Faktor Penghambat Internalisasi Karakter Religius melalui Kegiatan

199 memahami bentuk peringatan hari besar keagamaan yang nantinya dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

e. Faktor Penghambat Internalisasi Karakter Religius melalui Kegiatan

Pengembangan Diri Berdasarkan hasil penelitian hambatan yang ditemukan dalam menginternalisasikan karakter religius pada siswa melalui kegiatan pengembangan diri adalah kurangnya kesadaran dalam diri siswa sendiri untuk menerapkan karakter religius dalam kehidupan sehari-hari dan kurangnya dukungan orang tua serta pengaruh lingkungan sekitar siswa yang kurang baik. Kesadaran dalam diri siswa ini menjadi bagian yang penting untuk mendukung terinternalisasinya karakter religius pada diri bahkan jiwa siswa. Sebab, dengan kesadaran siswa yang tinggi akan mempermudah proses internalisasi karakter religius. Selain itu, dengan adanya kesadaran dalam diri siswa sendiri akan membuat siswa menjadi lebih nyaman karena tidak terbebani dengan alasan melakukan suatu hal karena keharusan dari orang lain, akan tetapi anak dengan sendirinya sadar bahwa itu merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan dengan senang hati. Kesadaran diri ini masuk ke dalam tahap moral feeling yang berkaitan dengan emosi seseorang dalam merasakan apa yang terjadi di sekitar lingkungannya Thomas Lickona, 2013: 85-100. Kesadaran diri siswa ini sesuai dengan dua unsur dalam moral feeling yaiu conscince hati nurani dan self control pengendalian diri. Conscince hati nurani memiliki empat sisi yaitu sisi kognitif untuk mengetahui apa yang benar dan sisi emosional yaitu merasa kewajiban untuk melakukan apa yang benar. Sedangkan self control 200 pengendalian diri akan membantu peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan etika yang berlaku. Hambatan selanjutnya yaitu kurangnya dukungan orang tua yang dan pengaruh lingkungan masyarakat sekitar siswa yang kurang baik. Kedua hal ini juga sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa dalam internalisasi karakter religius pada siswa. Orang tua dan keluarga merupakan tempat pertama kali siswa memperoleh pendidikan karakter sejak ia dilahirkan. Hal ini senada yang diungkapkan oleh Hurlock Syamsu Yusuf, 2004: 138 keluarga merupakan “Training Centre” bagi penanaman nilai-nilai. Orang tua yang mampu menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran agama di rumah akan mendukung internalisasi karakter religius pada siswa. Sebab anak akan mencontoh apa yang dilakukan oleh orang tuanya tersebut di rumah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Yudrik Jahja 2013: 51 beberapa sikap orang tua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan moral anak yaitu 1 konsisten dalam mendidik anak, 2 sikap orang tua dalam keluarga, 3 penghayatan dan pengamalan agama yang dianut, dan 4 sikap orang tua dalam menerapkan norma. Lingkungan masyarakat yang kurang baik akan membuat internalisasi karkater religius siswa kurang maksimal. Sebab, di lingkungan masyarakat dan teman sebayanya anak akan mencontoh perilaku orang dewasa yang ada di sekitarnya. Jika orang dewasa yang ada di lingkungan siswa mampu menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai ajaran agama, maka siswa akan menirunya begitu pula sebaliknya semua sikap dan perilaku orang dewasa yang tidak sesuai dengan 201 ajaran agama pun akan ditiru oleh siswa. Dengan demikian masyarakat juga berperan penting dalam mendukung internalisasi karakter religius pada anak.

f. Internalisasi Karakter Religius melalui Pengintegrasan dalam Mata