115
penyelesaian secara kekeluargaan akan berseliweran. Mas Celathu berikrar akan menampiknya. Begitu usaha penegakan hukum diselewengkan dengan
mengatasnamakan “semangat kekeluargaan”, yang terjadi sesungguhnya adalah pengkhianatan terhadap sistem hukum. Keluarga pelaku penganiayaan memang
boleh datang dan meminta maaf atas peristiwa getir itu. Malah wajib hukumnya. Tapi itu hanyalah perkara tata karma, dan ikhtiar merampungkan secara sosial.
Selesai secara sosial, tentu bukan selesai secara hukum.
Sekarang, yang membayang-bayangi Mas Celathu tinggal kecemasan dan perasaan dag-dig-dug. Akankah impian memperoleh keadilan atas puterinya
bisa terwujud? Apakah nantinya para aparat hukum kita tidak silau dan akan tetap kukuh integritasnya, seumpama keluarga pelaku penganiayaan bersiasat
belanja pasal-pasal hukuman di kantor polisi, di kejaksaan, bahkan di gedung peradilan?
Hari-hari mendatang adalah hari-hari menunggu kepastian. Mas Celathu masih akan terus menunggu. Dan kita pun ikutan menunggu.
Analisis
1. Tindak Tutur dalam Tuturan ekspresif
a. Tindak Tutur Ilokusi
• “ Saya memilih hukum dan keadila ditegakkan. Saya masih punya sisa kepercayaan kepada polisi, jaksa dan hakim.”
Mas Celathu mengambil keputusan. 13 Maksud penutur
: penutur bermaksud mengkritik para aparat
hukum yang selama ini dinilai kurang jujur dalam menangani hukum di indonesia.
• “ Tapi berhubung di negeri ini terkadang hukum masih bisa
dikompromikan, Mas Celathu jadi khawatir. Pastilah berbagai tawaran penyelesaian secara kekeluargaan akan
bersliweran
. 14 Maksud penutur
: penutur bermaksud di negeri ini hukum masih bisa ditawar-menawar sehingga penyelesaian secara
kekeluargaan menjadi jalan tengahnya.
b. Tindak Tutur Perlokusi
• “ Seandainya di negeri ini tidak mengajari kekerasan terhadap anak-anaknya,
tidak mendidik dengan sedikit- sedikit gebuk”, pastilah kelak akan lahir satu generasi yang
mengutamakan dialog. 15
116
Maksud penutur : penutur bermaksud jika di negeri ini
orangtua tidak memperlakukan anak mereka tidak dengan kekerasan pasti akan lahir generasi yang mengutamakan dialog.
Hal ini akan memberi daya efek bagi para orangtua agar dalam mendidik anak tidak dengan kekerasan.
c. Tindak Tutur Langsung
• “ Kenapa matamu jadi lebam seperti itu?” Mas Celathu benar- benar terperangah.16
Maksud penutur : penutur secara langsung menanyakan
kepada anaknya apa yang menyebabkan mata anaknya menjadi lebam.
d. Tindak Tutur Tidak Langsung
• “ Stop kekerasan. Soalnya, apa pun bentuk kekerasan itu, ia hanya akan melahirkan kekerasan baru.17
Maksud penutur : penutur secara tidak langsung mengajak
generasi muda bahwa dengan kekerasan akan melahirkan kekerasan baru.
• “ Jadi, Mas benar-benar anti kekerasan,” sergah istrinya. 18 Maksud penutur:
penutur secara tidak langsung mempertanyakan kepada mitra tutur apakah mitra tutur benar-
benar anti dengan kekerasan.
• “ Pak, sekarang saya ada di rumah sakit. Aku barusan dihajar orang.”
Pesannya singkat, tapi membawa efek
berkepanjangan.19 Maksud penutur
: penutur menginformasikan bahwa dirinya masuk rumah sakit dan barusan dihajar orang.secara tidak
langsung penutur memerintah ayahnya untuk datang ke rumah sakit.
e. Tindak Tutur Harfiah