189
e. Tindak Tutur Harfiah
• “Bahkan diijinkan melanggar undang-undang lalu-lintas dengan pengawalan polisi, seperti sering terjadi rombongan moge
menerabas jalan tol di Ibukota.200 Maksud penutur:
polisi dalam tuturan di atas mempunyai makna arti sebenarnya yaitu: badan pemerintah yang bertugas
memelihara keamanan dan ketertiban umum. f.
Tindak Tutur Tidak Harfiah • “ Karena lazimnya orang pengin berlama-lama nongkrong di
kursi empuk Senayan”.201
Maksud penutur:
kursi empuk dalam tuturan di atas bukan makna arti yang sebenaranya, itu adalah sebuah ungkapan. Arti
kursi empuk yaitu kedudukan yang enak.
• “Seakan-akan medan politik hanya dihuni oleh mereka yang berhati resik, memihak wong cilik, pantang korupsi dan benar-
benar tulus ingin menyelamatkan.”202 Maksud penutur:
Wong cilik dalam tuturan di atas mempunyai makna yang bukan sebenarnya. Wong cilik mempunyai arti
rakyat kecil, golongan rendah.
2. Fungsi Pragmatis Tuturan Ekspresif a.
Fungsi Ekspresif Mengkritik • “Nah, jika para pemimpin ingin mempertahankan”Jati Diri”
ini dengan membiarkan kubangan-kubangan dijalanan itu memanen korban, tanggal 20 Mei ini segeralah ubah
peringatan Seabad Kebangkitan Nasional menjadi Kebangkrutan Nasional. Merdeka203
Maksud penutur:
penutur mengkritik jalan raya yang banyak berlubang sehingga menyebabkan banyak korban yang tewas,
sehingga mengkritik dengan perkataan kebangkrutan nasional.
b. Fungsi Ekspresif Menyindir
• “ Karena lazimnya orang pengin berlama-lama nongkrong di
kursi empuk Senayan. Bukankah sudah menjadi rahasia umum, di sana kerap terdengar bagaimana para rakuswan
dan rakuswati maksudnya: para manusia rakus sibuk memperjualbelikan pasal undang-undang.204
Maksud penutur:
penutur menyindir para pejabat politik yang memperjualbelikan pasal-pasal supaya bisa duduk dikursi
pemerintahan. c.
Fungsi Ekspresif Mengeluh • “oalaah.., Mas bojoku benar-benar frustasi. Dulu dia
berharap bisa ikut mendandani bangsa dan negara ini dengan jadi politikus.
Makanya dia mau jadi wakil rakyat.
Jadi orang partai. Tapi ternyata bosok kabeh. Kapoklah dia.205
190
Maksud penutur: penutur mengeluhkan system pemerintahan
sekarang sering bermain curang dan tidak jujur, hal tersebut salah satu penyebab yang membuat suaminya frustasi.
d. Fungsi Ekspresif Menyalahkan
• “ yang jelas-jelas salah, kenapa jalan raya kita selalu bopeng dan menyisakan lubang di mana-mana?
Mas Celathu
menggugat dalam hati.206 Maksud penutur:
penutur menyalahkan system pemerintahan yang menyisakan keganjilan, penutur mempertanyakan jalan
berlubang yang terdapat dimana-mana.
• “Bahkan semakin berlubang semakin produktif mengurangi jumlah penduduk lantaran korban tewas pada
berjatuhan.207 Maksud penutur:
penutur menuturkan mengenai kondisi jalan raya yang banyak berlubang di mana-mana. Akibat dari itu
banyak korban tewas berjatuhan.
3. Kemungkinan Efek yang Timbul dalam Tuturan Ekspresif a. Efek Jengkel
• Makanya ia mau jadi wakil rakyat. Jadi orang partai. Tapi ternyata bosok kabeh. Kapoklah dia.208
Maksud penutur: penutur merasa jengkel ternyata pemerintahan
sekarang dalamnya tidak ada yang jujur, bersih. b.
