Tuturan Humor Teori Humor

47 Humor dapat berfungsi membantu seseorang menempatkan segala sesuatu sesuai proposinya masing-masing dan dapat meredakan semua persoalan. Seseorang yang mendengar atau mendengarkan humor dengan sense yang tinggi akan mudah tersenyum atau tertawa, dengan demikian hal tersebut dapat mengurangi ketegangan yang ada di dalam pikiran seseorang. Dari berbagai definisi humor di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat humor adalah segala bentuk rangsangan atau stimulus, baik verbal maupun non verbal, yang berhubungan dengan hal-hal yang lucu, ganjil, jenaka, atau menggelikan. Bentuknya bisa berupa rangsangan atau stimulus, baik verbal maupun nonverbal di dalamnya terkandung hal-hal yang berhubungan dengan kelucuan dan mengungkapkan sesuatu yang ganjil, jenaka atau menggelikan.

2.2.6.1 Tuturan Humor

Tuturan adalah ucapan, ujaran. Humor adalah keadaan yang menggelikan hati, kejenakaan, dan kelucuan atau yang menyenangkan. Jadi tuturan humor adalah ucapan atau ujaran yang mengandung kelucuan atau yang dapat membuat ketawa para pendengarnya. Heryanto 1996 menyatakan bahwa humor adalah kegiatan berbahasa yang mengutamakan atau memanfaatkan secara maksimal pembentukan berbagai pernyataan dan aneka makna, realitas, dan empirik. Sebagai akibat dari pembentukan berbagai pernyataan itu bisa timbul kelucuan, tetapi bukan tanpa resiko kemungkinan terjadi kebingungan, kesalahpahaman atau juga perasaan tersinggung. Humor dianggap serius yaitu ketika menjadi komoditi atau barang 48 dagangan dalam industri tontonan hiburan. Tujuan yang dikerjakan oleh humor adalah tepuk tangan dan tawa para penonton, sesuai dengan tuntutan hukum pasar dan persaingan dagang. Menurut Heryanto 1996:112 humor disampaikan dengan lelucon yang hanya akan berhasil apabila ada tiga hal, yaitu:1 ada kelaziman, 2 ada penyelewengan, 3 ada kemampuan pihak yang menerima dan menghargai bahwa itu benar. Humor adalah merupakan tingkah laku yang agresif dalam humor pasti ada yang dikorbankan atau diejek, direndahkan, dan dihina. Humor oleh Freud dalam Purwo 1992:80 dapat diklasifikasikan menurut motifasinya, yaitu humor yang dibuat tanpa motifasi dan humor yang sengaja mencapai kesenangan melalui penderitaan orang lain. Tentang mencapai penderitaan orang lain Freud mengelompokkan pada tiga bagian prinsip yang terdapat dalam kehidupan prinsip manusia yaitu prinsip konstansti,prinsip kesenangan dan prinsip realitas. Prinsip kostanstif kecenderungan kehidupan psikis untuk mempertahankan kuantitas ketegangan psikis pada taraf yang sedapat mungkin stabil. Prinsip kesenangan adalah kecenderungan kehidupan psikis untuk menghindarkan ketidaksenangan dan sebanyak-banyaknya memperoleh kesenangan. Prinsip realitas merupakan prinsip kesenangan yang disesuaikan dengan kenyataan. Humor adalah teori-teori psikologis, ada tiga kubu besar teori yaitu teori pembebasan, teori konflik, dan teori ketidakselarasan Wilson 1979:10. Teori pembebasan merupakan penjelasan dari sudut dampak emosional. Lelucon tidak lain adalah tipu daya emosional yang kelihatan seolah mengancam, tetapi akhirnya terbukti tidak apa-apanya. Teori konflik memberi tekanan pada implikasi 49 perilaku humor, yaitu konflik antara dua dorongan yang saling bertentangan. Greig dalam Wilson 1979:11 menyatakan humor sebagai pertentangan antara keramahan dan kebencian. Teori ketidakselarasan Wilson 1979 merujuk pada penjelasan kognitif yaitu dua makna atau interprestasi yang tidak sama yang digabungkan dalam suatu makna gabungan yang kompleks. Dalam benak yang ditanya sekaligus masuk dua makna yang berlawanan, tetapi mengacu pada suatu hal yang sama. Menurut sasaran yang dijadikan kelucuan humor dapat dibagi menjadi humor etnis, humor seksual, humor politik, Purwo 1992:80-82. Humor etnis memanfaatkan ciri khas mengangkat segi-segi yang mencolok dan dianggap sebagai kekurangn suatu kelompok etnis: bahasa logat, pelaku kasar,lembut, berlebihan, sikap pelit,boros, curang, dan lain-lain. Teks humor etnis memanfaatkan prinsip litotes dengan target humor dikecilkan dan si pembuat humor meletakkan dirinya sebagai superior. Humor seksual adalah humor tentang alat kelamin, hubungan seks atau hal-hal yang menyeret hubungan seks sebagai target humor Raskin 1985:145. Humor seksual dapat berupa tuturan yang bersifat eksplinsif dan eksplinsit. Humor politik menjadikan pemimpin politik, politikus, lembaga, kelompok, partai, dan gagasan-gagasan politik sebagai sasaran. Menurut Heryanto 1996:116-118 humor berfungsi sebagai berikut: 1 Sebagai tanggapan politik kaum yang lemah terhadap tata social dan penguasa yang lalim. 50 2 Berfungsi sebagai estetik atau politik dalam bahasa yang dimungkinkan oleh hakekat bahasa itu sendiri. 3 Berfungsi sebagai pelarian dari problema dunia dan hanya memain- mainkan gambaran tentang dunia tanpa berupaya memberikan sumbangan untuk mengubah dunia itu supaya lebih baik. Fungsi humor adalah untuk alat penilaian baik atau buruk penjahat atau pahlawan. Menurut Purwo 1996 fungsi humor adalah sebagai alat pengobat stress dan untuk menghilangkan ketegangan- ketegangan yang ada di alam ini. Humor sangat berfungsi sebagai alat kritik yang ampuh sebab yang dikritik tidak merasakannya sebagai suatu konfrontasi. Humor dapat mengendorkan ketegangan atau berfungsi sebagai katup penyelamat.

