10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Internalisasi Karakter Religius
1. Pengertian Internalisasi
Internalisasi berasal dari kata ‘inter’ atau ‘internal’ yang berarti dalam. Kata
yang mendapat akhiran –isasi diartikan sebagai proses. Dengan demikian
internalisasi dapat diartikan sebagai proses untuk memasukkan ke dalam. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI 2005: 439 internalisasi menurut kata
benda diartikan sebagai penghayatan: proses- falsafah negara secara mendalam berlangsung lewat penyuluhan, penataran, dan sebagainya dan dalam arti kata
politik internalisasi dimaknai sebagai penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin, atau nilai sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin
atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Menurut KBBI kata internalisasi lebih dimaknai sebagai penghayatan terhadap sesuatu nilai.
Penghayatan tersebut dapat diperoleh melalui penyuluhan, penataran, dan lainnya. Sehingga nilai tersebut dapat menjadi keyakinan dalam diri yang diwujudkan
dalam sikap dan perilaku. Sedangkan
Mohamad Mustari
2014: 5
berpendapat bahwa,
menginternalisasi artinya “membatinkan” atau “merumahkan dalam diri” atau “meng-intern-kan” atau menempatkan dalam pemilikan” atau “menjadikan
anggota penuh”. Beliau menambahkan bahwa dalam proses internalisasi ini terjadi penganutan sekaligus penyebaran nilai yang diperoleh dari petunjuk agama.
Berdasarkan pendapat ini, internalisasi diartikan sebagai menempatkan sesuatu ke
11 dalam diri. Sehingga internalisasi dipandang sebagai proses menjadikan sesuatu
miliki sendiri. Mohamad Mustari menambahkan, jika di dalam prosesnya terjadi
penyebaran nilai-nilai yang bersumber dari petunjuk agama.
Fuad Ikhsan 2005: 155 menyatakan bahwa internalisasi adalah upaya yang dilakukan untuk memasukkan nilai-nilai ke dalam jiwa seseorang sehingga
menjadi miliknya. Internalisasi dipandang sebagai suatu usaha untuk memasukkan nilai ke dalam bagian terdalam manusia yaitu jiwa. Sehingga nilai-nilai tersebut
nantinya dapat menjadi miliknya sendiri. Nilai-nilai dalam hal ini tidak terbatas pada nilai religius saja. Akan tetapi, semua nilai yang dianggap baik dan benar
oleh kelompok masyarakatnya. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, definisi internalisasi adalah
proses dan usaha dalam rangka memasukkan suatu nilai ke dalam diri atau jiwa seseorang. Sehingga nilai tersebut dapat dihayati dan menjadi milik sendiri.
Kemudian timbullah kesadaran akan melakukan segala sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai yang dihayatinya. Nilai yang telah dihayati tersebut nantinya
dapat diwujudkan dalam segala sikap dan perilaku di kehidupan sehari-hari baik di lingkungan rumah, sekolah, serta masyarakat. Dengan demikian, internalisasi
erat kaitannya dengan sikap dan perilaku sebagai hasil dari rangkaian proses internalisasi.
Seorang ahli psikologi sosial yaitu Louis Thurstone pada tahun 1928 Mueller, Daniel J, 1992: 3-4 memberikan definisi sikap sebagai
“jumlah seluruh kecenderungan dan perasaan, kecurigaan dan prasangka, prapemahaman yang
mendetail, ide- ide, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang suatu hal khusus.”
12 Kemudian pada tahun 1931 Thurstone menjelaskan sikap dengan definisi yang
sederhana ya itu “Sikap adalah menyukai atau menolak suatu obyek psikologis.”
Berdasarkan pendapat Thurstone ini, sikap merupakan perasaan sesorang yang diwujudkan dengan rasa suka atau tidak suka, menerima atau menolak terhadap
obyek yang ada di sekitarnya. Menurut Gordon Allport Susanta, 2006: 94 sikap adalah respon terhadap
suatu obyek dalam suasana menyenangkan atau tidak menyenangkan secara konsisten. Sikap merupakan tanggapan seseorang terhadap obyek yang ada di
sekitar yang diwujudkan dengan perasaan senang atau tidak senang, suka atau tidak suka. Selanjutnya Susanta 2006: 95 menyatakan bahwa para ahli psikologi
sosial menggap bahwa sikap terdiri dari tiga komponen yaitu kognitif yang berkitan dengan pengetahuan dan keyakinan seseorang terhadap suatu obyek,
afektif yang berisikan perasaan seseorang terhadap obyek sikap, dan konatif yaitu kecenderungan melakukan sesuatu terhadap obyek sikap. Dengan demikian sikap
merupakan kecenderungan seseorang untuk senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, menerima atau menolak terhadap suatu objek. Akan tetapi, sikap
belum tentu diwujudkan dalam bentuk perilaku secara konkret. Sikap mengandung tiga komponen penting yaitu kognitif, afektif, dan konatif.
Sikap terkadang dihubungkan dengan perilaku, akan tetapi keduanya tidak selalu menunjukkan hubungan yang positif. Seorang siswa yang mengatakan suka
menggunakan jilbab, belum tentu menunjukkan perilaku memakai jilbab. Seorang ahli psikologi sosial yaitu Ajzen Agus Abdul Rahman, 2014: 137 dengan
teorinya planned behavior yang merupakan revisi dari teorinya sebelumnya yaitu
13 reasoned action menyatakan bahwa menurut teori reasoned action, perilaku
merupakan hasil pertimbangan sadar dari beberapa faktor dan sikap bukanlah satu-satunya prediktor tunggal dari perilaku. Senada dengan hal tersebut Agus
Abdul Rahman 2014: 137 menambahkan bahwa selain sikap evaluasi positif dan negatif terhadap suatu perilaku yang spesifik, lingkungan sosial pun
berpengaruh terhadap perilaku. Dengan demikian, perilaku merupakan tanggapan atau tindakan nyata seseorang yang diakibatkan adanya rangsangan atau faktor-
faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan tertentu. Dan sikap hanyalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa internalisasi merupakan upaya yang dilakukan untuk memasukkan nilai kedalam
diri dan jiwa seseorang sehingga segala sikap dan perilakunya sesuai dengan nilai yang yakininya tersebut. Di dalam konsep internalisasi ini mengandung tiga buah
unsur yang penting yaitu: 1 adanya upaya untuk memasukkan nilai ke dalam jiwa seseorang, 2 terbentuknya sikap sebagai hasil proses internalisasi, dan 3
munculnya perilaku yang dapat dilihat sebagai dampak dari adanya internalisasi tersebut. Dengan demikian internalisasi sangat erat hubungannya dengan sikap
dan perilaku yang merupakan hasil dari proses internalisasi itu sendiri.
2. Pengertian Karakter