000 ton TBS akan menghasilkan 240 ton minyak sawit. minyak sawit yang dihasilkan dapat dijual kepada pasar dalam negeri atau pasar luar negeri ekspor. Minyak sawit dapat dijual kepada pabrik minyak goreng, pabrik kosmetik, dan lain- lain. Harga minyak sawit dapat berubah setiap waktu fluktuatif. Perubahan harga minyak sawit ini mengacu pada harga minyak sawit dunia. PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara KPBN adalah badan pemerintah yang mengelola pelelangan minyak sawit yang dihasilkan oleh perusahaan-perusa\haan perkebunan sawit milik negara PTPN. Para pembelinya adalah eksportir atau industri lanjutan seperti pabrik minyak goreng sawit MGS. 4.2.3 Tata Niaga Minyak Goreng Refinery atau pabrik minyak goreng membeli minyak sawit untuk diolah menjadi minyak goreng. Minyak sawit yang diolah menjadi minyak goreng memiliki rendemen sebesar 76. Jadi, 1000 ton minyak sawit akan menghasilkan 760 ton minyak goreng. Minyak goreng sawit MGS merupakan salah satu komoditas yang mempunyai nilai strategis karena termasuk salah satu dari 9 kebutuhan pokok bangsa Indonesia. Permintaan akan MGS di dalam dan di luar negeri yang kuat merupakan indikasi pentingnya peranan komoditas kelapa sawit dalam perekonomian bangsa. Kebutuhan MGS terus meningkat dari tahun ke tahun seiring bertambahnya jumlah penduduk, berkembangnya pabrik dan industri makanan, dan meningkatnya konsumsi masyarakat akan minyak goreng untuk memasak. Pabrik Minyak Goreng – Distributor – Konsumen Gambar 4.3 menjelaskan alur distribusi minyak goreng dari pabrik minyak goreng hingga ke tangan konsumen. Gambar 4.3 Alur tata niaga refinery - distributor-konsumen KPPU, 2009 Angka-angka menunjukkan perkiraan besarnya pendapatan para penyalur dalam satuan Rpkg. Pada tahap ini, proses tata niaga pada tingkat distributor minyak goreng dibagi menjadi dua yaitu toko-toko swalayan dan distributor besaratau biasa disebut sebagai wholesaler. Distributor atau pengepul mempunyai gudang besar untuk menyimpan stok minyak goreng yang dibeli dari pabrik. Dalam melakukan penjualan distributor atau pengepul menjual minyak goreng dengan menentukan margin tertentu secara konstan. Pengepul mendapatkan keuntungan yang berfluktuatif. Distributor atau pengepul akan mendapatkan keuntungan apabila harga minyak goreng naik sedangkan mereka memiliki banyak stok minyak goreng dengan harga lama yang lebih murah. Sebaliknya distributor atau pengepul akan mendapatkan kerugian apabila harga minyak goreng turun sedangkan mereka masih banyak memiliki stok minyak goreng dengan harga lama yang lebih mahal. Perusahaan swasta mendominasi pasar minyak goreng BI, 2007, baik pasar ekspor maupun domestik. Perusahaan produsen minyak goreng dengan skala besar berjumlah 11 perusahaan. Tiga perusahaan, yaitu Permata Hijau Sawit, Musim Mas, Wilmar tergabung dalam Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia GIMNI. Sedangkan Sinar Mas, Salim, Best Agro Group, Panca Nabati, Astra Agro, Bina Kanya Prima, Asian Agri, dan Darmex tergabung dalam Asosiasi Industri Minyak Nabati Indonesia AIMNI. Dengan informasi ini dapat dipahami kebijakan stabilisasi harga minyak goreng tidak mudah untuk dijalankan jika pelaku pasar minyak sawit dan minyak goreng yang terintegrasi tersebut tidak mengikuti kebijakan pemerintah. Pada umumnya, pelaku pasar tersebut resisten terhadap kenaikan tarif pungutan ekspor minyak sawit dan minyak goreng. Dari data ekspor minyak goreng pada bulan Oktober - Desember 2006 dan Januari - Mei 2007 terdapat tiga perusahaan besar yang mengekspor minyak sawit dan minyak goreng dan menguasai pangsa ekspor kedua produk dari Indonesia. Pangsa ekspor minyak sawit dalam periode di atas naik dari 39,18 menjadi 42,15 dan mengurangi ekspor minyak gorengnya dari 81,26 menjadi 65,84. Bagi ketiga perusahaan tersebut, seiring dengan kenaikan harga minyak sawit pada periode tersebut, ekspor minyak sawit lebih menguntungkan dari pada ekspor minyak goreng. Proses distribusi dilanjutkan oleh pengecer seperti warung-warung kecil kemudian sampai ke konsumen yang merupakan pengguna akhir seperti ibu-ibu rumah tangga maupun industri lain seperti industri makanan yang membutuhkan minyak goreng. Selain itu, proses distribusinya juga dapat langsung kepada pengguna akhir.