Kegiatan Rutin Sekolah Internalisasi Karakter Religius melalui Kegiatan Pengembangan Diri

162 rukun dengan pemeluk agama lain ini juga mengembangkan nilai peduli sesama dan nilai tolong-menolong sesama umat beragama.

2. Internalisasi Karakter Religius melalui Kegiatan Pengembangan Diri

Internalisasi karakter religius melalui kegiatan pengembangan diri dilaksanakan oleh guru melalui empat bentuk kegiatan, yaitu 1 kegiatan rutin sekolah, 2 kegiatan spontan, 3 keteladanan, dan 4 pengkondisian lingkungan. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing dari bentuk kegiatan yang diadakan guru maupun sekolah dalam program pengembangan diri tersebut.

a. Kegiatan Rutin Sekolah

Kegiatan rutin yang dilaksanakan meliputi kegiatan yang dilakukan rutin harian, mingguan, dan tahunan. Bentuk-bentuk kegiatan rutin ini didesain oleh guru berupa kegiatan yang sederhana, konkret, dan dekat dengan aktivitas sehari- hari yang dilakukan siswa. Kegiatan yang sederhana berdasarkan hasil temuan penelitian: membiasakan berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, membiasakan siswa mengucapkan salam sebelum dan sesudah pelajaran serta ketika bertemu dengan orang lain, membersihkan kelas dan menyirami tanaman saat piket, membiasakan siswa mengucapkan terima kasih, maaf, dan tolong, serta membiasakan siswa untuk meminta izin ketika meminjam barang orang lain. Kegiatan yang konkert berdasarkan hasil penelitian: masuk kelas dengan kaki kanan sambil ucap basmallah, membaca surat-surat pendek beserta artinya, membaca doa sebelum belajar beserta artinya, dan mengadakan sholat dhuha dan zuhur berjamaah, memotong kuku setiap hari jumat, serta mengadakan kegiatan BTA. 163 Sebagaimana menurut Kemendiknas 2010: 15 kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Kegiatan rutin ini dapat membentuk kebiasaan siswa dalam bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan karkater religius. Hal tersebut senada dengan pendapat Zakiah Daradjat 2005: 131 bahwa satu hal yang perlu untuk diperhatikan guru dalam penyajian agama untuk anak, yaitu harus sesuai dengan pertumbuhan jiwa anak, dengan cara yang lebih konkret, dengan bahasa yang sederhana serta banyak bersifat latihan dan pembiasaan yang menumbuhkan nilai- nilai kepribadiannya. Melalui pembiasaan ini dalam jiwa anak akan timbul rasa untuk terus melakukan hal-hal yang baik sesuai dengan ajaran agama dan jika tidak melakukannya ia akan merasa bersalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Edi Waluyo Agus Wibowo, 2012: 126 bahwa pendidikan karkater terhadap anak hendaknya menjadikan mereka terbiasa untuk berperilaku baik, sehingga ketika seseorang anak tidak melakukan kebiasaan baik itu, yang bersangkutan akan merasa bersalah. Dengan demikian, anak akan merasa tidak nyaman ketika tidak melakukan kebiasaan baik itu. 1 Membiasakan Berdoa Sebelum Pelajaran Kegiatan rutin membiasakan siswa berdoa sebelum belajar dilakukan setiap hari sebelum mulai jam pelajaran pertama dan di setiap awal pergantian jam pelajaran. Pada kegiatan berdoa sebelum pelajaran jam pertama dipimpin oleh salah satu siswa sesuai dengan gilirannya. Doa yang dibaca pada awal jam pelajaran pertama adalah doa sebelum belajar dan dilanjutkan dengan membaca artinya bagi siswa yang beragama muslim. Bagi siswa yang beragama non 164 muslim, ketika berdoa sebelum pelajaran tidak dibunyikan akan tetapi berdoa di dalam hati sesuai dengan bacaan doanya. Sedangkan ketika awal pergantian jam pelajaran siswa muslim membaca basmallah. Sikap siswa saat berdoa yaitu dengan duduk tangan sedakap di atas meja dan kepala menunduk. Strategi membiasakan siswa berdoa sebelum pelajaran ini sesuai dengan pendapat Novan Ardy Wiyani 2013: 223-228 yang memberikan contoh pemetaan kegiatan rutin sekolah dalam mengembangkan karakter religius siswa. Salah satu kegiatan pembiasaan rutin yang dapat dilakukan oleh guru dan tenaga kependidikan adalah berdoa sebelum dan sesudah pelajaran dengan dipimpin oleh guru agama melalui pengeras suara dari ruang Guru I. Startegi