2.2.6.2 Tindak Tutur Dalam Humor

Dokumen yang terkait

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF PADA WACANA RUBRIK KRIIING SURAT KABAR SOLOPOS Tindak Tutur Direktif Dan Ekspresif Pada Wacana Rubrik Kriiing Surat Kabar Solopos Edisi April 2015.

0 4 29

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF PADA WACANA RUBRIK KRIIING SURAT KABAR SOLOPOS Tindak Tutur Direktif Dan Ekspresif Pada Wacana Rubrik Kriiing Surat Kabar Solopos Edisi April 2015.

1 3 15

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA Tindak Tutur Ekspresif Dalam Slogan Di Wilayah Kota Surakarta.

0 2 16

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA Tindak Tutur Ekspresif Dalam Slogan Di Wilayah Kota Surakarta.

0 0 14

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF PADA DIALOG FILM GIE TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF PADA DIALOG FILM GIE SUTRADARA RIRI REZA.

0 2 13

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF PADA WACANA PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO MASA JABATAN 2004-2009.

1 2 7

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM WACANA NONRESMI DI KALANGAN GURU SD KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN Tindak Tutur Ekspresif Dalam Wacana Nonresmi Di Kalangan Guru SD Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.

0 0 14

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM WACANA NONRESMI DI KALANGAN GURU SD KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN Tindak Tutur Ekspresif Dalam Wacana Nonresmi Di Kalangan Guru SD Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.

0 1 15

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM RUBRIK “SORAK SUPORTER DAN UMPAN BALIK”.

0 0 16

Analisis Humor dalam Tindak Tutur di Ser

0 0 6