81 mereka berbeda. Selain itu, hidup rukun juga dapat dilihat ketika siswa
membantu temannya yang sedang kesulitan walaupun berbeda agama. Berdasarkan hasil dokumentasi gambar 9. hal 379 yaitu foto kegiatan
syawalan, terlihat semua warga sekolah baik yang beragama islam maupun non muslim saling berjabat tangan dan meminta maaf dalam rangka memperingati hari
raya Idul Fitri. Dengan demikian berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi
dapat disimpulkan bahwa hidup rukun dengan pemeluk agama lain diwujudkan melalui sikap siswa yang tidak membeda-bedakan dalam berteman, saling
menghormati, menghargai dan saling tolong-menolong dalam kebaikan, serta saling memaafkan antar pemeluk agama lain.
b. Upaya, Sikap, dan Perilaku Siswa melalui Strategi Pengembangan Diri
Berdasarkan data hasil penelitian, upaya yang dilakukan guru dalam menginternalisasikan karakter religius pada siswa melalui strategi pengembangan
diri dilakukan dalam empat buah bentuk kegiatan, yaitu: 1 kegiatan rutin, 2 kegiatan spontan, 3 pemberian keteladanan, dan 4 pengkondisian lingkungan.
Adapun nilai religius yang dikembangkan melalui strategi pengembangan diri ini meliputi nilai: taat beribdah, taat ajaran agama, sopan santun, peduli lingkungan,
saling memaafkan, tolong-menolong, dan jujur.
82 Berikut ini digambarkan skema strategi pengembangan diri dan nilai yang
dikembangkan melalui strategi tersebut.
Dampak dari upaya yang guru lakukan dalam internalisasi karakter religius melalui strategi pengembangan diri membentuk sikap dan memunculkan perilaku
siswa yang bermacam-macam. Berikut ini akan uraikan masing-masing dari upaya, sikap, dan perilaku siswa yang muncul melalui strategi pengembangan diri
tersebut berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.
1 Kegiatan Rutin Sekolah
Berikut ini disajikan tabel 5. upaya, sikap dan perilaku siswa yang muncul hasil dari upaya internalisasi melalui bentuk kegiatan rutin.
Kegiatan Rutin
Kegiatan Spontan
Pemberian Keteladanan
Pengembangan Diri
Pengkondisian Lingkungan
Ibadah dan berdoa
Sopan Santun
Peduli Lingkungan
Saling Memaafkan
Jujur
Tolong- Menolong
Gambar 2. Strategi Pengembangan Diri dan Nilai yang Dikembangkan
83
Tabel 5. Upaya, Sikap, dan Perilaku Siswa melalui Kegiatan Rutin
No. Upaya
Nilai yang dikembangkan
Sikap Siswa Perilaku Siswa
1. Membiasakan
siswa berdoa
sebelum dan
sesudah pelajaran.
Berdoa 4 siswa telah sadar mau
berdoa karena
takut kepada Allah.
Semua siswa berdoa sebelum dan sesudah
pelajaran dengan sikap yang khusyuk.
2. Mengadakan
kegiatan tadarus setiap hari Jumat.
Ibadah 4 siswa telah sadar
mengikuti tadarus
karena membaca Al- Quran
merupakan perintah Allah.
Ada 3 siswa yang tidak serius saat tadarus.
3 Mengadakan
kegiatan sholat
dhuha dan zuhur berjamaah.
Ibadah 4
siswa sadar
melaksanakan sholat
karena merupakan
kewajiban. Semua
siswa mengikuti sholat dhuha
sesuai jadwal
yang telah ditentukan.
4. Mengadakan
kegiatan TPA
sesuai jadwal
yang ditentukan. Ibadah
4 siswa sadar mengikuti kegiatan TPA karena
ingin belajar membaca Al-Quran dengan baik
dan benar. Ada 3 orang siswa
yang tidak
mau mengaji saat diminta
oleh guru.
5. Membiaskan
siswa memotong kuku.
Ibadah 3
siswa sadar
memotong kuku pada hari
Jumat karena
mereka tahu
itu merupakan sunnah rasul
serta untuk
menjaga kebersihan kuku.
Ada 2 orang siswa yang belum memotong
kuku.
6. Membiaskan
siswa untuk
meminta izin
ketika akan
meminjam barang
orang lain.
Jujur 4 siswa mau meminta
ijin terlebih
dahulu ketika akan meminjam
barang orang lain karena ia
takut dikatakan
mencuri. Ada 3 orang siswa
yang meminta
ijin meminjam alat tulis
milik temannya, dan saat akan keluar kelas.