ini juga sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Syamsul Kurniwan 2013: 128-129 bahwa kegiata religius yang dapat diajarkan kepada peserta didik di sekolah yang dapat dijadikan pembiasaan yaitu berdoa dan bersyukur. Adapun pembiasan siswa berdoa sebelum pelajaran ini juga merupakan salah satu indikator keberhasilan kelas dalam menanamkan karakter religius Kemendiknas, 2010: 26. Ketika berdoa sebelum belajar selain membaca arab dari doa tersebut siswa juga membaca arti dari doa sebelum belajar. Hal ini bertujuan supaya siswa dapat memahami dengan konkret maksud dari doa yang dibacanya tersebut. Sehingga siswa dapat menerapkan makna dari doanya dalam kehidupan nyata. Sebagaimana anak usia sekolah dasar memasuki tahap operasional konkret sesuai yang dinyatakan oleh Piaget Nurul Zuriah, 2011: 34. Anak akan lebih mudah memahami suatu hal jika berdasakan hal yang konkret dan dengan membaca arti 165 dari doa yang dibacanya tersebut siswa dapat memahami isi dari permohonanya kepada Yang Maha Kuasa. Pada kegiatan rutin membiasakan siswa untuk berdoa sebelum pelajaran guru telah mencapai unsur yang kedua yaitu melatih ibadat. Sebagimana yang dinyatakan oleh Stark dan Glock Mohamad Mustari, 2014: 3-4 bahwa ada lima unsur yang dapat mengembangkan manusia menjadi religius pertama menanamkan keyakinan agama, kedua melatih ibadat, ketiga memahamkan pengetahuan agama, keempat menjalankan pengalaman agama, dan kelima aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh seseorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan. Berdasarkan tahap internalisasi karakter religius pada pelaksanaan kegiatan ini guru telah melalui tahap internalisasi moral feeling dan moral action sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona 2013: 85-100 bahwa dalam internalisasi karakter mulia dilakukan melalui tiga tahap yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral action. Dengan membaca arti doa yang dibacanya, maka dapat melatih perasaan siswa untuk memahami isi doa yang dibacanya. Tahap moral feeling sesuai dengan tahap ngrasa dan tahap moral action sesuai dengan tahap nglakoni sebagaimana yang disampaikan oleh K.H Dewantara Dwi Siswoyo, 2012: 124 bahwa dalam belajar siswa dapat memulai dari tahap ngerti mengerti, ngrasa memahami, dan nglakoni melakukan. Nglakoni ini sesuai dengan tahap moral action tindakan moral yang diungkapkan oleh Thomas Likcona 2013: 85-100 yaitu merupakan wujud nyata dari moral knowing dan moral feeling. Sebab, pada kegiatan rutin ini guru telah mengajak 166 anak untuk menerapkan pengetahuan dan pemahaman agama ke dalam wujud tindakan yang nyata. Moral feeling ditunjukkan melalui sikap senang berdoa karena takut kepada Allah dan supaya terhidnar dari musibah. Moral action ditunjukkan dnegan perilaku siswa yang berdoa dengan khusyuk yaitu duduk, tangan sedekap, dan kepala menunduk. 2 Membiaskan Berdoa Sesudah Pelajaran Kegiatan rutin membiasakan siswa berdoa setelah pelajaran dilakukan setiap hari pada akhir pergantian jam pelajaran dengan membaca hamdallah. Dan membaca doa agar ditunjukkan jalan yang baik dan yang buruk serta doa kafaratul majelis sebelum pulang sekolah. Strategi membiasakan siswa berdoa sesudah pelajaran ini sesuai dengan pendapat Novan Ardy Wiyani 2013: 223-228 yang memberikan contoh pemetaan kegiatan rutin sekolah dalam mengembangkan karakter religius siswa. Salah satu kegiatan pembiasaan rutin yang dapat dilakukan oleh guru dan tenaga kependidikan adalah berdoa sebelum dan sesudah pelajaran dengan dipimpin oleh guru agama melalui pengeras suara dari ruang Guru I. Startegi ini juga sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Syamsul Kurniwan 2013: 128-129 bahwa kegiatan religius yang dapat diajarkan kepada peserta didik di sekolah yang dapat dijadikan pembiasaan yaitu berdoa dan bersyukur. Adapun pembiasan siswa berdoa sesudah pelajaran ini juga merupakan salah satu indikator keberhasilan kelas dalam menanamkan karakter religius Kemendiknas, 2010: 26. 