Internalisasi Karakter Religius melalui Budaya Sekolah

210 Faktor penghambat yang keempat yaitu karakter relligius belum banyak diinternalisasiakan pada mata pelajaran matematika, Bahasa Jawa, dan penjaskes. Hal ini karena guru merasa kesulitan untuk mengntegrasikan materi pelajaran tersebut dengan karakter religius. Sehingga karakter religius lebih dominan diintegrasikan pada mata pelajaran IPA, PKn, IPS, dan Pendidikan Agama.

h. Internalisasi Karakter Religius melalui Budaya Sekolah

Budaya sekolah yang mencerminkan adanya internalisasi karakter religius siswa di SD Negeri Demakijo 1 meliputi internalisasi karkater religius yang tercantum dalam aturan sekolah, pelaksanaan budaya religius dalam kegiatan di kelas, sekolah, dan luar sekolah. Strategi ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Kemendiknas 2010: 20 bahwa pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan menggunakan fasilitas sekolah. Dalam menerapkan budaya sekolah yang mencerminkan karkater religius guru dapat dilakukan melalui pengadaan kegiatan yang dilakukan di kelas, sekolah, dan di luar sekolah. 1 Karakter Religius Tertulis dalam Aturan Sekolah Aturan sekolah yang mencerimkan adanya internalisasi karakter religius pada siswa yaitu aturan yang mengatur tentang pelaksanaan sholat berjamaah, tadarus setiap hari Jumat, sholat dhuha, berdoa sebelum belajar, bagi siswa perempuan yang beragama muslim setiap hari Rabu dan Kamis diwajibkan 211 menggunkan jilbab, serta aturan yang tercantum dalam tata krama siswa SD Negeri Demakijo 1. Pada tahap ini siswa baru mencapai tahap moral knowing dalam tahap internalisasi karakter religius pada siswa sebagaiman ayang diungkapkan oleh Thomas Lickona 2013: 85-100 bahwa ada tiga tahap dalam internalisasi karkater yaitu moral knowing¸ moral feeling, dan moral action. Tahap moral knowing ini sesuai dengan tahap ngerti yang disampaikan oleh K.H. Dewantara Dwi Siswoyo: 124 bahwa dalam internalisasi karakter religius melalui tiga tahap yaitu ngerti mengetahui, ngrasa memahami, dan nglakoni melakukan. Adanya aturan yang mengatur pelaksanaan karakter religius pada siswa, maka siswa akan mengetahui sikap seperti apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di lingkungan sekolah. Sehingga dapat menambah pengetahuan siswa tentang sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran agama. Dengan demikian, upaya yang dilakukan guru dengan menginegrasikan karkater religius dalam tata krama siswa, maka siswa hanya sebatas tahu saja apa perilaku yang diperbolehkan dan yang dilarang. 2 Karakter Religius dilaksanakan dalam Kegiatan di Kelas Internalisasi karkater religius di kelas melalui pembiasaan berbaris di depan kelas sebelum masuk kelas dengan dipimpin oleh salah satu siswa yang mendapat giliran, mempersilahkan siswa perempuan terlebih dahulu yang masuk kelas, masuk kelas dengan kaki kanan terlebih dahulu dan mengucapkan basmallah sambil bersalaman dengan guru dan mengucapkan salam, membiasakan anak berdoa doa sebelum belajar beserta artinya di awal jam pelajaran pertama, membiasakan anak berdoa doa agar diberi petunjuk yang baik dan doa penutup 212 majelis sebelum pulang sekolah, ketika pulang sekolah keluar kelas sambil bersalaman dengan guru dan mengucapkan salam dan keluar dengan kaki kiri, setiap awal pergantian jam pelajaran membaca basmallah dan mengucapkan hamdallah disetiap akhir pergantian jam pelajaran, melakukan pemeriksaan kuku oleh siswa, bagi siswa yang ramai tidak mengerjakan tugas tidak mengerjakan PR menuliskan namanya di papan tulis, dan siswa mengucapkan istighfar jika melakukan kesalahan. Budaya kelas yang mencerminkan adanya internalisasi karakter religius pada siswa mencakup unsur yang kelima yaitu aktualiasi dari doktrin agama yang dihayati oleh seseorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock Mohamad Mustari, 2014: 3-5 dalam mengembangkan religius manusia meliputi menanamkan keyakinan agama, melatih ibadat, memahamkan pengetahuan agama, menjalankan pengalaman agama, dan aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh seseorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan. Pada tahap ini siswa mencapai tahap nglakoni melakukan. Sebagaimana yang diungkapan oleh K.H Dewantara Dwi Siswoyo, 2012 mncetuskan konsep “Tringa” dalam menginternalisasikan karakter pada siswa yang terdiri dari ngerti mengerti, ngrasa memahami, dan nglakoni melakukan. Nglakoni dapat meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan apa yang dipelajarinya Dyah Kumalasari, 2010: 55. Melalui strategi yang guru lakukan dnegan membudaya kegiatan-kegiatan religius di dalam kelas, membuat siswa mencapai tahap nglakoni yaitu siswa 213 menunjukkan perilaku yang berlandasakan pada nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga upaya yang guru lakukan melalui strategi ini dapat dikatakan berhasil, karena dapat memunculkan perilaku siswa yang sesuai karakter religius. 