Efek Menghina • Moge? Wuaah, mbok kamu itu jangan ngece. Memangnya
kita gablek duit apa, kok berani-beraninya membayangkan aku naik moge,” jawab Mas Celathu yang memang berdompet
cekak.209 Maksud penutur: penutur merasa terhina, karena mitra tutur
menyarankan agar membeli motor gede, sedangkan penutur tidak mempunyai uang.
191
No.Data: Sumber Data
17. Buku “Presiden Guyonan”
PENYELENGGARA KEMISKINAN
Di puncak keputusan lantaran gagal mencegah pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM, dengan sinis Mas Celathu justru menyatakan
syukur. “ weelwh, tumbensampeyan jadi jinak. Dapat bagian proyek apa? Kok malah bersyukur?” Mbakyu Celathu gumun melihat perubahan tabiat suaminya.
“ Proyek Mbahmu Habis mau gimana lagi. Mau melanjutkan protes, terus-terusan demo, nanti malah dapat bonus gebukan pak polisi. Tuh
lihat mahasiswa Unas Jakarta. Gara-gara ngotot berjuang, akhirnya diperlakukan seperti maling. Dianiaya pakai pentungan yang dibeli dari duit rakyat,” kata Mas
Celathu yang masih terheran-heran, kenapa di sebuah negara demokrasi para aparatnya masih gemar memanjakan naluri primitifnya.
“ Sampeyan itu ya nganeh-anehi. Lha wong jelas-jelas naiknya harga BBM bakal menyengsarakan banyak orang, kok malah disyukuri. Terus, yang
disyukuri itu apanya?” Mas Celathu njegeges. Seluruh urat di raut wajahnya ketarik ke atas
secara over, dan matanya melotot seperti mau lompat dari kelopaknya. Dengan gaya sok serius laksana intelektual anyaran, dia bicara dengan rada ngotot,”
Woooow, saya itu betul-betul kagum sama pemeritah sekarang. Nekaaaad banget
. Cobaaaa, kalau bukan kaena keberaniannya menaikkan harga BBM, saya kan tidak memperoleh bukti kalau pemerintah berbohong. Inilah yang membikin
saya harus bersyukur. Ini peristiwa langka lho. Pemerintah berani terang- terangan ngibuli rakyatnya. Apa nggak hebat itu?”
Memang, dalam setiap gonjang-ganjing temasuk heboh soal kenaikan harga minyak, selalu melahirkan “berkah” tersembunyi. Bukakkah para pemuka
agama dan orang bijak selalu kasih nasihat, sepahit apapun peristiwa itu pasti ada hikmahnya. Seakan-akan yang namanya hikmah selalu nempel dalam setiap
musibah, bahkan terkadang dijadikan pembenaran bagi setiap kegagalan. Begitu hikmah didapatkan, biasanya orang akan segera mahfum atas segala kekalahan,
kelemahan dan kegagalan. Karena itulah, ajakan menemukan hikmah terkadang dicurigai sebagai upaya memanipulasi atau melarikan diri dari kenyataan.
Sebuah jebakan untuk membuat daya kritis jadi tumpul. Asal asa hikmahnya jadi bener.
Sebagai orang yang masih bercita-cita jadi makhluk religius, maka Mas Celathu mencoba mengais-ngais. Siapa tahu bisa menemukan berkah dan
hikmah yang ngumpet dibalik bencana kenaikan harga BBM ini. Dan ia menemukannya. Yaitu menemukan bukti inkonsistensi pernyataan presiden yang
dulu pernah bilang,”Saya berjanji tidak akan menaikkan harga BBM lagi.”
“Huuss, jangan menyebar fitnah ya. Pak SBY-JK selalu menepati janji. Dia tidak menaikkan harga BBM. Yang mengumumkan kan bukan SBY
maupun JK. Tapi menterinya….hehehe,” gurau isterinya sambil ngeloyor pergi. “Preekk,” sahut Mas Celathu pendek.
192
Bahaya kerakusan
Hikmah lain, Mas Celathu juga bersyukur bisa melihat bagaimana sejumlah kecurangan dan ketamakan berlangsungsecra telanjang di depan mata.