167 Pada kegiatan ini guru telah sampai pada unsur kedua yaitu melatih ibadat untuk mengembangkan religius anak sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock Mohamad Mustari, 2014: 3-4. Berdasarkan tahap internalisasi karakter religius pada kegiatan ini siswa telah mencapai tahap moral action sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona 2013, 85-100 bahwa moral action merupakan wujud nyata dari moral knowing dan moral feeling. Tahap moral action ini sesuai dengan tahap nglakoni dalam internalisasi karakter religius yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara Dwi Siswoyo, 2012: 124. Melalui tahap nglakoni, dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk melaksanakan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Unsur melatih ibadat ditunjukkan dengan siswa berdoa setiap selesai pelajaran. Pada setiap akhir pergantian jam pelajaran siswa membaca hamdallah, sedangkan siswa jika sebelum pulang siswa membaca doa agar ditunjukkan yang baik dan yang buruk dan doa penutup majelis. Tahap moral action ditunjukkan dengan perilaku siswa dalam berdoa. Sedangkan moral feeling ditunjukkan dengan sikap siswa berdoa karena alasan takut kepada Tuhannya bukan karena disuruh oleh guru. 3 Mengadakan Tadarus dan Hafalan Surat Pendek Kegiatan rutin mengadakan hafalan surat pendek atau tadarus dilakukan setiap hari Jumat pagi dan ketika bulan ramadhan kegiatan tadarus dilaksanakan setiap hari. Salah satu guru akan menjadi pembimbing dalam kegiatan tadarus. Pada kegiatan tadarus siswa membaca beberapa surat pendek yang ada di juz amma. Jumlah surat yang dibaca siswa akan terus ditambah oleh guru ketika siswa 168 telah hafal dengan surat-surat pendek sebelumnya. Siswa dikatakan telah hafalan jika selama kegiatan tadarus berlangsung siswa tidak perlu melihat bacaan surat pendke yang ada di juz amma. Terkadang selain membaca arabnya siswa juga membaca arti dari surat yang dibacanya. Sesekali guru juga akan menjelaskan isi surat yang dibaca siswa setelah siswa selesai tadarus. Strategi internalisasi karkater religius dengan mengadakan hafalan surat pendek, sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Syamsul Kurniawan 2013: 128-129 bahwa kegiatan religius yang dapat diajarkan kepada peserta didik di sekolah yang dapat dijadikan pembiasaan adalah mengadakan kegiatan di mushalla. Kegiatan yang dapat dilakukan salah satunya yaitu mengadakan kegaiatan keagamaan sesuai dengan agama yang dianut peserta didiknya. Dengan demikian sekolah mengadakan kegiatan hafalan surat pendek bagi siswa yang beragama islam. Pada kegiatan ini guru telah sampai pada unsur kedua yaitu melatih ibadat untuk mengembangkan religius anak sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock Mohamad Mustari, 2014: 3-4. Berdasarkan tahap internalisasi karakter religius pada kegiatan mengadakan hafalan surat pendek siswa baru mencapai tahap moral knowing sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona 2013, 85-100 bahwa moral knowing mencakup bagaimana peserta didik mengetahui sikap dan perilaku yang baik. Kegiatan tadarus dan hafalan surat pendek dapat membiasakan siswa untuk mengetahui bahwa membaca surat-surat Al-Quran merupakan perbuatan yang baik dan perlu untuk dilakukan setiap saat. 169 Tahap moral knowing ini sesuai dengan tahap ngerti dalam internalisasi karakter religius yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara Dwi Siswoyo, 2012: 124. Unsur melatih ibadah ditunjukkan dengan membiaskaan siswa mengikuti tadarus setiap hari Jumat pagi. Pada upaya ini, siswa baru mencapai tahap internalisasi moral knowing. Sebab melalui kegiatan tadarus ini siswa mengetahui dan menghafal surat-surat pendek yang ada di dalam Al-Quran. Melalui tahap ngerti ini dapat memahamkan tentang pengetahuan religius siswa terutama pengetahuan tentang surat-surat dalam Al-Quran. 