4.1.3 Kegiatan Pabrik Minyak Sawit
Pabrik minyak sawit memproses TBS menjadi minyak sawit dan palm kernel PK. Umumnya pabrik minyak sawit tidak memproses PK menjadi minyak inti sawit palm kernel
oil , PKO. Proses tersebut dikerjakan oleh pabrik khusus mengolah PK menjadi PKO. Pada
saat ini pabrik minyak sawit yang baru sudah dapat memproses TBS menjadi minyak sawit dengan randemen mendekati 21 minyak sawit dan 6 PK, dan masa kembali modal break
even period , BEP 3 tahun. Sesuai dengan ketentuan Pemerintah pada umumnya pabrik
minyak sawit memiliki kebun kelapa sawit sendiri atau kebun petani plasma sebagai sumber bahan baku TBS untuk diolah menjadi minyak sawit. Akan tetapi pada kenyataannya tidak
semua memiliki kebun. Dana yang diperlukan untuk membuka perkebunan sawit seluas 10,000 hektar saat ini 2012 dapat mencapai Rp 600 milyard dengan masa tidak produktif
karena kebun belum menghasilkan selama 3 tahun. Dana untuk investasi pabrik minyak sawit dengan kapasitas 45 ton TBSjam adalah sekitar Rp 200 milyard dengan biaya operasional
Rp 300 milyard Hambali, 2009 dan sudah dapat menghasilkan pendapatan pada tahun pertama. Dengan demikian lebih menarik untuk berinvestasi pada pabrik minyak sawit
daripada hanya kebun sawit saja. Hampir semua pabrik membutuhkan tambahan pasokan TBS dari kebun rakyat sehingga harus mempunyai ikatan kerjasama kemitraan dengan
sumber pasokan TBS untuk menjamin kontinyuitas bahan baku. 4.1.4
Kegiatan Pabrik Minyak Goreng
Pabrik minyak goreng memproses minyak sawit menjadi minyak goreng sawit Kelebihan pabrik minyak goreng adalah dapat menyimpan bahan baku minyak sawit lebih
lama dibandingkan dengan pabrik minyak sawit yang tidak mungkin menyimpannya di gudang bahan baku. Pabrik minyak goreng mendapatkan produk akhir berupa minyak goreng
olein, minyak stearin dan palm oil fatty acid distillate PFAD. Ekspor minyak sawit dan produk olahannya termasuk minyak goreng terus mengalami
kenaikan secara konsisten sejak tahun 2001. Pada tahun ini dan perkiraan ke depan trend kenaikan tersebut akan terus berlanjut. Pertumbuhan ekspor kedua jenis produk tersebut
dalam periode 2001-2010 diperkirakan masing-masing mencapai 17,81 dan 15,26 per tahun. Kecenderungan meningkatnya ekspor minyak goreng apabila tidak dibarengi dengan
kenaikan produksi dapat mengakibatkan kekurangan pasokan kedua jenis produk di pasar domestik dan akan berdampak terhadap harga, khususnya minyak goreng.
4.1.5 Kegiatan Distributor
Distributor adalah sisi pelaku usaha terakhir pada RPMS yang memasok produk yaitu minyak goreng kepada konsumen. Seperti halnya pedagang TBS, distributor juga berperan
sebagai penghubung antara pabrik minyak goreng dengan konsumen. Seperti halnya pedagang TBS maka distributor minyak goreng pada prinsipnya juga menerima pendapatan
komisi untuk setiap kg minyak goreng yang dikelolanya.
4.2 Analisa Permasalahan Rantai Pasok Sawit
4.2.1 Tata Niaga TBS
Produk utama yang diperdagangkan dalam tata niaga kelapasawit adalah TBS, minyak sawit dan minyak goreng sawit MGS. Selain itu terdapat juga produk minyak inti sawit
palm kernel oil, PKO, stearin, dan PFAD. Para pelaku RPMS harus mengikuti arus tata niaga yang sudah berkembang sejak awal tumbuhnya industri ini. Pelaku utama tata niaga ini
terdiri dari petani, produsen dan pedagang. Petani sawit sebagai sisi paling hulu merupakan penghasil bahan baku pokok berupa TBS. Pada saat ini terdapat dua jenis petani yaitu petani
swadaya dan petani plasma. Petani swadaya harus mencari sendiri pembeli TBS-nya sedangkan petani plasma sudah terikat dalam perjanjian untuk menjual TBS-nya kepada
pabrik minyak sawit tertentu dengan harga yang ditentukan bersama. Petani swadaya tidak dapat menentukan harga sendiri tetapi terikat kepada harga TBS yang ditetapkan oleh
pertemuan berkala setiap dua minggu di kantor Dinas Perkebunan Propinsi. Berdasarkan masukan dari para responden di lapang tentang pergerakan harga TBS
setiap tahun, periode bulan September-Desember merupakan puncak harga jual tertinggi. Pada bulan September-Desember, kebutuhan konsumsi lebih besar dibanding produksi,
yang menyebabkan harga TBS naik. Periode tersebut merupakan puncak paceklik, sehingga harga kelapa sawit tinggi. Dalam periode Januari-April, produksi lebih tinggi dari kebutuhan
sehingga terjadi kelebihan produksi, yang menyebabkan harga kelapa sawit cenderung rendah.
Rantai Petani â Pengepul â Pabrik Minyak Sawit
Petani merupakan aktor yang memiliki peranan sangat penting dalam rantai pasok minyak sawit. Petani merupakan produsen penghasil TBS yang menjadi bahan baku utama
dalam rantai pasok tersebut. Alur tata niaga TBS dari mulai petani sawit, pengepul sampai ke pabrik minyak sawit diuraikan pada Gambar 4.1.
Petani menjual kelapa sawit TBS kepada agen. Agen merupakan pihak yang mengumpulkan TBS dari para petani, diteruskan ke pabrik minyak sawit melalui pemasok.
Agen dapat berupa tengkulak toke, kelompok tani KT, atau Koperasi Unit Desa KUD. Supplier
bertugas melakukan kerjasama dengan para pabrik minyak sawit sebagai tempat menampung TBS dari para agen. Supplier inilah yang berperan dalam melaksanakan Surat
Pesanan Demand Order, DO dengan pabrik minyak sawit.