110
yang akan melongo disengat oleh kebenaran-kebenaran omongannya. Mas Celathu lalu nyerocos, “Lomba Makan Kerupuk dan Panjat Pinang itu kan
sindirian rakyat terhadap cita-cita kemerdekaan.” Maksudnya? Itu kan ejekan kepada para pemimpin, bahwa untuk sepotong krupuk pun rakyat masih haras
berjuang keras untuk bisa mengunyahnya. Itu artinya para pemimpin yang dipercaya menjadi nahkoda bangsa ini masih konsisten menyelenggarakan
kemiskinan rakyatnya.
“Lha soal panjat pinang sergah saya. “Lihatlah orang-orang yang menyangga di bawah yang menjadi tumpuan orang yang memanjat ke atas. Yang
di bawah meringis kesakitan menyangga beban, sementara yang di atas tertawa kegirangan karena berhasil memetik hadiah.”
Bagi Mas Celathu, kemerdekaan hari ini maknanya masih seperti tradisi Panjat Pinang itu. Mereka yang dibawah masih diminta menjadi tumbal bagi
kemakmuran sekelompok kecil manusia yang bertengger nun jauh di atas. Entah siapa yang ada di sana. Mungkin mereka adalah bupati, gubernur, orang-orang
partai, wakil rakyat, dirjen, menteri, para pengelola negara, pengusaha yang kongkalikong, dan sebagainya.
Karena itulah, dengan penuh sinisme Mas Celathu menepuk-nepuk bahu saya, “Jadi, teruslah berlatih untuk benar-benar merdeka.”
Ya kan, … akhirnya saya cuma bisa melongo. Kata Mas Celathu, sekarang emang bukattlagi zaman
Analisis
1. Tindak Tutur dalam Tuturan Ekspresif
a. Tindak Tutur Perlokusi
• “ Sebagai Nasionalis yang berbangga kepada para pahlawan
bangsa, tentu saja saya merasa dilecehkan. Ini orang ,memang rada kenthir.1
Maksud tuturan : penutur merasa dilecehkan karena ada
orang yang meragukan kemerdekaan bangsa Indonesia. • “ Jadi sampeyan menganggap kita belum merdeka? Dasar
anasionalis. Hati-hati kalau bicara.2 Maksud Penutur
: penutur menginformasikan agar berhati-hati kalau bicara soal kemerdekaan. Tuturan tersebut memberikan
efek jengkel bagi mitra tutur.
• “ Ya, memang sudah lewat, tetapi saya justru ingin mengajak sampeyan
latihan menjadi merdeka pada saat kita tak lagi
efiria memperingati kemerdekaan.3
111
Maksud penutur : penutur ingin mendorong generasi muda
yaitu dengan mengajak latihan menjadi merdeka walaupun hari kemerdekaan sudah lewat.
b. Tindak Tutur langsung
• “ Yang bener aja. Emang sudah merdeka beneran?” 4 Maksud penutur
: mempertanyakan soal kemerdekaan apakah negeri ii memang sudah merdeka dalam arti yang sebenarnya.
c. Tindak Tutur Tidak Langsung
• “ Merdeka Bung” seru saya sambil meninju langit.5 Maksud penutur
: secara tidak langsung menginformasikan bahwa kita sudah merdeka.
• “ Baiklah, kalau sekarang belum dianggap merdeka, lalu apa arti 17 Agutus?”
pancing saya, kali ini saya mencoba
memamerkan kesabaran.6 Maksud penutur:
penutur masih ragu-ragu mengartikan tentang arti kemedekaan sebenarnya.
d. Tindak Tutur Harfiah
• “Apa yang dicetuskannya terkadang seperti ventilasi yang bisa
mengalirkan angin segar. 7 Maksud penutur
: penutur memberitahukan bahwa apa yang telah mitra tutur sampaikan seperti membawa angin segar yang
layaknya keluar dari ventilasi yaitu angin yang berhembus sehingga mendatangkan hawa segar.
e. Tindak Tutur Tidak harfiah
• “ Itu artinya para pemimpin yang dipercaya menjadi nahkoda
bangsa ini masih konsisten menyelenggarakan kemiskinan rakyat.8
Maksud penutur : kata nahkoda dalam tuturan ini adalah
pemimpin bangsa, bukan nahkoda dalam arti yang sebenarnya yaitu pemimpin komando tertinggi dalam angkatan laut.
• “ Yang di bawah meringis kesakitan menyangga beban, sementara yang di atas tertawa kegirangan karena berhasil
memetik hadiah”. 9 Maksud penutur
: bahwa orang yang di bawah menyangga beban sementara yang di atas senang karena berhasil
mendapatkan hadiah.
2. Fungsi Pragmatis Tindak Tutur Ekspresif
a. Fungsi Ekspresif Mengkritik