58
2.2.9 Presiden Guyonan
Presiden guyonan merupakan kumpulan tulisan Butet dalam rubrik khusus bernama Celathu yang disiarkan setiap hari minggu di harian Suara Merdeka.
Rubrik ini adalah sketsa sosial yang membidik kenyataan kehidupan secara jenaka dan penuh sindiran dalam gaya tutur khas Butet: kocak, berotak, full jenaka.
Tulisan butet memang khas dan bahasanya sangat hidup. Tuturan humor butet tidak lepas dari bahasa politik yang pedas dan tajam sehingga bahasa sebagai alat
ekspresi pikiran dan interaksi sosial yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi orang lain.
Buku presiden guyonan yang berisi 54 judul karangan Butet Kartaredjasa ini, merupakan sketsa sosial yang muncul dalam kolom mingguan di koran Suara
Merdeka, terbitan Semarang. Sketsa sosial itu tak ubahnya permainan monolog Butet yang selama ini dikenal sebagai aktor monolog. Selain dikenal sebagai
penggiat kesenian khususnya seni teater, Butet juga seorang penulis. Lewat buku perdananya ini, Butet mengajak kita merenungi nasib bangsa dan membangun
impian tentang sebuah Indonesia yang lebih baik. Semua disajikan dalam gaya
tutur yang khas Butet: kocak berotak, full jenaka.
Dalam wacana humor politik “ Presiden Guyonan” butet lebih menjinjing nuansa permainan, sindiran dan sesuatu atau peristiwa yang bukan sebenarnya.
2.3 Kerangka Berpikir
Tuturan humor Butet diakui cukup ampuh mencairkan ketegangan. Selain cerdik berpolitik, daya tarik Butet adalah kegemarannya bercanda dan
59
berpiawai menciptakan lelucon yang penuh dengan jenaka dan sindiran dalam
gaya tutur khas Butet: kocak, berotak, full jenaka. Tulisan butet memang khas dan bahasanya sangat hidup. Tuturan humor butet tidak lepas dari bahasa politik yang
pedas dan tajam sehingga bahasa sebagai alat ekspresi pikiran dan interaksi sosial
yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi orang lain.
Humor yang dianalisis dalam penelitian ini termasuk jenis humor politik yaitu humor yang di dalam perwujudannya tidak sekedar berkelakar belaka, tetapi
ada unsur tendensi dari penciptaannya berupa kritik social atau sindiran- sindiran halus yang menjinjing nuansa permainan,. Tuturan humor ini sebagai alat kritik
yang menampilkan sketsa sosial yang merekam dan membidik kenyataan kehidupan dengan perspektif kejenakaan yang menyisakan berbagai keganjilan
yang mengusik lahirnya celetukan atau guyonan. Oleh karena itu dalam tuturan ini memungkinkan untuk dianalisis.
Penelitian ini berusaha mengungkap jenis dan fungsi pragmatis serta efek yang ditimbulkan dari tuturan humor politik yang terdapat dalam wacana humor
politik “Presiden Guyonan”. Teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 1 teori pragmatik, 2 tindak tutur, 3 jenis-jenis tindak tutur,4 fungsi
pragmatis tindak tutur, 5 efek tuturan 6 teori humor 7wacana 8”Presiden Guyonan”. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode heuristik. Adapun
metode heuristik yaitu jenis tugas pemecahan masalah yang dihadapi penutur
dalam menginterprestasikan sebuah tuturan atau ujaran Leech 1993:61. Data
dalam penelitian ini berupa penggalan wacana humor politik “ Presiden Guyonan” yang mengandung tuturan ekspresif yang digunakan penutur untuk
60
mengekspresikan hal-hal yang dimaksudkan untuk disampaikan kepada mitra tutur dalam hal ini pembaca. Jadi yang menjadi objek penelitian ini adalah tindak
tutur ekspresif pada wacana humor politik” Presiden Guyonan” dan data yang ditampilkan berupa penggalan wacana.
61
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua pendekatan penelitian, yaitu pendekatan secara teoretis dan pendekatan secara metodologis. Pendekatan penelitian secara
teoretis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatik artinya peneliti sebagai penganalisis wacana mempertimbangkan gejala kebahasaan yang bersifat
progresif. Dengan demikian peneliti menggunakan sudut pandang pragmatis dalam melakukan penelitiannya. Sudut pandang pragmatis berupaya menemukan
maksud tuturan baik yang diekspresikan secara tersurat maupun tersirat dibalik tuturan Rustono 1999:18
Pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang menggunakan pemakaian bahasa sebagai pijakan utama, bagaimana penggunaan bahasa dalam
tuturan dan bagaimana tuturan digunakan dalam konteks tertentu Parker dalam Rustono 1993:3. Pendekatan pragmatik digunakan karena masalah yang dikaji
dalam penelitian ini adalah penggunaan bahasa yang berbentuk tuturan di dalam wacana humor politik “ Presiden Guyonan” Butet Kartaredjasa.
Pendekatan penelitian yang kedua dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian secara metodologis yang terbagi menjadi dua, yaitu pendekatan
kualitatif dan deskriptif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan dalam suatu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari penutur dan mitra tutur yang diamati Bagdan dan Taylor dalam Moeloeng