Yaitu ketamakan yang terjadi beberapa jam menjelang diberlakukannya harga BBM yang baru. Dia melihat bagaimana sejumlah pom bensin melakukan
penimbunan BBM, dengan tak mau melayani penjualan beberapa jam sebelum jam 00, kemarin.
“ Saya sih maklum jika rakyat berpesta pora cari keuntugan barang 3 atau 4 liter, mencari selisih harga BBM, dengan rela berlama-lama antri di pom
bensin. Mungkin itu agak sedikit menghibur. Tapi kalau ada mobil BMW dan Mercy juga ikutan antri, apa namanya kalau bukan rakus?” ujar Mas Celathu
gemas.
Ini bebar-benar keterlaluan. Mobil merk kondang kelas internasional itu kan mencritakan pemiliknya bukan orang sembarangan. Harganya pastilah
ratusan juta rupiah. Belum lagi pajaknya. Sang pemilik pastilah kaum berpunya yang menganggap ratusan ribu rupiah adalah recehan. Nah jika mobil begituan,
yang tabung tangkinya maksimal hanya bisa dimuati 100 liter BBM, juga terlihat ikutan berbaris antri, apa yang sesungguhnya terjadi? Mobil mewah itu Cuma
ingin cari keuntungan dari selisih harga. Satu tangki terpenuhi, paling pol Cuma dapat rp.150.00,-. Kok ya tega-teganya, Cuma memburu keuntungan segitu,
BMW dan Mercy berebut dengan mobil angkot dan motor ojek
Jadi, kenaikan harga BBm itu mengingatkan Mas celathu tentang toleransi dan bahaya kerakusan. Orang hendaknya membuka ruang toleransi,
bukannya megolah kesempatan dalam kesempiatan, meskipun diam-diam Mas Celathu sangat menyukai yang sempit-sempit. Apapun yang berlebihan, biasanya
malah jadi penyakit. Nasi dan gula yang dimakan secara berlebihan, akan menyebabkan diabetes militus. Santan dan daging yang dikosumsi melampaui
porsinya, bikin kolesterol melambung. Bisa bikin stroke. Semua bharus sesuai takarannya. Jika orang telah dikaruniai rejeki berlebih hendaklah tahu diri.
Jangan menyerobot jatahnya orang lain.
Lalu Mas Celathu merenung. Jika saat ini dirinya telah berhasil mendapatkan hikmah, apakah hikmah itu akan mengubah keterpurukan nasib
jutaan rakyar kecil yang hidupnya semakin gulung-koming akibat melejitnya harga sembako. Apakah mereka yang segera jadi pengangguran, mereka yang
hidupnya tekor terlilit hutang, mereka yang bakalan ngos-ngosan memburu rejeki, cukup dihibur dengan hikmah dan berkah? Jika semua ini nantinya benar-
benar menjelma jadi kenyataan, predikat pemimpin bangsa ini agaknya harus diganti. Bukan penyelenggara pemerintahan, melainkan penyelenggara
kemiskinan.
“Sampeyan ini waton sulaya. Mbok coba dibaca Koran ini,”sgah mbakyu Celathu yang tiba-tiba nongol lagi sambil mengulurkan Koran terbaru.
Mas Celathu tebelalak. Termuat sepotong pernyataan seorang pemimpin yang dengan gagah berani berujar,” kenaikan harga BBM dijamin
193
tidak akan menyengsarakan rakyat.” Welhadalah. Ada pemimpin yang ge-er merasa dirinya Tuhan. Berani
menjamin. Edan ta? Mas Celathu malah jadi penasaran. Ingin sekali ia meminta pemimpin itu terapi pijat lidah, siapa tahu lidah beliau sedang keseleo. Mau
bilag’ semakin sengsara” namun yang muncul dari mulutnya” tak akan menyengsarakan”. Atau, jika perlu, segera saja yang bersangkutan ke rumah
sakit terdekat untuk melakukan scanner isi kepalanya. Jangan-jangan pak pemimpin itu tidak meyadari bahwa dirinya sedang gegar otak.
Analisis 1. Tindak Tutur dalam Tuturan ekspresif
a. Tindak Tutur ilokusi