4 Mengadakan Sholat Dhuha Berjamaah Sesuai dengan Jadwal yang telah Ditentukan Kegiatan rutin mengadakan sholat dhuha berjamaah dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan disetiap kelas. Jadwal pelaksanaan sholat dhuha hari Senin kelas VI A-B, Selasa kelas V A-B, Rabu kelas IV A-B, Kamis kelas III A-B, Jumat kelas II A-B, dan Sabtu kelas I A-B. Sholat dhuha diwajibkan bagi semua kelas dari kelas I sampai dengan kelas VI. Setiap hari akan ada dua kelas yang melaksanakan sholat dhuha di mushola. Pelaksanaan sholat dhuha di kelas V A-B dan VI A-B dilakukan tidak berjamaah, sedangkan di kelas I A-B sampai dengan kelas IV A-B dilakukan secara berjamaah dengan dimami oleh satu guru laki-laki. Setiap selesai sholat siswa akan dibimbing untuk membaca doa sholat dhuha beserta artinya. Strategi ini sesuai dengan teori yang diungkapakan oleh Syamsul Kurniwan 2013: 128-129 bahwa kegiatan religius yang dapat diajarkan kepada peserta didik di sekolah yang dijadikan sebagai pembiasaan yaitu mengadakan kegiatan di 170 mushalla. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan di mushalla adalah pengadaan sholat dhuha berjamaah setiap hari. Kegiatan rutin mengadakan sholat dhuha berjamaah yang diadakan guru maupun sekolah ini sudah sesuai dengan salah satu ciri perkembangan religius anak sekolah dasar sebagaimana yang diungkapkan oleh Syamsuddin Makmun 2005: 109 yaitu penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral. Jadi ketika siswa diminta untuk melaksanakan kegiatan sholat dhuha mereka telah memahaminya bahwa hal tersebut merupakan salah satu kewajibannya. Pada kegiatan ini guru telah sampai pada unsur kedua yaitu melatih ibadat untuk mengembangkan religius anak sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock Mohamad Mustari, 2014: 3-4. Berdasarkan tahap internalisasi karakter religius pada kegiatan ini siswa telah mencapai tahap moral feeling dan moral action sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona 2013, 85- 100. Moral action merupakan wujud nyata dari moral knowing dan moral feeling. Tahap moral feeling sesuai dengan tahap ngrasa dan tahap moral action ini sesuai dengan tahap nglakoni dalam internalisasi karakter religius yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara Dwi Siswoyo, 2012: 124. Moral feeling diwujudkan sikap siswa membaca arti dari doa sholat dhuha supaya mereka paham makna dari doa yang dibacanya. Sedangkan moral action diwujudkan dengan perilaku siswa mengikuti pelaksanakan ibadah sholat dhuha sesuai jadwal yang ditentukan. Tahap ngrasa dapat melatih peserta didik untuk merasakan apa yang telah dipahaminya tentang religius. 171 5 Mengadakan Sholat Zuhur Berjamaah Sesuai dengan Jadwal yang telah Ditentukan Kegiatan rutin mengadakan sholat zuhur berjamaah dilaksanakan oleh siswa kelas tinggi setiap hari Senin dan Rabu di mushola sekolah. Pelaksanaan sholat zuhur dilakukan secara bergiliran setiap kelasnya dengan sistem kloter dengan urutan yang telah ditentukan. Satu orang guru laki-laki akan menjadi imam sholat. Setelah siswa selesai sholat siswa akan dibimbing untuk berzikir sebanyak 11 kali yang terdiri dari tiga bacaan dzikir, doa kedua orang tua, dan doa kebaikan dunia akhirat. Strategi ini sesuai dengan teori yang diungkapakan oleh Syamsul Kurniwan 2013: 128-129 bahwa kegiatan religius yang dapat diajarkan kepada peserta didik di sekolah yang dijadikan sebagai pembiasaan yaitu mengadakan kegiatan di mushalla. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan di mushalla adalah pengadaan sholat zuhur berjamaah setiap hari. Strategi mengadakan sholat zuhur berjamaah ini juga sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Novan Ardy Wiyani 2013: 223-228 yang memberikan contoh pemetaan kegiatan rutin sekolah dalam mengembangkan karakter religius siswa. Salah satu kegiatan pembiasaan rutin yang dapat dilakukan oleh guru dan tenaga kependidikan adalah melakukan sholat zuhur berjamaah sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Pada kegiatan ini guru telah sampai pada unsur kedua yaitu melatih ibadat untuk mengembangkan religius anak sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock Mohamad Mustari, 2014: 3-4. Berdasarkan tahap internalisasi karakter religius