Stakeholder Dialogue Logika dan Analisa

Fase4: Langkah selanjutnya Pada fase 4 ini: Tindak lanjut, apabila hasil dialog pada langkah ini belum memuaskan para pelaku maka dapat dilakukan langkah siklus ulang. Demikan berulang-ulang dilakukan fasa 1 sampai 4 sampai semua pelaku merasa puas. Pada saat mana proses dapat berhenti tergantung kepada kesepakatan yang ditetapkan pada awal kegiatan ini. Cuppen et al., 2010 menerapkan metodologi Stakeholder dialogue untuk mengidentifikasi perspektif para stakeholder terhadap pilihan energy dari biomass di negeri Belanda. Stakeholder dialogue ditujukan untuk menemukan struktur pemasalahan bersama dengan memperhatikan tingkat pengetahuan dan sudut pandang yang beragam. Suharjito 2011 mengkaji mekanisme penentuan harga komoditas pertanian menggunakan pendekatan stakeholder dialogue ini untuk mencapai resolusi konflik kepentingan berdasarkan menyeimbangkan risiko rantai pasok komoditas jagung menggunakan optimasi fungsi utilitas risiko fuzzy. Pada penelitian ini digunakan utilitas nilai tambah yang merupakan fungsi dari risiko dan investasi. Masukan dari sub model FAHP memberikan bobot risiko pada setiap tingkatan rantai pasok produkkomoditas produk sawit. Masukan dari metode Hayami memberikan tingkat nilai investasi. Output dari model adalah harga produk sawit di tingkat petani, pengepul atau tingkat pabrik minyak sawit yang memberikan utilitas nilai tambah optimum. Penerapan stakeholder dialogue dituangkan kedalam pemodelan berbasis-agen menggunakan software Netlogo. 55 3 METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Rantai pasok minyak sawit RPMS merupakan suatu proses yang kompleks, seperti dapat dilihat pada Gambar 3.1. Rantai nilai yang menyertai rantai pasok minyak sawit adalah juga kompleks dengan adanya pasar lokal dan pasar dunia dengan banyak pelaku dan peraturan. Hal tersebut membatasi tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh tiap pelaku. Selain itu risiko yang dihadapi tiap pelaku juga bertambah dengan semakin panjangnya jalur usaha yang harus ditempuh sebelum sampai ke pengguna akhir produk-produk sawit. Gambar 3.1 Rantai nilai global komoditas kelapa sawit Indonesia Gumbira-Sa’id, 2009 Komoditas kelapa sawit tidak terbantahkan merupakan primadona perdagangan ekspor Indonesia. Ekspor minyak sawit Indonesia dan produk turunannya terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2005 jumlah ekspor minyak sawit Indonesia dan produk turunannya mencapai 10,5 juta ton. Tahun 2006 jumlah ekspor minyak sawit dan produk turunannya + , - + meningkat menjadi 12,1 juta ton dengan nilai sekitar USD 5,4 miliar Gumbira-Sa’id, 2009. Kelapa sawit juga menjadi sumber penerimaan pajak yang besar. Pajak bumi dan bangunan yang dapat diperoleh adalah sekitar Rp 26.263 miliar dengan asumsi luas areal perkebunan kelapa sawit sekitar 5.247.171 hektar dan dengan tarif pajak Rp 5.000 per hektar per tahun Gumbira- Sa’id, 2009. Sejak bulan Oktober 2007, Indonesia telah berhasil menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia, bahkan pada bulan Mei 2009, Indonesia telah mampu memproduksi 19 juta ton minyak sawit dari luasan areal 7,52 juta ha. Pada tahun 2007, ekspor minyak sawit dan berbagai produk turunannya mencapai 11,9 juta ton, setara dengan penerimaan USD 7,9 milyar, dan memberikan pekerjaan kepada lebih dari 3,3 juta pekerja, baik di lahan maupun di pabrik dan berbagai sektor jasa yang terkait. Gambar 3.2 Kerangka pemikiran penelitian Dari kesemua hal tersebut penulis menetapkan 3 aspek yang ingin ditempuh pada penelitian ini. Penelitian untuk disertasi ini dirancang dan dilakukan mengikuti kerangka pemikiran yang diuraikan pada Gambar 3.2. Aspek pertama adalah mempelajari bagaimana konsep nilai tambah diterapkan pada rantai pasok minyak sawit. Aspek kedua adalah risiko- risiko apa yang dihadapi para pelaku usaha dan bagaimana risiko tersebut dapat dikendalikan agar terjadi keseimbangan antara risiko dan nilai tambah. Aspek ketiga adalah bagaimana model RPMS ini sebaiknya disusun untuk dapat mewakili perilaku dan interaksi para pelaku sesuai karakteristiknya. Pendekatan model berbasis-agen digunakan disini karena kemampuannya mengidentifikasi pola perilaku para pelaku untuk mengupayakan nilai tambah yang maksimal. Setelah kesemua aspek tersebut diketahui dan model-model yang diinginkan selesai dibuat maka dapat diambil simpulannya. Dengan pemodelan berbasis-agen ini dapat dilakukan simulasi yang mendukung hasil modifikasi metode Hayami dan identifikasi serta evaluasi risiko tiap pelaku RPMS. Gambar 3.3 Diagram alir global penelitian Keseluruhan tahapan langkah penelitian yang dilakukan untuk disertasi ini diuraikan pada Gambar 3.3. Pada tahap pertama, persiapan penelitian diawali dengan pengenalan latar belakang