7. Membiaskan
siswa untuk
mengucapkan salam.
Sopan santun a.
3 siswa
mau mengucapkan salam
pada guru
untuk memberi
penghormatan pada guru.
b. 1 siswa sadar untuk
mengucapkan salam pada guru.
Siswa mengucapkan
salam ketika bertemu guru, masuk kelas, dan
ketika akan
pulang sekolah.
84 No.
Upaya Nilai yang
dikembangkan Sikap Siswa
Perilaku Siswa 8.
Membiasakan siswa
untuk mencintai
lingkungannya. Peduli
lingkungan 4 siswa sadar dan mau
menjaga kebersihan
lingkungan kelas dan sekolah
karena tahu
kebersihan itu penting, dan
mau merapikan
mukena yang
berantakan. -
Siswa melaksanakan
piket kelas sesuai dengan jadwalnya.
Siswa
menyapu dan
menyirami tanaman yang ada
di depan kelas. -
Tidak ada siswa yang
merapikan mukena.
9. Membiaskan
siswa saling
memaafkan jika berbuat salah.
Saling memaafkan
4 siswa mau menegur, menasehati,
dan memaafkan
temannya yang berbuat kesalahan
padanya supaya tidak berdosa dan karena itu
adalah perintah Allah. Ada 6 siswa yang
saling memaafkan
karena berbuat salah.
10. Membiaskan siswa
saling tolong-menolong.
Tolong menolong
a. 2 siswa sadar dan
mau menolong
temannya yang
sedang kesusahan
dengan tidak
terpaksa dan tahu jika itu perbuatan
yang baik.
b. 2
siswa mau
menolong temannya karena kasihan.
Ada 3 orang siswa yang
membantu temannya ketika dalam
kesulitan.
Kegiatan rutin sekolah di SD Negeri Demakijo 1 dalam internalisasi karakter religius dilakukan melalui beberapa kegiatan yang dilakukan secara
terus-menerus. Kegiatan rutin sekolah di SD Negeri Demakijo 1 dalam internalisasi karakter religius berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan
dokumentasi selama penelitian berlangsung dilakukan melalui kegiatan rutin harian, mingguan, dan tahunan.
85 Berdasarkan hasil wawancara dengan guru lampiran 2. hal 232 dan hasil
dokumentasi lampiran 11. hal 378 kegiatan rutin yang dilaksanakan tahunan meliputi kegiatan tadarus yang dilaksanakan setiap hari pada bulan ramdhan,
zakat fitrah, buka bersama, tarawih, pesantren kilat, syawalan, pemotongan hewan kurban pada hari raya idul adha, pengajian pada peringatan Maulid Nabi,
pemberian motivasi dan siraman rohani bagi kelas VI sebelum ujian nasional, dan peringatan Nuzulul Quran.
Berikut ini hasil penelitian terkait kegiatan rutin sekolah dalam rangka menginternalisasikan karakter religius pada siswa.
a Membiasakan Siswa Berdoa Sebelum Pelajaran
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas III A pada tanggal 17 Januari 2017, sebelum masuk kelas siswa dibiasakan berbaris terlebih dahulu di
depan kelas. Nau mendapat giliran menjadi pemimpin barisan hari ini. Selesai berbaris, satu persatu siswa masuk ke kelas dengan berjabat tangan terlebih
dahulu dengan Bu Mu sambil mengucapakan salam “Assalammualaikum”. Ketika masuk kelas Bu Mu mengecek kuku siswa dan memperhatikan setiap langkah
kaki siswa. Karena aturan ketika siswa masuk kelas adalah dengan melangkahkan kaki kanan terlebih dahulu dan mengucap basmallah. Semua siswa telah masuk
kelas, Nau segera maju ke depan untuk memimpin pemberian salam dengan mengucap “Beri salam”. Kemudian siswa yang lain mengucapkan
“Assalammualaikum” pada Bu Mu, dan dilanjutkan dengan berkata “Selamat pagi Bu Mu selamat pagi teman-
teman”. Kemudian Nau memimpin doa dengan berkata, “Berdoa mulai”. Bu Mu dan siswa bersama-sama berdoa doa sebelum
86 belajar dan dilanjutkan dengan membaca artinya. Sikap siswa saat berdoa sangat
khusyuk dengan kepala menunduk dan tangan sedekap di atas meja. Kegiatan rutin yang dibiasakan oleh guru sebelum siswa masuk kelas dan
berdoa sebelum pelajaran yaitu berbaris di depan kelas. Kegiatan berbaris di depan kelas ini dipimpin oleh salah satu siswa secara bergiliran setiap harinya.