pada kegiatan ini guru telah melalui tahap moral action sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona 2013, 85-100 bahwa 172 moral action merupakan wujud nyata dari moral knowing dan moral feeling. Tahap moral action ini sesuai dengan tahap nglakoni dalam internalisasi karakter religius yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara Dwi Siswoyo, 2012: 124. Unsur melatih ibadah ditunjukkan dengan sekolah mengadakan kegiatan sholat zuhur berjamaah bagi siswa kelas IV, V, dan VI setiap hari Senin dan Rabu. Tahap moral action yang dicapai siswa ditunjukkan dengan perilaku siswa yang melaksanakan sholat zuhur berjamaah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukkan di mushola sekolah. 6 Membiasakan Peserta Didik untuk Mengucapkan Salam Sebelum dan Sesudah Kegiatan Pelajaran Kegiatan rutin dengan membiasakan peserta didik untuk mengucapkan salam sebelum dan sesudah kegiatan pelajaran dilakukan pada awal jam pelajaran pertama dan akhir jam pelajaran terakhir. Akan ada satu orang siswa yang bertugas menjadi pemimpin pemberian salam pada guru. Pemimpin akan memberikan aba-aba dengan mengetuk meja sebagai tanda dimulainya pemberian salam. Strategi ini sesuai dengan teori yang ungkapkan oleh Novan Ardy Wiyani 2013: 223-228 yang memberikan contoh pemetaan kegiatan rutin sekolah dalam mengembangkan karakter religius siswa. Salah satu kegiatan pembiasaan rutin yang dapat dilakukan oleh guru dan tenaga kependidikan adalah setiap pergantian jam pelajaran, siswa memberi salam kepada guru. Pada kegiatan ini guru telah sampai pada unsur kelima yaitu aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh sesorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan untuk mengembangkan religius anak sebagaimana yang 173 disampaikan oleh Stark dan Glock Mohamad Mustari, 2014: 3-4. Berdasarkan tahap internalisasi karakter religius pada kegiatan ini siswa telah mencapai tahap moral action sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona 2013, 85- 100 bahwa moral action merupakan wujud nyata dari moral knowing dan moral feeling. Tahap moral action ini sesuai dengan tahap nglakoni dalam internalisasi karakter religius yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara Dwi Siswoyo, 2012: 124. Unsur yang kelima ini diwujudkan dengan sikap siswa memberi salam sebelum pelajaran dimulai karena sebagai bentuk penghormatan pada guru. Perilaku siswa yang muncul yaitu siswa mengucapkan salam ketika akan mulai pelajaran jam pertama. Melalui tahap moral actian atau nglakoni, dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk melaksanakan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan mengucapkan salam sebelum dan sesudah pelajaran. 7 Membiasakan Peserta Didik untuk Mengucapkan Salam ketika Bertemu dengan Guru Kegiatan rutin membiasakan peserta didik untuk mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru dilakukan pada kegiatan sapa pagi, ketika siswa masuk kelas pada jam pertama dengan bersalaman dengan guru sambil ucap salam, ketika siswa keluar kelas akan pulang sekolah dengan bersalaman dengan guru sambil ucap salam, dan membiasakan siswa untuk berpamitan dengan bapak ibu guru yang ada di kantor guru ketika pulang sekolah, serta membiasakan siswa untuk mengucapkan salam ketika bertemu dan berpisah dengan teman, karyawan dan guru. 174 Strategi ini sesuai dengan teori yang ungkapkan oleh Novan Ardy Wiyani 2013: 223-228 yang memberikan contoh pemetaan kegiatan rutin sekolah dalam mengembangkan karakter religius siswa. Salah satu kegiatan pembiasaan rutin yang dapat dilakukan oleh guru dan tenaga kependidikan adalah meminta anak untuk mengucapkan salam sebelum dan sesudah kegiatan, jika bertemu dengan guru, bicara dan bertindak dengan memperhatikan sopan santun. Pada kegiatan ini guru telah mencapai unsur kelima yaitu aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh sesorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan untuk mengembangkan religius anak sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock Mohamad Mustari, 2014: 3-4. Berdasarkan tahap internalisasi karakter religius pada kegiatan ini siswa telah melalui tahap moral action sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona 2013, 85- 100 bahwa moral action merupakan wujud nyata dari moral knowing dan moral feelig. Tahap moral action ini sesuai dengan tahap nglakoni dalam internalisasi karakter religius yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara Dwi Siswoyo, 2012: 124. Unsur yang kelima ini ditunjukkan dengan perilaku siswa mengucapkan salam. Tahap moral action diwujudkan dengan perilaku siswa mengucapkan salam ketika bersalaman dengan guru dan ketika masuk kelas. Melalui tahap nglakoni, dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk melaksanakan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari yaitu mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru. 175 8 Melatih Peserta Didik untuk Mencintai Lingkungan Sekitarnya Kegiatan rutin melatih peserta didik untuk mencintai lingkungan sekolahnya dilakukan melalui pengadaan piket kelas sesuai jadwal yang telah ditentukan, pembiasan mengecek laci meja sebelum pulang sekolah, kegiatan mencuci taplak meja guru sesuai dengan jadwal yang telah ditentukkan, menjaga kebersihan toilet dan halaman sekolah, serta membiasakan siswa membuang sampah pada tempatnya. Strategi ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Nurul Zuriah 2011: 87 dalam memberikan contoh kegiatan rutin yang dapat dilakukan peserta didik adalah membersihkan kelas. Kegiatan memberikan kelas dapat melatih peserta didik untuk mencintai lingkungan sekitarnya. Pada kegiatan ini guru telah sampai pada unsur kelima yaitu aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh sesorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan untuk mengembangkan religius anak sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock Mohamad Mustari, 2014: 3-4. Berdasarkan tahap internalisasi karakter religius pada kegiatan ini siswa telah mencapai tahap moral action sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona 2013, 85- 100 bahwa moral action merupakan wujud nyata dari moral knowing dan moral feeling. Tahap moral action ini sesuai dengan tahap nglakoni dalam internalisasi karakter religius yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara Dwi Siswoyo, 2012: 124. Unsur kelima yang dapat mengembangkan siswa menjadi manusia religius ini dilakukan guru dengan membuat jadwal piket kelas supaya siswa mau 176 membersihkan kelasnya. Tahap moral action, ditunjukkan dengan perilaku siswa menyapu, membersihkan papan tulis dan membersihkan jendela, serta menyirami tanaman yang ada di depan kelasnya saat mendapat jadwal piket. Melalui tahap moral action ini dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk melaksanakan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari yaitu selalu menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan sekitarnya. 9 Membiaskan Peserta Didik untuk Mengucapkan Terima Kasih, Maaf, dan Tolong Kegiatan rutin membiasakan peserta didik untuk mengucapkan terima kasih, maaf, dan tolong dilakukan dalam kegiatan sehari-hari di kelas dan sekolah. Ketika siswa telah dibantu siswa diminta untuk mengucapkan terima kasih, ketika siswa melakukan kesalahan ia diminta untuk meminta maaf, dan ketika siswa meminta bantuan orang lain mereka dibiasakan untuk mengucapkan kata tolong, ketika siswa telah dijinkan ke kamar kecil saat kembali ke kelas siswa dibiasakan mengucapkan terima kasih pada guru. Strategi ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Novan Ardy Wiyani 2013: 228 yang memberikan contoh pemetaan kegiatan yang dapat dilakukan guru dan tenaga kependidikan di sekolah dalam menanamkan karakter religius di sekolah melalui pembiasaan rutin. Anak dibiasakan untuk mengucapkan terima kasih, maaf, permisi dan tolong.. Pada kegiatan ini guru baru sampai pada unsur yang ke empat yaitu pengalaman agama dan unsur yang kelima yaitu aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh sesorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan untuk mengembangkan religius anak sebagaimana yang disampaikan oleh Stark 177 dan Glock Mohamad Mustari, 2014: 3-4. Pengamalan agama ditunjukkan dengan perasaan yang dialami peserta didik seperti rasa syukur, taat, dan bahagia ketika telah menerima pertolongan, dan rasa takut ketika membutuhkan pertolongan orang lain, Berdasarkan tahap internalisasi karakter religius pada kegiatan ini siswa mencapai tahap moral feeling dan moral action sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona 2013, 85-100 bahwa moral feeling berkaitan dengan emosi seseorang dalam merasakan apa yang terjadi di sekitar lingkungannya dan moral action yang merupakan wujud nyata dari moral knowing dan moral feeling. Tahap moral feeling ini sesuai dengan tahap ngrasa dan tahap moral action ini sesuai dengan tahap nglakoni dalam internalisasi karakter religius yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara Dwi Siswoyo, 2012: 124. Unsur yang keempat yaitu menjalankan pengalaman agama dilakukan dengan membiasakan siswa untuk bersyukur atas nikmat yang diperolehnya, meminta maaf ketika melakukan kesalahan, dan menolong teman yang sedang dalam kesulitan. Tahap moral feeling ditunjukkan dengan sikap siswa yang mau memaafkan temannya yang berbuat salah padanya karena itu merupakan perintah Tuhan. Melalui tahap ngrasa guru dapat mengasah perasaan siswa untuk meningkatkan peahaman tentang apa yang diketahuinya dan pada tahap nglakoni, dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk melaksanakan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Tahap moral action diwujudkan dengan perilaku siswa meminta maaf saat tidak sengaja mendorong temannya 178 hingga terjatuh, dan menolong teman untuk merapikan tempat pensilnya yang terjatuh karena tidak sengaja. 10 Membiasakan Peserta Didik untuk Meminta Izin ketika Meminjam Barang Orang Lain Pembiasan peserta didik untuk meminta izin ketika meminjam barang orang lain dilakukan dalam kegiatan sehari-hari baik di kelas maupun di luar kelas. Selain itu, pembiasaan meminta izin juga guru ajarkan ketika siswa akan pergi ke kamar kecil untuk meminta izin terlebih dahulu kepada guru. Strategi ini sesuai dengan teori yang ungkapkan oleh Novan Ardy Wiyani 2013: 228 yang memberikan contoh pemetaan kegiatan rutin sekolah dalam mengembangkan karakter religius siswa. Salah satu kegiatan pembiasaan rutin yang dapat dilakukan oleh guru dan tenaga kependidikan adalah membiasakan anak meminta izin untuk menggunakan barang orang lain. Pada kegiatan ini guru telah sampai pada unsur kelima yaitu aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh sesorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan untuk mengembangkan religius anak sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock Mohamad Mustari, 2014: 3-4. Berdasarkan tahap internalisasi karakter religius pada kegiatan ini siswa telah mencapai tahap moral action sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona 2013, 85- 100 bahwa moral action merupakan wujud nyata dari moral knowing dan moral feeling. Tahap moral action ini sesuai dengan tahap nglakoni dalam internalisasi karakter religius yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara Dwi Siswoyo, 2012: 124. Melalui tahap nglakoni, dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk melaksanakan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. 179 Unsur kelima ini dilakukan dengan membiasakan siswa meminta ijin ketika akan meminjam barang orang lain dan ketika akan keluar kelas. Tahap moral action diwujudkan dengan sikap siswa yang meminta iji sebelum meminjam barang orang laian karen atakut dikatakan mencuri. Perilaku siswa yang muncul yaitu meminta ijin kepada guru ketika akan meminjam barang yang ada dimeja guru, dan ketika akan keluar kelas untuk pergi ke kamar kecil. 