3 Karakter Religius dilaksanakan dalam Kegiatan di Sekolah Budaya sekolah yang mencerminkan adanya karakter religius yaitu membiasakan siswa berpakaian rapi, membiasakan siswa bersalaman sambil mengucapkan salam saat tiba di sekolah, pelaksanaan ibadah sholat dhuha bagi semua kelas sesuai dengan jadwal yang ditentukan, pelaksanaan ibadah sholat zuhur berjamaah bagi kelas tinggi setiap hari Senin dan Rabu, dan pelaksanaan kegiatan tadarus setiap hari Jumat pagi, melakukan kegiatan selama bulan ramadhan seperti: buka bersama, pesantren kilat, pengisian buku kegiatan ramadhan, zakat fitrah, dan syawalan pada hari raya Idul Fitri, memperingati Idul Adha dengan menyembelih hewan kurban, mengadakan pengajian waktu memperingati Maulid Nabi. Budaya sekolah yang mencerminkan adanya internalisasi karakter religius pada siswa mencakup unsur yang kelima yaitu aktualiasi dari doktrin agama yang dihayati oleh seseorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock Mohamad Mustari, 2014: 3-5 dalam mengembangkan religius manusia meliputi menanamkan keyakinan agama, melatih ibadat, memahamkan pengetahuan agama, menjalankan pengalaman agama, dan aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh seseorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan. Pada tahap ini 214 siswa mencapai tahap nglakoni melakukan yaitu menerapkan semua pengetahuan dan pemahaman agamannya dalam tindakan yang nyata. Upaya yang dilakukan sekolah dengan membudayakan kegiatan-kegiatan religius di sekolah, berdampak pada perilaku siswa yang senenatiasa berlandasakan pada nilai-nilai religius. Berdasarkan hasil penelitian nglakoni ini ditunjukkan dengan siswa berjabat tangan dengan guru setibanya di sekolah sambil mengucapkan salam, dan ikut serta dalam peringatan hari besar keagamaan di sekolah. 4 Karakter Religius dilaksanakan dalam kegiatan di Luar Sekolah Karakter religius dilaksanakan dalam kegiatan di luar sekolah melalui kegiatan ekstrakulikuler Baca Tulis Al-Quran atau TPA yang dilaksanakan oleh kelas rendah dengan jadwa hari Senin kelas I A dan III A, hari Selasa kelas I B dan III B, serta hari Jumat kelas II A dan II B. Pengajar TPA merupakan guru dari lembaga Fitri Insani. Selain itu, budaya sekolah di luar sekolah yaitu mengikuti lomba betemakan keagamaan atau MTQ setiap tahunnya serta pemberian motivasi bagi kelas VI sebelum ujian nasional yang diisi dengan siraman rohani dan doa bersama. Budaya luar sekolah yang mencerminkan karakter religius ini baru mencapai unsur yang ketiga yaitu memahamakan pengetahuan agama sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock Mohamad Mustari, 2014: 3-5 dalam mengembangkan religius manusia meliputi menanamkan keyakinan agama, melatih ibadat, memahamkan pengetahuan agama, menjalankan pengalaman agama, dan aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh 215 seseorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan. Kegiatan BTA dan ikut serta perlombaan sebatas mengajarkan pengetahuan tentang agama pada anak. Pada tahap ini siswa baru mencapai tahap moral knowing dalam tahap internalisasi karakter religius pada siswa sebagaiman ayang diungkapkan oleh Thomas Lickona 2013: 85-100 bahwa ada tiga tahap dalam internalisasi karkater yaitu moral knowing¸ moral feeling, dan moral action. Tahap moral knowing ini sesuai dengan tahap ngerti yang disampaikan oleh K.H. Dewantara Dwi Siswoyo: 124 bahwa dalam internalisasi karakter religius melalui tiga tahap yaitu ngerti mengetahui, ngrasa memahami, dan nglakoni melakukan. Unsur religius memahamkan pengetahuan agama siswa dapat dilihat dengan sekolah mengadakan kegiatan ekstrakulikuler BTA bagi siswa kelas I, II, dan III. Melalui esktrakulikuler BTA ini siswa bekali pengetahuan tentang tata cara membaca Al-Quran yang baik dan benar. Sehingga siswa baru mencapai pada tahap moral knowing, yaitu siswa baru memahami cara membaca Al-Quran yang benar. Selain itu, melalui kegiatan MTQ ini siswa juga mengetahui tentang pengetahuan-pengetahuan agama yang lebih banyak lagi seperti melalui lomba CCA, qiroah, hafalan, dan lainnya.

i. Hambatan internalisasi Karakter Religius melalui Budaya Sekolah