Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran Budaya Sekolah

33 lingkungan sekolah dikondisikan sedemikian rupa sehingga dapat mendukung berlangsungnya proses internalisasi karakter religius pada siswa.

2. Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran

Pengembangan karakter religius diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Sejalan dengan hal tersebut Agus Wibowo 2012: 83 menyatakan bahwa guru dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter bangsa ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Silabus dan Rencana Program Pembelajaran RPP yang sudah ada. Karakter religius tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP. Kemendiknas 2010: 18-19 menyebutkan cara-cara dalam pengembangan nilai- nilai karakter dalam silabus melalui: a. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar KD pada Standar Isi SI untuk menentukan apakah nilai karkater bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di dalamnya. b. Melihat keterkaitan SK dan KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan. c. Mencantumkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa ke dalam silabus. d. Mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke dalam RPP. e. Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai. f. Memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami kesulitan untuk menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku. 34 Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa internalisasi karakter religius melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran dilakukan dengan mencantukan karakter religius ke dalam silabus pembelajarann, RPP , serta menyisipkannya dalam setiap proses pembelajaran yaitu pada kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.

3. Budaya Sekolah

Budaya sekolah merupakan suasana kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, gurunya, maupun dengan karyawan sekolah. Budaya sekolah ini berkaitan dengan aturan, norma, moral serta etika yang berlaku di sekolah. Adapun nilai-nilai yang dikembangkan dalam budaya sekolah adalah kepemimpinan, keteladanan, keramahan, toleransi, kerja keras, disiplin, kepedulian sosial, kepedulian lingkungan, rasa kebangsaan, dan tanggung jawab Kemndiknas, 2010: 20. Berdasarkan pembahasan sebelumnya tentang macam- macam karakter religius salah satunya yaitu toleransi sesama pemeluk agama lain. Harapannya dengan timbulanya budaya toleransi ini dapat menjaga kerukunan seluruh warga sekolah. Pengembangan karakter religius dalam budaya sekolah mencakup kegiatan- kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administratif ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan menggunakan fasilitas sekolah. Dengan demikian segala bentuk kegiatan sekolah dan interaksi antar warga sekolah harus sebisa mungkin mencerminkan karakter religius. Sehingga karakter religius tersebut dapat terlaksana dengan baik dan dapat membudaya. 35 Kemendiknas 2010: 26, menyebutkan indikator keberhasilan sekolah dan kelas dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Berikut ini indikator keberhasilan sekolah dan kelas dalam menanamkan karakter religius. Tabel 2. Indikator Keberhasilan Sekolah dan Kelas dalam Menanamkan Karakter Religius Indikator Sekolah Indikator Kelas a. Merayakan hari-hari besar keagamaan. b. Memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk beribadah. c. Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah. a. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran. b. Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah. Menurut Kemendiknas berhasil tidaknya sekolah dan kelas dalam menanamkan nilai religius diukur dari indikator-indikator sebagiamana yang ada pada tabel 2. Jika suatu sekolah dan kelas telah memenuhi indikator-indikator di atas, maka dapat dinyatakan bahwa sekolah dan kelas tersebut telah berhasil dalam menanamkan nilai karakter religius pada peserta didiknya. Dengan demikian dapat disimpulkan, strategi yang dapat dijadikan alternatif untuk guru sekolah dasar dalam menginternalisasikan karakter religius pada peserta didik adalah sebagai berikut.

