Tindak Tutur Tidak Harfiah Fungsi Ekspresif Mengeluh Fungsi Ekspresif Menyindir Fungsi Pragmatis Menyanjung

194 • “Jika memang orang telah dikaruniai rejeki berlebih, hendaklah tahu diri. Jangan menyerobot jatahnya orang lain”.216 Maksud penutur: penutur secara tidak langsung menyindir para pemilik kendaraan berkelas yang juga ikut berbaris antri di pom bensin, hendaknya mereka introspeksi diri bahwa jangan menyerobot jatah rakyat kecil.

e. Tindak Tutur Harfiah

• “Mau bilang”semakin sengsara” namun yang muncul dari mulutnya”tak akan menyengsarakan”. Atau jika perlu, segera saja yang bersangkutan ke rumah sakit terdekat untuk melakukan scanner isi kepala.217 Maksud penutur : rumah sakit dalan tuturan di atas mempunyai arti yang sebenarnya yaitu sejenis tempat yang berfungsi sebagai tempat merawat orang sakit.

f. Tindak Tutur Tidak Harfiah

• “ Ingin sekali rasanya ia meminta pemimpin itu melakukan terapi pijat lidah, siapa tahu lidah beliau sedang keseleo.218 Maksud penutur : pijat lidah dalam tuturan di atas bukan arti sebenarnya. Karena sebuah perumpamaan. Pijat lidah artinya bisa membenarkan kata-kata supaya tidak salah ucap.

2. Fungsi Pragmatis Tuturan Ekspresif a.

Fungsi Ekspresif Mengkritik • “ Jika semua ini nantinya benar-benar menjelma jadi kenyataan, predikat pemimpin bangsa ini agaknya harus diganti. Bukan penyelenggara pemerintah, melainkan penyelenggara kemiskinan.219 Maksud penutur: penutur mengkritik pemerintah yang menyebabkan rakyat hidup dalam kemiskinan karena harga kebutuhan pokok melambung tinggi.

b. Fungsi Ekspresif Mengeluh

• “ Habis mau gimana lagi, mau melanjutkan protes terus- terusan demo, nanti malah dapat bonus gebuk pak polisi. Tuh lihat mahasiswa unas Jakarta. Gara-gara ngotot berjuang akhirnya diperlakukan seperti maling.220 Maksud penutur: penutur mengeluhkan perlakuan aparat hukum terhadap mahasiswa yang sangat kasar, yang menyebabkan salah seorang mahasiswa dipukuli layaknya maling.

c. Fungsi Ekspresif Menyindir

• “inilah yang membikin saya harus bersyukur. Ini peristiwa langka lho. Pemerintah berani terang-terangan ngibuli rakyatnya. Apa gak hebat itu?”221 Maksud penutur: penutur menyindir pemerintah yang terang- terangan membohongi rakyat, ini merupakan peristiwa langka. 195

d. Fungsi Pragmatis Menyanjung

• “ Wooow…, saya itu betul-betul kagum sama pemerintah sekarang. Nekaad banget. Coba kalau bukan keberaniannya menaikkan harga BBM, saya kan tidak bisa memperoleh bukti kalau pemerintah berbohong.222 Maksud penutur :penutur mengkritik pemerintah yang berupa sanjungan yaitu pemerintah berani secara taerang-terangan menaikkan harga BBM. Hal tersebut dapat menjadikan sebagai bukti bahwa pemerintah berbohong.

3. Kemungkinan Efek yang Timbul dalam Tuturan Ekspresif a. Efek intospeksi Diri

• “Jadi, kenaikan harga BBM itu mengingatkan Mas Celathu tentang toleransi dan bahaya kerakusan. Orang hendaknya membuka ruang toleransi, bukannya mengolah kesempatan dalam kesempitan.223 Maksud penutur: penutur mengungkapkan bahwa prang hendaknya selalu menghormati antara satu dengan yang lainnya, tidak memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Hal tersebut dapat membuat orang berintrospeksi diri terhadap keadaan yang terjadi. 196 No.Data: Sumber Data

