Kegiatan Spontan Pemberian Keteladanan

28 9. Meminta izin untuk menggunakan barang orang lain. Kegiatan rutin ini penting untuk dilakukan guru untuk membentuk pembiasaan sikap dan perilaku siswa agar sesuai dengan karakter religius. Sebab dengan pembiasaan karakter religius dapat terinternalisasi pada jiwa anak. Sehingga ketika anak tidak berperilaku sesuai dengan karakter tersebut, maka ia akan merasa bersalah dan kurang nyaman. Hal ini senada yang disampaikan oleh Edi Waluyo Agus Wibowo, 2012: 126 bahwa pendidikan karakter terhadap anak hendaknya menjadikan mereka terbiasa untuk berperilaku baik; sehingga ketika seseorang anak tidak melakukan kebiasaan baik itu, yang bersangkutan akan merasa bersalah. Dengan demikian, anak akan merasa tidak nyaman ketika tidak melakukan kebiasaan baik itu.

b. Kegiatan Spontan

Kegiatan spontan yang dimaksud yaitu ketika suatu kegiatan dilakukan pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan ketika guru dan tenaga kependidikan melihat sikap dan perilaku negatif maupun positif yang dilakukan peserta didik. Jika siswa melakukan perilaku negatif dengan spontan guru mengingatkannya dan menasehatinya supaya tidak melakukan hal tersebut. Perilaku negatif misalnya ketika anak mengambil barang temannya tanpa ijin. Sedangkan perilaku positif misalnya ketika peserta didik menolong temannya yang sedang terjatuh. Perilaku positif ini perlu mendapat tanggapan bagi guru dengan memberinya pujian, supaya peserta didik tahu bahwa perilaku tersebut baik dan perlu untuk dikembangkan. Dalam hal ini guru memberikan penguatan positif bagi peserta didik. Hal ini sejalan dengan bentuk penerapan spontanitas dalam matrik 29 penjabaran dan penerapan nilai-nilai budi pekerti taat kepada ajaran agama yang disampaikan oleh Nurul Zuriah 2011: 208 bahwa guru memberikan nasihat kepada siswa yang melakukan kegiatan negatif maupun positif. Adapun bentuk kegiatan yang dapat dilakukan guru dan tenaga kependidikan dalam pembiasaan spontan Novan Ardy Wiyani, 2013: 223 yaitu: 1 memperingatkan peserta didik yang tidak melaksanakan ibadah, 2 memperingatkan jika tidak mengucapkan salam, dan 3 meminta maaf bila melakukan kesalahan.

c. Pemberian Keteladanan

Keteladanan yang dimaksud ialah segala perilaku dan sikap yang dilakukan oleh pengawas sekolah, kepala sekolah, dan karyawan sekolah dalam memberikan contoh tindakan-tindakan yang baik, sehingga dapat menjadi model yang baik bagi peserta didik. Termasuk juga guru sebagai figur utama sudah semestinya memberikan contoh yang baik bagi peserta didiknya baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun masyarakat. Misalnya, selalu berpakaian rapi, mengucapkan kata- kata yang terpuji, membuang sampah pada tempatnya, makan sambil duduk dan masih banyak lainnya. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan guru dan tenaga kependidikan melalui pembiasaan keteladanan Novan Ardy Wiyani, 2013: 223 yaitu: 1 guru berdoa bersama peserta didik sebelum dan setelah jam pelajaran, 2 guru dan tenaga kependidikan melakukan sholat zuhur berjamaah sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan, dan 30 3 guru menjadi model yang baik dalam berdoa dengan khusyuk dan dalam Bahasa Indonesia sehingga dimengerti oleh anak. Sementara itu, Seorang ahli bernama Kirschenbaum memberikan penyelesaian dalam mengimplementasikan pendidikan karakter melalui pendekatan komperhensif. Pendekatan komperhensif diusulkan pertama kali oleh Kirschenbaum 1995: 31, dalam salah satu bukunya yang berjudul 100 Ways to Enhance Values and Morality in Schools and Youth Setting beliau menguraikan 100 cara untuk bisa meningkatkan nilai dan moralitas karakterakhlak mulia di sekolah yang bisa dikelompokkan ke dalam lima metode, yaitu: 1 inculcating values and morality penanaman nilai-nilai dan moralitas, 2 modeling values and morality pemodelan nilai-nilai dan moralitas, 3 facilitating values and morality memfasilitasi nilai-nilai dan morlaitas, 4 skills for values development and moral literacy keterampilan untuk pengembangan nilai dan literasi moral, dan 5 implementing a values education program mengimplementasikan nilai ke dalam program pendidikan. Pendapat Kirschenbaum ini, kemudian dijelasakan kembali oleh Darmiyati Zuchdi, dkk. Dalam hal ini, pemberian keteladanan sesuai dengan metode modeling values and morality, yang oleh Darmiyati Zuchdi 2015: 35 disebut keteladanan nilai. Metode ini menurut Darmiyati Zuchdi memiliki beberapa syarat yang perlu untuk diperhatikan dalam penerapannya, yaitu: 1 guru atau orang tua harus berperan sebagai model yang baik bagi murid-murid atau anak-anaknya, dan 31 2 anak-anak harus meneladani orang-orang terkenal yang berakhlak mulia, terutama nabi muhammad SAW, bagi yang beragama islam dan para nabi yang lain. Guru dan orang tua juga perlu memiliki keterampilan asertif dan keterampilan menyimak. Keterampilan asertif adalah keterampilan mengemukakan pendapat secara terbuka, dengan cara-cara yang tidak melukai perasaan orang lain. Metode keteladanan nilai tersebut memiliki strategi-strategi pelaksanaanya, strategi keteladananan nilai menurut Darmiyati Zuchdi 2015: 39-40, meliputi: 1 berbagi perasaan, 2 berbagi pengalaman, 3 berbagi keterampilan, 4 nara sumber, dan 5 menghindari kemunafikan. Berikut ini akan dijelaskan dua startegi yang dapat digunakan guru untuk menginternalisasikan karakter religius. 1. Berbagi perasaan Berbagi perasaan ini dapat dilakukan guru dengan cara mengekspresikan emosinya terhadap suatu hal yang terjadi di dalam atau di luar kelas. Misalnya, ketika ada salah satu muridnya yang sakit dan harus menginap di rumah sakit guru menunjukkan ekspresi wajah yang sedih. Dalam hal ini guru mengajarkan betapa pentingnya kasih sayang sesama teman. Contoh lain, ketika ada seorang murid yang menyontek saat ujian guru menunjukkan ekspresi marah. Demikian ketika guru marah, ia sedang mengajarkan betapa pentingnya sebuah kejujuran. 2. Menghindari Kemunafikan Munafik artinya melakukan suatu tindakan yang bertentangan dengan yang diucapakan. Guru sebagai tauladan yang baik, sudah semestinya menghindari sifat 32 munfaik seperti ini. Jadi guru harus hati-hati dalam setiap bertindak, jangan sampai apa yang ia larang justru dilakukannya sendiri.

d. Pengkondisian Lingkungan