Macam Karakter Religius yang Diinternalisasikan

74 2 Melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga anak dapat berkembang secara optimal. 3 Menumbuhkan semangat kompetisi secara positif kepada semua warga sekolah. 4 Meningkatkan pemahaman dan penghayatan terhadap agama yang menjadi harapan dalam perkataan maupun perbuatan.

e. Tujuan Sekolah

Adapun tujuan SD Negeri Demakijo 1 yaitu: 1 Dapat mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran dan pembiasaan. 2 Dapat melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan sehingga anak bisa berkembang secara optimal. 3 Dapat meraih prestasi akademik dan non akademik. 4 Menjadi sekolah yang diminati masyarakat.

2. Deskripsi Hasil Penelitian

a. Macam Karakter Religius yang Diinternalisasikan

Salah satu misi SD Negeri Demakijo 1 adalah meningkatkan pemahaman dan penghayatan terhadap agama yang menjadi harapan dalam perkataan maupun perbuatan. Dan pada point pertama tujuan SD Negeri Demakijo 1 disebutkan bahwa dapat mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran dan pembiasaan. Berdasarkan salah satu misi dan point pertama tujuan sekolah tersebut, maka di SD Negeri Demakijo 1 sudah terdapat upaya internalisasi karakter religius pada peserta didiknya. Walaupun SD Negeri Demakijo 1 berstatus sekolah negeri, bukan berarti guru maupun sekolah tidak mementingkan 75 tertanamnya karakter religius pada peserta didiknya. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa program kegiatan yang diadakan oleh guru maupun sekolah dalam mencerminkan adanya berbagai macam karkater religius yang diinternalisasikan pada peserta didik. Berikut ini macam karakter religius yang diinternalisasikan di SD Negeri Demakijo 1. 1 Sikap dan Perilaku Siswa yang Patuh dalam Melaksanakan Ajaran Agamanya Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Adt terkait sikap dan perilaku siswa yang patuh dalam melaksanakan ajaran agamanya, beliau mengungkapkan: “Diantaranya adalah untuk ibadah adalah rajin beribadah, ibadah tepat waktu, terus berinfaq, membantu sesama, kegiatan tadarus, yang tadi masuk kegiatan menolong sesama ya.., tadi ada infaq untuk bantu korban bencana lewat infaq, ada yang lainnya tapi mungkin pas event tertentu saja ya. Kalau pas puasa ada buka bersama untuk kebersamaan, ada juga penanaman nilai agama melalui kegiatan pengajian pada event tertent u seperti maulid Nabi.” 9 Januari 2017 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Adt tersebut, sikap patuh terhadap ajaran agama adalah ketaatan dalam melaksanakan ajaran agamanya yang diwujudkan melalui kegiatan siswa untuk rajin beribadah, ibadah tepat waktu, berinfaq, membantu sesama, tadarus, buka bersama saat bulan ramadhan, dan pengajian untuk memperingati hari besar keagamaan. Selain kegiatan sholat dhuha dan sholat wajib di sekolah, terdapat ekstrakulikuler TPA yang diwajibkan bagi kelas rendah. Pelaksanaan kegiatan sholat dhuha dan sholat wajib dapat dilihat berdasarkan hasil observasi lampiran 4. hal 286 pada tanggal 16 Januari 2017 pada hari Senin kelas VI A dan VI B mendapat jadwal melaksanakan sholat 76 dhuha. Sebelum melaksanakan sholat, siswa berwudhu terlebih dahulu. Selesai berwudhu, masing-masing siswa langsung melaksanakan sholat dhuha sendiri- sendiri atau tidak berjamaah. Selesai sholat dhuha siswa berdoa doa sholat dhuha sesuai dengan tulisan bacaan doa sholat dhuha yang terpasang di dinding depan dalam mushola. Terlihat masih banyak siswa yang ramai dan belum khusyuk saat melaksanakan sholat dhuha. Dari hasil observasi yang dilakukan pelaksanaan sholat dhuha dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan yaitu: 1 Senin: Kelas VI A dan VI B, 2 Selasa : Kelas V A dan V B, 3 Rabu : Kelas IV A dan IV B, 4 Kamis : Kelas III A dan III B, 5 Jumat : Kelas II A dan II B, dan 6 Sabtu : Kelas I A dan I B. Pelaksanaan sholat dhuha di kelas VI A-B dan V A-B dilakukan tidak berjamaah, sedangkan jika di kelas IV A-B, III A-B, II A-B, dan I A-B dilakukan secara berjamaah dengan diimami oleh salah satu