11 Mengadakan Ekstrakulikuler Baca Tulis Al-Quran Sesuai Jadwal yang Ditentukkan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan rutin mengadakan ekstrakulikuler baca tulis AL-Quran dilaksanakan wajib bagi kelas rendah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Adapun pengajar BTA berasal dari Lembaga Fitri Insani. Siswa dikelompokkan menjadi dua kelas, siswa yang telah menempuh iqra jilid 5, 6 dan Al-Quran berada di kelas lantai satu sedangkan siswa yang iqra jilid 1, 2, 3, dan 4 berada di kelas lantai dua. Selama proses kegiatan BTA tempat duduk siswa laki-laki dan perempuan dipisahkan. Satu per satu siswa akan dipanggil oleh guru untuk mengaji. Strategi internalisasi karkater religius dengan mengadakan ekstrakulikuler BTA, sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Syamsul Kurniawan 2013: 128- 129 bahwa kegiatan religius yang dapat diajarkan kepada peserta didik di sekolah yang dapat dijadikann pembiasaan adalah mengadakan kegiatan di mushalla. Kegiatan yang dapat dilakukan salah satunya yaitu mengadakan kegiatan BTA. Pada kegiatan ini guru telah sampai pada unsur ketiga yaitu memahamkan pengetahuan agama untuk mengembangkan religius anak sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock Mohamad Mustari, 2014: 3-4. Melalui 180 kegiatan BTA ini sekolah berupaya untuk memahamkan pengetahuan siswa cara membaca AL-Quran yang baik. Berdasarkan tahap internalisasi karakter religius pada kegiatan ini siswa baru mencapai tahap moral knowing sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona 2013, 85-100. Tahap moral knowing ini sesuai dengan tahap ngerti dalam internalisasi karakter religius yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara Dwi Siswoyo, 2012: 124. Melalui tahap ngerti ini guru memahamkan tentang pengetahuan religius pada siswa. Unsur ketiga yaitu memahamkan pengetahuan agama ini ditunjukkan dengan sekolah mengadakan kegiatan ekstrakulikuler BTA yang diwajibkan bagi kelas I, II, dan III sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Melalui kegiatan ini guru memberikan pengetahuan siswa tentang cara membaca Al-Quran yang baik dan benar. Tahap moral knowing ini ditunjukkan bahwa siswa baru sebatas tahu tentang tata cara membaca Al-Quran yang benar. Sedangkan sikap yang terbentuk ialah siswa merasa senang mengikuti kegiatan TPA. 12 Pengecekkan Kuku Kegiatan pengecekkan kuku dilangsungkan setiap akhir minggu sekali. Akan ada dua orang siswa yang bertugas menjadi pengecek kuku yaitu satu orang siswa laki-laki dan satu orang siswa perempuan. Bagi siswa perempuan akan dicek oleh siswa perempuan dan bagi yang laki-laki dicek oleh siswa laki-laki. Kegiatan pengecekkan kuku ini melatih siswa untuk menjalankan sunnah rasul supaya memotong kuku pada hari Jumat. Strategi ini dapat melatih siswa menjalanakan perintah agama dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan rutin pengecekkan kuku, merupakan salah satu 181 contoh penggunaan metode pembelajaran aktif dalam rangka menerapkan penanaman nilai-nilai budaya sebagaimana yang diungkapkan oleh Kemendiknas 2011: 16. Pada kegiatan ini guru telah sampai pada unsur kelima yaitu aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh sesorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan untuk mengembangkan religius anak sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock Mohamad Mustari, 2014: 3-4. Berdasarkan tahap internalisasi karakter religius pada kegiatan ini siswa mencapai tahap moral action sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona 2013, 85-100 bahwa moral action merupakan wujud nyata dari moral knowing dan moral feeling. Tahap moral action ini sesuai dengan tahap nglakoni dalam internalisasi karakter religius yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara Dwi Siswoyo, 2012: 124. Melalui tahap nglakoni, dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk melaksanakan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kegiatan ini sikap siswa yang terbentuk ialah siswa sadar bahwa memotong kuku setiap hari Jumat merupakan sunnah rasul serta untuk menjaga kebersiahan. Moral action atau perilaku siswa yang muncul yaitu siswa memotong kuku setiap hari Jumat.

b. Kegiatan Spontan