18. Buku “Presiden Guyonan”

MENYEMBAH RAKYAT Kalau anda sengaja mencritakan diri sebagai dermawan, dan orang mempercayai anda bener-bener pemurah yang rajin nyoh-nyoh-nyoh, maka jagan sekali-kali berlaku pelit kepada siapapun. Setiap proposal datang meminta sumbangan ini-itu, dan ribuan orang rame-rame menadahkan tangan, haruslah semua itu dipenuhi. Tak perduli permintaan bantuan itu murni dan memang selayaknya dibantu, atau sekedar tipu-tipu memanfaatkan peluang kedermawaan anda. Sekali saja citra kedermawan itu diingkari-mungkin memang sedang ‘kanker’ alias kantung kering-maka harapan khalayak akan ambyar. Saat itulah mungkin anda dipersalahkan. Bisa-bisa malah dikutuk. Itulah repotnya bermain politik citra. Begitupun seumpama anda terlanjur dicitrakan sebagai penyabar dan selalu berpenampilan cool dan calem, maka khalayak akan terkaget-kaget tatkala anda mengeluarkan suing amarah. Padahal, apa sih salahnya orang marah? Itu kan manusiawi banget? Khalayak agaknya belum bisa menerima kenyataan jika citra yang dipersepsikannya tak terpenuhi. Dan karena itulah Mbakyu Celathu tiba-tiba sok kritis dan ambil keputusan ganjil. Mas Celathu harus mengubah gaya penampilannya. “Citra sampeyan harus diganti. Jangan sok celelekan lagi” demi memenuhi order bininya, Mas Celathu yang murah senyum dan sering tampil cengengesan, kali ini memaksakan diri tampil njegadul. Garis bibirnya ditarik ke bawah, rda mecucu laiknya bocah yang tak kebagian permen. Sungguh ganjil. Tidak ada sabannya dia begitu. Tampak sekali dia tersiksa berperangai begitu. Apalagi ketika berada di tempat umum. Mas Celathu yang biasanya ramah dan rajin megobral sapaan, tiba-tiba seperti zombie berkeliaran. Pandangannya datar, Cuma melihat satu focus. Seolah – olah di kiri kanan hanya ada angin. Tak pernah berpaling. Mulutnya yang mrengut disempurnakan oleh tembem pipi yang digelembungkan, sehinnga moncongnya semakin lancip. Lucu banget, mulunya mengingatkan orang pada brutu ayam nungging. Jaga image Gayanya yang sok ramah damn cengengesan yang kerap dipamerkan, rupanya disalah pahami sebagai iktiar tebar pesona. Mbakyu Celathu yang belakangan memang mudah terbakar api cemburu, memang semakin kritis. Tapi bukan itu yang menyebabkan dia mempertimbangkan penampilan suaminya. Melainkan dia tak ingin suaminya dipersepsikan secra keliru, sebagaimana pekan lalu dialami pak SBY. Kasihan bener pemimpinini. Gini salah, itu salah. Lha wong Cuma salah menegur menterinya yang ngobrol sendiri dalam sidang kabinet, kok 197 beritanya jadi heboh. ya pantaslah yang begituan ditegur dan dimarahi, termasuk dulu ketika ada bupati ngorok saat beliau pidato. “ mulai sekarang sampeyan harus senyum dan tertawa secukupya. Kalau perlu tujukkan bahwa sampeyan bisa cengeng. Bisa juga marah.” “ Tapi saya kan tidak mudah mengubah watak begitu saja. Semua ini kan ali dari sononya. Apalagi saya kan tidak terbiasa merekayasa penampilan . gimana tuh?” Memang, sulit baginya tampil menjadi bukan dirinya. Aslinya Mas Celathu memang selalu begitu. Dia selalu tampil lugas. Polos apa adanya. Sepertinya tak ada rahasia yang disembunyikan. Bahkan terkesan suka menggampangkan masalah. Berwatak dan bergaya macam itu, bukanlah rekayasa. Apalagi usaha tebar pesona. Ketika ia memutuskan bekerja di ranah publik dan kerap disorot khalayak, dia berjanji pada dirinya untuk tidak terperangkap pada sindrom” jaim” alias jaga image. Melahirkan kepalsuan “ Kalau saban hari berpura-pura, kan caprek. Mosok duliar panggung tetep acting. Malah sepeti wong edan. Sgelem ra gelem, aku ya Cuma kayak gini. Kadang cengengesan, kadang ya bisa mangkel, bisa memaki, bisa kecewa. Jika diperlukan, ya bisa marah-marah, asalkan memag ada alasan untuk memarahi. Kalau marah direkayasa, salah-salah nanti malah dapat musuh baru,” kilah Mas Celathu. Jadi kalau kali ini dia tak mau lagi menuruti permintaan isterinya, yaitu tampil beda di luar kebiasaanya, itu lantaran dia memang kesulitan nglakoninya. Tampil bukan menjadi dirinya, pasti melelahkan. Dan lama-lama juga akan ketahuan belangnya. “Please…, ijinkan saya jujur apa adanya. Saya nggak mau ikut-ikutan bermain politik citra,” pinta Mas Celathu setengah memohon. Akhirnya kompromi di dapat. Dan dengan ikhlas Mbakyu Celathu membatalkan perintahnya. Mulai hari ini biarlah semua tampil apa adanya. Alamiah. Tanpa rekayasa. Pasangan suami isteri ini agaknya masih tetap percaya, sesuatu yang tulus dan jujur jauh lebih mulia. Sementara sesuatu yang tampil penuh polesan, justru akan membahayakan karena cenderung melahirkan kepalsuan. Ujung-ujungnya menjadi kebohongan. Kesepakatan untuk mengagungkan kejujuran, melahirkan kesejukan dalam keluarga Mas Celathu. Bahwa ternyata di luar sana masih gerah, barang kali memang iya. Bukankah menyongsong pesta coblosan nasional, orang-orang terusa bermain dan memain-mainkan politik citra. Full rekayasa. Mereka yang ingin njago jadilegislatif atau eksekutif sedang sibuk memoles performance-nya. Slogan- slogan dan puja-puji akan bertaburan di langit Indonesia. Semua akan tampil serba indah, dan rakyat kecil kembali akan dipertuankan. Kalau perlu dijilati karena rakyat mulai dianggap penting lagi. Inilah sebuah ritual permanen lima tahun sekali. Rakyat disembah. Rakyat dibanggakan, dibujuk partisipasinya, dan setelah itu-seperti biasa-rakyat segera dilupakan lagi. 198 Biarlah semua itu terjadi sebagai keniscayaan demokrasi klas Taman Kanak-Kanak. Mas Celathu hanya percaya, tambah hari rakyat kecil pastilah tambah pintar. Rakyat bukanlah sejenis keledai yang tiap lima tahun ikhlas dikibuli. Pastilah mereka bisa membedakan mana emas dan mana loyang. Mana yang beneran, dan mana yang kadal-kadalan Analisis 1. Tindak Tutur dalam Tuturan ekspresif