guru laki-laki. Hasil observasi lampiran 4 hal 286 pada tanggal 19 Januari 2017, kelas III A dan III B mendapat giliran untuk melaksanakan sholat dhuha. Hari ini Bu Mu, Bu Pri, dan Bu End mengikuti pelaksanaan sholat dhuha berjamaah bersama siswa dengan imam Pak Sr. Ketika sholat berlangsung masih terdapat beberapa siswa yang ramai dan sengaja mengakhiri gerakkan sholatnya. Selesai sholat anak-anak dengan bimbingan Pak Sr membaca doa sholat dhuha. Bagi siswa yang belum hafal bacaan doanya, dapat membaca pajangan tulisan doa sholat dhuha yang ada di depan mushola. Selain membaca arabnya, anak-anak juga membaca arti dari bacaan doa sholat dhuha tersebut. Selesai sholat anak-anak diberikan waktu istirahat 10 menit. Dari hasil observasi tersebut setiap selesai melaksanakan sholat 77 dhuha peserta didik dibiasakan untuk membaca doa sholat dhuha beserta artinya bersama-sama. Selain pelaksanaan sholat dhuha, sikap dan perilaku siswa yang patuh dalam melaksanakan ajarannya juga ditunjukkan melalui kegiatan sholat zuhur berjamaah. Berdasarkan hasil observasi lampiran 4 hal 286 pada tanggal 16 Januari 2017, sholat zuhur dilaksanakan oleh kelas tinggi yaitu kelas IV A-B, V A-B, dan VI A-B. Pelaksanaan sholat zuhur dilakukan secara bergantian tiap kelasnya. Bapak Ru berperan menjadi imam sholat zuhur, sebelum mulai sholat Pak Ru mengkondisikan siswa untuk meluruskan shaff sholatnya. Setelah selesai sholat Pak Ru segera mengucapkan zikir sebanyak tiga kali, doa kebaikan dunia akhirat, dan doa untuk ke dua orang tua yang kemudian diikuti oleh siswa. Selesai berdoa semua siswa keluar mushola supaya dapat bergantian dengan kelas lainnya yang belum sholat. Pelaksanaan sholat zuhur ini dilaksanakan oleh kelas tinggi setiap hari Senin dan Rabu dengan berjamaah. Selesai sholat siswa dibiasakan untuk membaca doa dan berdzikir. Hasil observasi tersebut juga didukung oleh hasil dokumentasi gambar no. 21 hal 383 yaitu jadwal pelaksanaan kegiatan sholat dhuha dan zuhur berjamaah yang tertempel di jendela kaca mushola. Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi maka dapat disimpulkan bahwa sikap dan perilaku siswa yang patuh dalam pelaksanan ajaran agamanya ditunjukkan dengan mengikuti pelaksanaan ibadah sholat dhuha berjamaah, sholat zuhur berajamaah, bersedekah, infaq, tadarus, buka bersama saat bulan ramadhan, memperingati hari besar keagamaan baik siswa yang beragama muslim dan non muslim, dan ekstrakulikuler BTA. 78 2 Toleransi Siswa Terhadap Pelaksanaan Ibadah Agama Lain Macam karkater religius yang kedua yaitu toleransi siswa terhadap pelaksanaan ibadah agama lain. Bentuk toleransi ini terlihat dalam kegiatan sehari-hari siswa yang dilakukan baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan oleh Bu Pri bahwa toleransi yang ada di kelasnya yaitu kelas III B berjalan dengan baik dan toleransi ini dapat dilihat ketika pelaksanaan ibadah sholat dhuha, berikut ini pendapat Bu Pri: “Tapi alhamdullilah toleransi berjalan dengan baik. Jadi pada saat dhuha anak-anak yang tidak sholat dhuha karena beragama lain, tidak saya bolehkan langsung jajan. Dia di dalam menunggu, entah itu membaca, entah itu belajar atau apa atau main menggambar atau apa. Nanti setelah selesai sholat dhuha baru semua istirahat jajan saya kasih waktu pengganti istirahat.” 10 Januari 2017 Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa yang beragama non muslim sikap mereka ketika diminta untuk menunggu di kelas saat temannya melaksanakan ibadah sholat dhuha adalah tidak masalah karena itu merupakan kemauannya sendiri. Berikut ini hasil wawancara dengan Ta dan Sh yang merupakan siswa beragama kristen: Ta : Tidak masalah jika harus menunggu di kelas. Sh : Tidak masalah jika harus menunggu di kelas karena itu kemauan sendiri. Ketika kegiatan berdoa sebelum pelajaran di kelas III B siswa yang bergama non muslim tidak menyuarakan bacaan doanya. Sikap siswa tidak masalah jika tidak menyuarakan doanya. Berikut ini hasil wawancara dengan Ta dan Sh. Ta : tidak masalah jika tidak menyuarakan doanya. Sh : tidak masalah jika tidak menyuarakan doanya. 