Pemimpin barisan ini ditentukan berdasarkan urutan nomor presensi yang disesuaikan dengan tanggal pada hari tersebut. Pemimpin barisan ini nantinya juga
akan menjadi pemimpin dalam pemberian salam dan doa sebelum belajar serta doa sebelum pulang sekolah. Siswa putra dan putri membentuk barisan secara
terpisah, antara siswa putra dan putri tidak menjadi dalam satu barisan. Setelah siswa selesai berbaris, guru akan mempersilahkan siswa perempuan terlebih
dahulu untuk masuk kelas. Adapun aturan saat masuk kelas dengan melangkahkan kaki kanan terlebih dahulu dengan mengucapkan basmallah dan bersalaman
dengan guru sambil mengucapkan salam. Setelah semua siswa masuk kelas dan duduk, satu siswa yang bertugas
menjadi pemimpin barisan tadi akan maju ke depan untuk memimpin pemberian salam pada guru dan doa. Pemimpin doa akan mengetuk meja menggunkan
penghapus papan tulis sebagai tanda pemberian aba- aba. Pemimpin berkata “Beri
Salam”, kemudian semua siswa akan mengucapkan salam “Assalammualaikum wr.wb.” Setelah itu pemimpin akan kembali duduk di kursi dan segera memimpin
doa dengan berkata, “Berdoa mulai”. Selanjutnya semua siswa mulai berdoa, doa yang dibaca adalah doa sebelum belajar dan dilanjutkan dengan membaca artinya.
87 Sikap siswa saat berdoa yaitu dengan duduk di kursi, menundukkan kepala dan
tangan sedekap di atas meja. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 16 Januari 2017, doa sebelum
belajar beserta artinya yang dibaca siswa, yaitu: “Bismillahhirrohman’nirrohim, Rodlittu billahirobba, wabi islamidina,
wabimuhammadin na bi yyawwarasulla, rabbi zidnii ilmaa warzuqnii fahmaa
.” Artinya: Atas asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang, aku rela Allah Tuhanku, aku rela Islam agamaku, dan aku rela
Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul utusan Allah, Ya Allah tambahkanlah ilmuku dan berilah aku pengertian yang mudah, Semoga Allah
mengabulkan permohonanku ini, amin. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru lampiran 2. hal
232 dan observasi lampiran 5 hal 295 di setiap awal pergantian jam pelajaran guru selalu membiasakan siswa untuk membaca basmallah. Kegiatan yang khas
dilakukan ketika berdoa sebelum belajar, setelah siswa selesai mengucapkan arabnya kemudian dilanjutkan dengan membaca artinya supaya siswa dapat
memahami arti doa yang dibacanya. Sebagaimana hasil wawancara dengan Bu Mu, alasan siswa ketika selesai
membaca berdoa sebelum belajar dilanjutkan dengan membaca artinya. Alasannya, supaya siswa lebih memahami isi dari doa yang dibacanya. Sehingga
siswa lebih konkret dalam mengartikan tujuan dari doa yang dibacanya. Berikut ini hasil wawancara dengan Bu Mu terkait kegiatan rutin yang dilaksanakaan di
sekolah serta alasan siswa diminta untuk mengucapkan arti doa sebelum belajar. “Bentuk kegiatan yang secara rutin diadakan oleh guru yaitu pembiasaan
siswa untuk mengucapkan salam, masuk kelas dengan kaki kanan terlebih dahulu sambil mengucapkan basmallah, berdoa sebelum dan sesudah
kegiatan pembelajaran, melaksanakan sholat dhuha dan zuhur, dan BTA. Alasan ketika berdoa sebelum pelajaran itu dengan artinya supaya anak
88 lebih konkret dan memhami makna dari doa yang dibacanya..” 21 Januari
2017
Senada dengan yang disampaikan oleh Bu Mu, Bu End menjelaskan lebih lanjut alasan mengapa ketika berdoa sebelum belajar siswa membaca artinya dan
doa sebelum pulang sekolah ditambakan dengan doa penutup majelis. Berikut ini hasil wawancara dengan Bu End pada tanggal 10 Januari 2017:
Doa sebelum belajar menggunakan artinya supaya siswa paham arti dari doa yang dibacanya, sehingga dapat menerpakannya dalam kehidupan sehari-
hari. Pembiasaan berdoa sebelum belajar beserta artinya dilakukan sejak siswa berada di kelas I. Kemudian cara guru untuk mengajarkan arti dari
doa sebelum belajar tersebut yaitu, pertama kali meminta siswa untuk menirukan apa yang diucapkan guru. Setelah itu siswa diberikan hafalan
supaya mereka dapat menghafalkannya di rumah. Selanjutnya guru akan mengecek apakah siswa sudah hafal arti doa tersebut atau belum di sekolah.