a. Tindak Tutur ilokusi

Dokumen yang terkait

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF PADA WACANA RUBRIK KRIIING SURAT KABAR SOLOPOS Tindak Tutur Direktif Dan Ekspresif Pada Wacana Rubrik Kriiing Surat Kabar Solopos Edisi April 2015.

0 4 29

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF PADA WACANA RUBRIK KRIIING SURAT KABAR SOLOPOS Tindak Tutur Direktif Dan Ekspresif Pada Wacana Rubrik Kriiing Surat Kabar Solopos Edisi April 2015.

1 3 15

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA Tindak Tutur Ekspresif Dalam Slogan Di Wilayah Kota Surakarta.

0 2 16

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA Tindak Tutur Ekspresif Dalam Slogan Di Wilayah Kota Surakarta.

0 0 14

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF PADA DIALOG FILM GIE TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF PADA DIALOG FILM GIE SUTRADARA RIRI REZA.

0 2 13

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF PADA WACANA PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO MASA JABATAN 2004-2009.

1 2 7

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM WACANA NONRESMI DI KALANGAN GURU SD KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN Tindak Tutur Ekspresif Dalam Wacana Nonresmi Di Kalangan Guru SD Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.

0 0 14

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM WACANA NONRESMI DI KALANGAN GURU SD KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN Tindak Tutur Ekspresif Dalam Wacana Nonresmi Di Kalangan Guru SD Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.

0 1 15

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM RUBRIK “SORAK SUPORTER DAN UMPAN BALIK”.

0 0 16

Analisis Humor dalam Tindak Tutur di Ser

0 0 6