161
“Ya biar pendengaran lebih peka. Kalau perlu, sebelumnya saya akan mengikuti kursus, belajar menjadi seorang pendengar yang baik.”
Ngomong begitu, bukan lantaran Mas Celathu ingin menyindir. Tapi semata-mata karena gemas, sering ketemu sejumlah orang berstatus atasan, tapi
begonya nggak ketulungan. Pastilah ini jenis atasan yang tidak berkenan mendengar, tapi terlalu rajin bicara. Padahal kita tahu, status dan jabatan tidak
membuat orang menjadi superman. Kedudukan tidak membuat semua persoalan dikuasai seorang atasan. Karena itulah, adakalanya diperlukan kesediaan untuk
mendengar - termasuk kesediaan mendengarkan kritik bawahan. Jika belum terlatih untuk mendengar, ya segeralah belajar untuk bisa mendengar.
“Welhadalah...daleeem banget nih. Tumben ngomongnya serius.” “Hehehe... kalau boleh terus terang, saya kan juga pengin jadi atasan,”
kata Mas Celathu tanpa kemunafikan, sambil membuka earphone yang sedari tadi menyumbat kupingnya. Rupanya Mas Celathu juga menyadari, dirinya pun
juga harus belajar mendengar.
Analisis 1. Tindak Tutur dalam Tuturan ekspresif
a. Tindak Tuturan ilokusi
• “Rejeki memang tinggi, tapi banyak godaannya. Salah-salah tergiur korupsi.”126
Maksud penutur :penutur bermaksud jika menjadi atasan
bayarannya memanglah sangat tinggi, tapi hal tersebut banyak godaannya bisa-bisa terjerat korupsi.
b. Tindak Tutur Perlokusi
• “ Status dan jabatan tidak membuat orang menjadi supermen. Kedudukan tidak membuat semua persoalan
dikuasai seorang atasan. Karena itulah, adakalanya diperlukan kesediaan untuk mendengar.127
Maksud penutur
:penutur menuturkan bahwa kesediaan untuk mendengarkan atasan maupun dari bawahan sangat diperlukan.
Hal tersebut tidak mengenal jabatan maupun status. Hal itu membuat mitra tutur introspeksi diri akan sesuatu yang telah
dilakukan.
• “ ya biar pendengarannya lebih peka. Kalau perlu, sebelumnya saya akan mengikuti kursus, belajar menjadi seorang
pendengar yang baik.128
162
Maksud penutur : penutur secara tidak langsung menyindir
para atasan yang tidak sedia untuk mendengar kritikan dari bawahannya.
c. Tindak Tutur Tidak Langsung
• “ Lha kalau kalian dipaksa menjadi atasan, kira-kira apa yang akan pertama kali sampeyan lakukan,”
teman
nongkrongnya bertanya lagi.129 Maksud penutur:
penutur secara tidal langsung menanyakan kira-kira apa yang akan dilakukan jika mitra tutur menjadi
atasan.
• “Itu sebabnya, Mas Celathu selalu mengingatkan agar waspada dan hati-hati berbicara. Lihat tempatnya, lihat status
ruangnya, dan lihat pula siapa yang diajak bicara.130 Maksud penutur
:penutur secara tidak langsung memerintah agar selalu menjaga mulut dalam berbicara. Dengan
memperhatikan tempat, ruang dan siapa yang diajak bicara.
d. Tindak Tutur Harfiah
• “Saya akan minta dokter mengoperasi kuping saya, supaya daun
telinga saya lebih lebar dari yang sekarang,” kata Mas Celathu sambil menjumput juadah bakar, dan langsung
mengunyahnya.131 Maksud penutur
: arti kata dokter merupakan arti yang sebenarnya yaitu profesi yang bertugas menyembuhkan orang
sakit.
e. Tindak Tutur Tindak Harfiah
• “Bahkan, andaikan omongan hanya berisi rentetan bualan, siapapun tak bisa mencegah. Apalagi melarang. Karena itulah
kabar angin, info gothak-gathuk atawa gossip tumbuh subur di
tempat beginian.132 Maksud penutur
:kabar angin merupakan arti yang bukan sebenarnya. Kabar angin dalam tuturan di atas adalah kabar
yang belum jelas kebenarannya, desas-desus.
• “Saya akan minta dokter mengoperasi kuping saya, supaya daun telinga
saya lebih lebar dari yang sekarang,” kata Mas Celathu
sambil menjumput juadah bakar, dan langsung mengunyahnya. 133
Maksud penutur :daun telinga merupakan arti yang bukan
sebenarnya. Daun telinga dalam tuturan di atas adalah telinga atau kuping.
2. Fungsi Pragmatis Tuturan Ekspresif a.
Fungsi Ekspresif Mengkritik • “Termasuk kesediaan mendengarkan kritik bawahan. Jika belum
terlatih untuk mendengar, ya segeralah belajar untuk bisa mendengar.134
163
Maksud penutur :penutur mengkritik para atasan yang selalu
mengabaikan kritikan dari kalangan bawah.
b. Fungsi Ekspresif Menyindir