79 Saat kegiatan tadarus pun siswa yang beragama non muslim diminta untuk menunggu di luar sampai kegiatan tadarus selesai. Sikap siswa non muslim mau dan senang untuk menunggu di luar kelas ketika pelaksanaan kegiatan tadarus. Berikut ini hasil wawancara dengan Ta dan Sh. Ta : senang menunggu di luar saat tadarus. Sh : mau menunggu di luar kelas saat tadarus. Toleransi siswa terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, juga didukung oleh hasil wawancara dengan tujuh siswa di kelas III A lampiran 3. hal 273 dengan pertanyaan bagaimana sikap kamu ketika melihat teman yang berbeda agama dengan kamu sedang beribadah? Berdasarkan jawaban ke tujuh siswa dapat disimpulkan bahwa ketika ada teman yang berbeda agama sedang beribadah sikap siswa ialah menunggunya dan menghormatinya. Bentuk toleransi dalam pelaksanaan ibadah agama lain juga didukung oleh hasil observasi pada tanggal 20 Januari 2017 lampiran 4. hal 286 yang bertepatan dengan hari Jumat, maka dilaksanakan kegiatan tadarus di semua kelas. Siswa yang beragama non muslim diminta untuk menunggu di luar kelas sampai tadarus selesai. Terlihat Ov dan Adm siswa kelas VA yang beragama non muslim sedang duduk di luar kelas menunggu temannya selesai tadarus. Berdasarkan hasil dokumentasi tata krama siswa lampiran 10. hal 368 pada point A. Etika Sopan Santun dalam Pergaulan no. 3 disebutkan bahwa “dalam pergaulan sehari-hari di sekolah siswa hendaknya saling menghormati dan menghargai sesama siswa di dalam maupun di luar sekolah.” Dengan demikian dapat diambil kesimpulan berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi sikap dan perilaku toleransi siswa terhadap 80 pelaksanaan ibadah agama lain ditunjukkan dengan menunggu teman yang sedang melaksanakan ibadah, menghormati teman yang sedang melaksanakan ibadah dengan tidak mengganggunya, dan menghargai setiap bentuk perbedaan agama pendapat latar belakang sosial antar teman. 3 Siswa Hidup Rukun dengan Pemeluk Agama Lain Macam karakter religius yang ketiga yaitu siswa hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Bu Pri pada tanggal 10 Januari 2017, siswa hidup rukun dengan pemeluk agama lain ditunjukkan ketika siswa sedang bermain bersama di halaman sekolah, mereka tidak membeda-bedakan agama temannya. Berikut hasil wawancara Bu Pri: “Misalkan memahami perbedaan itu kan tidak seperti orang dewasa, masih sekedar dolan ya dolan oh kamu kristen ya kristen aja mbak. Engga ada mbak nek kristen misalnya seperti ini, nek islam seperti ini engga ada.” Hasil wawancara dengan Bu Pri tersebut didukung oleh hasil wawancara dengan siswa lampiran 3. hal 273 dengan pertanyaan ketika di dalam kelasmu ada siswa yang berbeda agama dengan kamu bagaimana sikapmu? Berdasarkan jawaban dari keenam siswa dapat disimpulkan bahwa sikap siswa ketika di dalam kelasnya terdapat siswa yang berbeda agama dengannya adalah menghormatinya, tidak membeda-bedakan dalam berteman, serta menolongnya jika sedang dalam kesulitan. Hasil wawancara di atas juga didukung oleh hasil observasi lampiran 4. hal 286 pada tanggal 16 Januari 2017 sampai dengan 27 Januari 2017, tampak waktu istirahat berlangsung siswa bermain bersama di halaman sekolah walaupun agama 81 mereka berbeda. Selain itu, hidup rukun juga dapat dilihat ketika siswa membantu temannya yang sedang kesulitan walaupun berbeda agama. Berdasarkan hasil dokumentasi gambar 9. hal 379 yaitu foto kegiatan syawalan, terlihat semua warga sekolah baik yang beragama islam maupun non muslim saling berjabat tangan dan meminta maaf dalam rangka memperingati hari raya Idul Fitri. Dengan demikian berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa hidup rukun dengan pemeluk agama lain diwujudkan melalui sikap siswa yang tidak membeda-bedakan dalam berteman, saling menghormati, menghargai dan saling tolong-menolong dalam kebaikan, serta saling memaafkan antar pemeluk agama lain.

b. Upaya, Sikap, dan Perilaku Siswa melalui Strategi Pengembangan Diri