Identifikasi Permasalahan Pendekatan Sistem

mengejar keuntungan setinggi-tingginya tanpa memperhatikan risiko yang ditimbulkan terhadap pihak lain Mulyana, 2004; BAPPENAS, 2010; Sucipto, 2010. 8 Belum berkembangnya kesadaran petani dalam mengelola kesejahteraan kehidupannya secara rasional sehingga seringkali terjadi kesalahan prioritas penggunaan dana produktif Bakir, 2007. Hal ini menyebabkan ketergantungan petani kepada penyandang dana dan terpaksa menerima saja tingkat harga maupun term pembayaran TBS yang dijualnya. 9 Distribusi tingkat nilai tambah masih belum seimbang dibandingkan dengan tingkat risiko yang dihadapi para pelaku dalam jaringan RPMS Bakir, 2007; Teoh, 2009.

2.5.3 Identifikasi Sistem

Untuk dapat mengembangkan suatu model sistem RPMS perlu diketahui hubungan atau pengaruh antara kebutuhan pelaku dengan permasalahan yang telah teridentifikasi. Identifikasi sistem merupakan mata rantai hubungan antara pernyataan-pernyataan kebutuhan setiap pelaku dalam sistem dengan permasalahan yang telah diformulasikan. Identifikasi sistem dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebab akibat dan diagram Input-Output Marimin, 2005. Gambar 2.13 Diagram lingkar input-output RPMS Marimin, 2005 Hubungan antara komponen di dalam suatu RPMS dapat diuraikan dengan Gambar 2.13 yang merupakan diagram Lingkar Input-Output. Diagram lingkar ini menggambarkan hubungan antar komponen-komponen tersebut dengan tanda positif atau negatif yang menunjukkan sifat pengaruhnya. Diagram sebab akibat ini digunakan sebagai dasar pengembangan model. Pemerintah membuat kebijakan bidang sawit yang mengupayakan terjadinya keseimbangan nilai tambah dan kemitraan yang jujur pada masing-masing pelaku rantai pasok minyak sawit Chalil, 2008. Pembentukan kebijakan ini dipengaruhi oleh keputusan investasi dari para investor serta harga minyak sawit dunia. Kebijakan ini mengakibatkan terbentuknya iklim usaha yang bagus, yang mendorong pembentukan klaster serta peningkatan infrastruktur. Dengan adanya pembentukan klaster dan peningkatan infrastruktur ini diharapkan produktivitas dari hasil olahan kelapa sawit meningkat. Produktivitas juga dapat ditingkatkan dengan penggunaan bibit kelapa sawit serta teknik budidaya yang unggul PPKS, 2006. Hal ini dapat meningkatkan kualitas pasokan dari produk olahan kelapa sawit. Dengan meningkatnya kualitas produk-produk maka nilai penjualannya juga meningkat. Peningkatan penjualan serta kontinuitas pasokan produk olahan kelapa sawit dalam negeri akan meningkatkan keuntungan dari masing-masing pelaku rantai pasok. Peningkatan keuntungan masing-masing pelaku rantai pasok minyak sawit ini akan menciptakan keseimbangan nilai tambah yang diperoleh masing-masing pelaku rantai pasok minyak sawit yang mengakibatkan kemakmuran Indonesia semakin meningkat. Kemakmuran Indonesia akan mempercepat keputusan investasi produk olahan kelapa sawit di Indonesia. Keseimbangan nilai tambah juga menumbuhkan kemitraan yang jujur pada masing-masing pelaku rantai pasok. Keputusan investasi dan kemitraan yang jujur akan menyebabkan meningkatnya jumlah pendirian pabrik minyak sawit atau minyak goreng KPPU, 2009. Keputusan investasi dan meningkatnya kerjasama dengan perbankan dapat meningkatkan perluasan lahan kelapa sawit di Indonesia. Perluasan lahan kelapa sawit dapat meningkatkan pendirian pabrik minyak sawitminyak goreng sehingga semakin bertambahlah penyerapan tenaga kerja. Banyaknya pabrik minyak sawitminyak goreng yang didirikan akan mempengaruhi jumlah hasil olahan kelapa sawit yang diekspor BI, 2007. Akan tetapi volume ekspor ini dipengaruhi oleh harga minyak sawit didunia. Banyaknya hasil olahan kelapa sawit yang diekpor berpengaruh negatif terhadap kontinuitas pasokan hasil olahan kelapa sawit dalam negeri. Semakin sedikit jumlah ekspor produk olahan kelapa sawit maka semakin banyak jumlah pasokan olahan yang tersedia untuk industri minyak sawit di dalam negeri. Gambar 2.14 Diagram input-output untuk agroindustri minyak sawit Marimin, 2005 Diagram kedua pada langkah pengembangan sistem adalah diagram input-output yang diuraikan pada Gambar 2.14 Marimin, 2005. Diagram ini menyajikan bentuk-bentuk masukan input dan keluaran output dari model yang akan dikembangkan. Ada dua jenis input kedalam sistem ini yaitu yang berasal dari luar sistem atau input lingkungan dan input internal yang berasal dari dalam sistem. Input internal merupakan perubah yang diperlukan oleh sistem dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan keluaran yang dikehendaki. Input internal ini terdiri dari input terkendali dan input tidak terkendali. Input terkendali terdiri dari aspek manusia, bahan atau material, energi, modal dan informasi. Input terkendali ini dapat dikendalikan selama proses pengoperasian sistem untuk mencapai kinerja yang dikehendaki. Input tidak terkendali tidak berperan besar dalam mengubah kinerja sistem sehingga cenderung diabaikan. Input terkendali dari model yang akan dikembangkan meliputi jenis dan kualitas bahan baku, jenis dan jumlah produksi, jumlah investasi, serta sarana dan prasarana. Pengendalian input terkendali menjadi titik kritis keberhasilan sistem dalam mencapai output yang diinginkan sekaligus untuk mengurangi output yang tidak dikehendaki. Input ini menjadi perhatian utama karena input terkendali merupakan input yang dapat dikelola agar keluaran sistem sesuai dengan yang diharapkan.