Jika belum hafal maka guru akan meminta siswa untuk menghafalkannya kembali dan akan mengecek kembali dihari selanjutnya.
Hasil wawancara dan observasi terkait kegiatan berdoa sebelum pelajaran
ini didukung oleh hasil dokumentasi tata krama lampiran 10 hal 368 siswa di SD Negeri Demakijo 1. Pada point B. Kegiatan Keagamaan, nomor satu disebutkan
berdoa sebelum pelajaran dimulai pada jam pertama dan jam terakhir saat hendak pulang.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan kegiatan rutin membiasakan siswa berdoa sebelum belajar dilakukan setiap hari sebelum mulai jam pelajaran
pertama dan di setiap awal pergantian jam pelajaran. Kegiatan berdoa sebelum pelajaran pada jam pertama dipimpin oleh salah satu siswa sesuai dengan jadwal
yang ditentukan. Doa yang dibaca pada awal jam pelajaran pertama adalah doa sebelum belajar dan dilanjutkan dengan membaca artinya. Sedangkan ketika awal
89 pergantian jam pelajaran siswa membaca basmallah. Sikap siswa saat berdoa yaitu
dengan duduk, tangan sedekap di atas meja dan kepala menunduk. b
Membiasakan Berdoa Setelah Pelajaran
Kegiatan rutin membiasakan berdoa sesudah pelajaran dilakukan dengan mengajak siswa untuk membaca hamdallah bersama-sama disetiap akhir
pergantian jam pelajaran dan membaca doa agar ditunjukkan yang baik dan yang buruk serta doa kafaratul majelis sebelum siswa pulang sekolah. Hal ini didukung
oleh hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Ju pada tanggal 10 Januari 2017, beliau menyatakan bahwa:
“Doa sebelum belajar itu juga pake artinya, ya karena supaya bisa diresapi oleh anak. Sebelum pulang sekolah itu doanya yang dibaca itu dua ya,
kafaratul majelis sama doa untuk mohon ditunjukkan baik dan buruk.” Setelah bel tanda waktu pulang sekolah tiba, semua siswa akan berkemas-
kemas. Petugas pemimpin doa akan maju ke depan dan mengetuk meja sebagai tanda pemberian salam pada guru dengan mengucapkan “Beri salam.” Kemudian
siswa lainnya akan mengucapkan “Assalammualaikum”. Setelah itu dilanjutkan dengan berdoa. Berikut ini doa yang dibaca siswa sebelum pulang sekolah yaitu
doa sesudah belajar dan doa kafaratul majelis. Doa sesudah belajar: “Allahumma Arinal Haqqa Haqqa Warzuq nat
tibaa’ah. Wa Arinalbaathila Baa-Thila Warzuqnajtinaaba.”. Doa kafaratul majelis: “Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allailahailla anta
astaghfiruka wa’atubu ilaik.” Berdasarkan hasil observasi lampiran 5. hal 295 sikap siswa saat berdoa
dengan duduk di kursi, menundukkan kepala dan dengan tangan sedekap di atas meja. Selesai berdoa guru akan mempersilahkan siswa perempuan untuk keluar
kelas terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan siswa laki-laki. Ketika keluar kelas
90 siswa bersalaman dengan guru sambil mengucapkan salam dan melangkahkan
kaki kiri terlebih dahulu. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan rutin
membiasakan siswa berdoa setelah pelajaran dilakukan setiap hari pada akhir pergantian jam pelajaran dengan membaca hamdallah. Adapun kegiatan yang
khas ketika berdoa sebelum pulang doa yang dibaca siswa adalah doa agar ditunjukkan jalan yang baik dan yang buruk serta doa kafaratul majelis.
c Mengadakan Tadarus dan Hafalan Surat Pendek
Kegiatan rutin selanjutnya adalah tadarus yang juga merupakan kegiatan hafalan surat pendek yang dilaksanakan setiap hari Jumat pagi. Pada kegiatan
tadarus, siswa akan membaca surat-surat pendek yang ada di dalam juz amma. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pada kegiatan tadarus selain membaca
arabnya, terkadang siswa juga diminta untuk membaca artinya. Guru kadang- kadang juga akan menjelaskan beberapa isi surat yang telah dibaca oleh siswa.
