154 pengambilan peserta lomba MTQ dilakukan dengan cara mengadakan perlombaan
di sekolah dan siswa yang menjadi juara nyalah yang akan diikutkan menjadi peserta lomba MTQ. Berikut ini hasil wawancara dengan Bu End.
“Di luar sekolah itu ya seperti MTQ, bulannya sekitar September mbak. Yang diikutkan kelas satu pun kalau dia mampu lomba kita ikutkan. Di
dalam sekolah ya ada lomba-lomba keagamaan dari kita mau MTQ itu kan ambil seleksi, kita lewatkan lomba per kelas kita ambil kita seleksikan nanti
yang terbaik kita ambil untuk maju ke kecamatan. Per kelasnya kita pandang anak yang mampu nanti kan walaupun dia sama kelas satu kan nanti akan
berbeda kan mbak.” 10 Januari 2017 Berdasarkan hasil dokumentasi gambar 23. hal 385 terdapat catatan
prestasi siswa dalam mengikuti lomba bertema keagamaan di luar sekolah. Selain itu, terdapat pula jadwal pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler BTA gambar 22.
hal 384 yang ditempel di setiap kelas. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa karakter religius
dilaksanakan dalam kegiatan di luar sekolah melalui kegiatan ektrakulikuler Baca Tulis Al-Quran atau TPA yang dilaksanakan oleh kelas rendah dengan jadwa hari
Senin kelas I A dan III A, hari Selasa kelas I B dan III B, serta hari Jumat kelas II A dan II B. Pengajar TPA merupakan guru dari lembaga Fitri Insani. Selain itu,
budaya sekolah di luar sekolah yaitu mengikuti lomba bertemakan keagamaan atau MTQ setiap tahunnya serta pemberian motivasi bagi kelas VI sebelum ujian
nasional yang diisi dengan siraman rohani dan doa bersama.
g. Hambatan dalam Upaya Internalisasi melalui Strategi Budaya Sekolah
Berdasakan pertanyaan yang diajukan peneliti kepada guru tentang hambatan apa saja yang ditemukan ketika melaksanakan internalisasi karakter
religius melalui budaya sekolah? didapatkan hasil wawancara yang bervariasi.
155 Menurut Pak Adt hambatan yang ditemukan beliau dikarenakan waktu yang
kurang dalam melaksanakan kegiatan keagaman karena satus sekolah negeri dan juga pengaruh lingkungan dan dukungan orang tua yang rendah. Berikut ini
pendapat Pak Adt, “Hambatan yang ditemukan guru dalam menginternalisasikan karakter
religius melalui budaya sekolah adalah kurangnya waktu mengadakan kegiatan religius di sekolah karena status sekolah yang negeri, kurangnya
dukungan orang tua serta lingkungan sekit
ar siswa yang tidak baik.” 9 Januari 2017
Pendapat yang disampaikan oleh Pak Adt tersebut didukung oleh pernyataan
yang diungkapkan oleh Bu Mu bahwa hambatan dalam internalisasi karkater religuis dalam budaya sekolah adalah rendahnya dukungan orang tua serta
rendahnya tingkat kesadaran siswa dalam bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan ajaran agama. Berikut ini hasil wawancara dengan Bu Mu,
“Hambatan yang ditemukan guru dalam menginternalisasikan karakter religius melalui budaya sekolah adalah kesadaran siswa yang rendah dalam
berperilaku sesuai karakter religius karena dukungan dan keteladanan orang
tua yang rendah.” 21 Januari 2017 Berbeda dengan kedua pendapat yang disampaikan oleh dua guru di atas
terkait hambatan dalam internalisasi karakter religius dalam budaya sekolah, Pak Ju mengungkapkan bahwa hambatan yang ditemukan lebih pada biaya untuk
mengikuti lomba dan peserta lomba. Pendapat yang disampaikan oleh Pak Ju tentang sulitnya mencari peserta lomba MTQ juga diungkapkan oleh Bu End,
bahwa guru kesulitan dalam mencari peserta lomba MTQ khususnya untuk lomba seni baca Al-Quran kategori siswa laki-laki. Bu End juga berpandangan hanya
siswa yang memiliki bakat seni sejak lahir saja yang memiliki kemampuan baca seni Al-Quran yang baik.
156 Dengan demikian dapat diambil kesimpulan berdasarkan hasil wawancara
dan observasi hambatan internalisasi karkater religius melalui budaya sekolah yaitu waktu yang kurang, karena status sekolah yang negeri membuat porsi untuk
kegiatan keagamaannya terbatas. Selain itu pengaruh lingkungan anak dan dukungan orang tua di rumah yang kurang. Jika dari segi siswa adalah kesadaraan
siswa sendiri yang rendah. Ketersedian dana untuk mengikuti perlombaan. Ketika mencari peserta untuk lomba seni baca Al-Quran guru kesulitan menemukannya.
Terutama untuk siswa laki-laki yang memiliki bakat seni baca Al-Quran yang bagus.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SD Negeri Demakijo 1 telah melaksanakan internalisasi karakter religius pada siswa. Hal ini dibuktikan adanya
berbagai macam karakter religius yang diinternalisasikan pada siswa. Dalam menginternalisasikan karakter religius tersebut, guru menggunkan tiga strategi
yang diwujudkan dalam program pengembangan diri, pengintegrasian dalam mata pelajaran, dan budaya sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan
Kemendiknas 2010: 15-20 bahwa pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui tiga hal yaitu 1 program pengembangan
diri, 2 pengintegrasian dalam mata pelajaran, dan 3 budaya sekolah. Berikut ini akan ditampilkan skema internalisasi karakter religius melalui
tiga strategi tersebut serta bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan guru dan nilai yang
dikembangakan dalam
masing-masing kegiatan
tersebut.