1. Program Pengembangan Diri

Program pengembangan diri ini bertujuan agar peserta didik dapat mengembangakan karakter religiusnya melalui beberapa kegiatan sehari-hari sekolah yang diadakan oleh guru maupun sekolahan. Adapun kegiatan sekolah yang dilakukan melalui beberapa hal berikut ini. 36 a. Kegiatan rutin sekolah Guru mengadakan kegiatan keagamaan yang sifatnya dapat dilakukan secara terus-menerus dan konsisten setiap saat. Kegiatan rutin sekolah ini jika dilakukan secara terus-menerus dapat menjadi sebuah kebiasaan. Adapun strategi yang dapat guru lakukan ialah: 1 membiasakan berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, 2 mengadakan kegiatan infaq pada hari yang sudah dijadwalkan, 3 siswa diminta memberikan salam sebelum dan sesudah pelajaran, ketika berjabat tangan dengan guru, 4 mengadakan sholat dhuha berjamaah sesuai dengan jadwal yang ditentukan, 5 mengadakan sholat zuhur berjamaah sesuai dengan jadwal yang ditentukan, 6 melatih peserta didik untuk mencintai lingkungan dengan meminta siswa untuk menyirami tanaman dan menjaga kebersihan, 7 membiasakan anak mengucap terima kasih, maaf, dan tolong, 8 membiasakan anak untuk meminta izin ketika meminjam barang, 9 mengadakan kegiatan hafalan surat pendek tadarus sesuai jadwal yang ditentukan, dan 10 mengadakan ekstrakulikuler baca tulis al-quran BTA sesuai jadwal yang ditentukan. b. Kegiatan spontan Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilakukan pada saat itu juga. Kegiatan spontan dilakukan jika suatu hal sudah terjadi. Kegiatan spontan dilakukan guru jika mengetahui suatu tindakan yang sifatnya positif dan negatif. 37 Tindakan postif perlu untuk mendapat tanggapan dari guru, supaya peserta didik tahu bahwa perbuatan tersebut perlu untuk dikembangakan. Dan perbuatan negatif juga perlu mendapat tanggapan supaya peserta didik dapat kembali melakukan tindakan yang baik. Strategi yang dapat dilakukan guru diantaranya yaitu: 1 memperingatkan peserta didik yang tidak melaksanakan ibadah, 2 memperingatkan peserta didik yang tidak mengucapkan salam ketika masuk kelas, dan berjabat tangan dengan guru, 3 memberikan nasehat pada peserta didik jika melakukan kesalahan, dan 4 memberikan pujian pada peserta didik yang melakukan kebaikan. c. Pemberian keteladanan Pemberian keteladanan ini sangat penting dilakukan oleh guru sebab guru merupakan sosok panutan bagi peserta didik. Segala sikap dan perilaku guru secara langsung maupun tidak langsung akan ditirukan oleh anak melalui cara imitasi. Dengan demikian guru, kepala sekolah, dan karyawan sekolah harus menunjukkan sikap dan perilaku yang mencerminkan karkater religius baik di rumah maupun di sekolah. Startegi yang dapat dilakukan guru dalam pemberian keteladanan yaitu: 1 guru berdoa bersama dengan peserta didik sebelum dan sesudah pelajaran, 2 guru memberikan contoh sikap berdoa yang khusyuk, 3 guru ikut berperan aktif dalam kegiatan berinfaq pada jadwal yang sudah ditentukan, 4 guru ikut berperan aktif dalam kegiatan hafalan surat pendek, 38 5 guru menjadi contoh yang baik dalam kegiatan sholat dhuha dan zuhur berjamaah, dan 6 guru menceritakan kisah atau dongeng tentang nabi atau lainnya yang mengajarkan tentang keteladanan dalam beragama. d. Pengkondisian lingkungan Lingkungan sekolah didesain dan dikondisikan sehingga dapat mendukung proses internalisasi karakter religius pada peserta didik. Keadaan sekolah sedapat mungkin mencerminkan karakter religius. Startegi yang dapat digunakan yaitu: 1 menyediakan sarana tempat dan perlengkapan ibadah yang layak, 2 diperdengarkan suara azan pada saat waktu sholat tiba, 3 memasang tulisan atau gambar yang mengenalkan tata cara beribadah dan ajakan melakukan ibadah, dan 4 memajang pengumuman jika akan memperingati hari-hari besar keagamaan. 2. Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran Karakter religius diintegrasikan ke dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Karakter religius tersebut harus ada dalam silabus, RPP, dan kegiatan pembelajaran. Selain itu, guru juga perlu untuk membantu peserta didik melakukan tindakan yang sesuai dengan karakter religius. 3. Budaya Sekolah Budaya sekolah merupakan suasana kehidupan sekolah tempat peserta didik dapat berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah, peserta didik dengan kepala sekolah, peserta didik dengan karyawan yang kesemuanya terikat ke dalam aturan, norma, moral, dan etika sekolah. 39 Sehingga karakter religius dapat guru masukkan ke dalam budaya sekolah melalui strategi: a membiasakan mengucapkan salam ketiga bersalaman dengan guru, b membiasakan siswa berdoa sesuai dengan agamanya masing-masing beserta artinya, c mengadakan kegiatan keagamaan di dalam maupun luar kelas, d mengikutkan peserta didik lomba yang berkaitan dengan keagamaan di luar sekolah, dan e memperingati hari besar agama lain.

C. Tahap Internalisasi Karakter Religius

Internalisasi karakter religius tidak dapat terjadi secara instan, akan tetapi membutuhkan beberapa tahapan yang harus dilewati. Sebagaimana pada tahap internalisasi nilai dalam internalisasi karakter yang merupakan proses penanaman nilai-nilai karakter religius membutuhkan tahapan yang sistematis. Muhaimin 1996: 153 menjelaskan bahwa dalam proses internalisasi yang dikaitkan dengan pembinaan peserta didik atau anak asuh ada tiga tahap yang mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi, sebagai berikut. a. Tahap transformasi nilai Pada tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh guru dengan cara memberikan informasi kepada peserta didik tentang nilai-nilai yang baik dan kurang baik. Pada tahap ini hanya terjadi komunikasi verbal antara guru dan peserta didik. Sehingga peserta didik akan mengetahui perilaku dan sikap yang baik serta tidak baik.