Sebagaimana hasil wawancara dengan Bu Pri yang berpendapat: “Nek tiap hari itu cuman tanya, tadi bangun jam berapa? Siapa yang sholat?
Siapa yang tidak? Pasti saya tanya. Terus tiap hari Jumat itu membaca surat- surat pendek. Waktu baca tadarus saya di dalam kelas. Saya juga membaca
bersama anak-anak nanti kemudian sekali tempo saya bahas isinya atau terjemahannya. Jadi kan anak-anak ngerti surat ini itu perintahnya untuk
apa. Tapi tidak setiap kali, cuman sekali tempo. Misalkan surat itu sambil menghafalkan itu saya baca, nanti kalau anak-anak sudah lancar baru tak
suruh bersama membaca artinya nanti tak jelaskan satu-
satu.” 10 Januari 2017
Hasil wawancara tersebut didukung oleh hasil observasi pada tanggal 27
Januari 2017 yang bertepatan dengan hari Jumat, maka dilaksanakan kegiatan tadarus. Setelah selesai berdoa Bu Mu membuka pelajaran dengan mengucapkan
91 salam, “Assalammualaikum wr. wb.” Kemudian Bu Mu meminta petugas piket
untuk mengambil juz amma yang ada di dalam almari. Siswa sangat senang ketika diminta untuk mengambil juz amma di dalam almari. Setelah semua juz amma
selesai dibagikan, siswa diminta untuk membaca surat Al-Fatihah sampai surat Al-Ikhlas beserta artinya. Satu persatu ayat dibaca dengan artinya. Siswa tadarus
dengan khusyuk. Saat membaca surat An-Nass ada satu bacaan yang dibaca salah oleh anak-anak. Bacaan yang seharusnya di baca pendek justru dibaca panjang.
Oleh karena itu, Bu Mu mengingatkannya. Selesai tadarus Bu Mu menjelaskan isi surat Al-Fatihah kepada siswa. Bu Mu menekankan pada makna ayat ke lima surat
Al-Fatihah yang menjelaskan bahwa kita harus memohon hanya kepada Allah. Bu Mu menasehati bahwa isi surat Al-Quran itu harus diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Pelaksanaan kegiatan tadarus dan hafalan surat pendek dilakukan secara
bersama-sama di setiap kelas. Metode yang digunakan guru dalam kegiatan hafalan surat pendek ini ialah dengan meminta siswa untuk membaca beberapa
surat pendek yang ada dalam juz amma. Dalam setiap pertemuan akan ada sekitar tiga sampai lima surat yang dibaca siswa. Surat-surat tersebut akan diulangi
selama dua kali kegiatan tadarus. Jika siswa telah hafal dengan surat sebelumnya guru akan menambah jumlah hafalan surat pendek siswa disetiap kegiatan tadarus.
Adapun surat yang pertama kali dibaca yaitu Al-Fatihah, An-Nass, Al- Falaq, Al- Lahab, dan seterusnya. Surat Al-Fatihah merupakan surat wajib yang harus dibaca
setiap kali tadarus. Siswa dinyatakan telah hafal surat pendek, jika mereka tidak perlu melihat bacaan surat pendek yang ada di dalam juz amma ketika tadarus
92 berlangsung. Terkadang selain membaca arabnya, guru juga meminta siswa untuk
membaca arti ayat setiap surat ketika kegiatan tadarus berlangsung. Pada saat bulan ramdhan pelaksanaan kegiatan tadarus dilakukan setiap hari,
dan bagi siswa non muslim tidak masuk ke kelas ketika kegiatan tadarus sedang berlangsung. Akan tetapi, menuju ke ruang agama untuk mendapat kajian agama
oleh guru agama mereka sampai kegiatan tadarus selesai. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh Pak Adt, sebagai berikut.
“Kalau untuk bulan ramadhan tadarus itu setiap pagi, terus anak-anak memakai pakaian muslim. Yang beragama non muslim menyesuaikan, akan
ada doa- doa atau istilahnya siraman rohani dari Bapak Ibu guru agamnya.”
9 Januari 2017 Berdasarkan fakta hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
kegiatan rutin mengadakan tadarus dan hafalan surat pendek dilakukan setiap hari Jumat pagi dan ketika bulan ramadhan kegiatan tadarus dilaksanakan setiap hari.
Salah satu guru akan menjadi pembimbing dalam kegiatan tadarus. Pada kegiatan tadarus siswa membaca beberapa surat pendek yang ada di juz amma. Jumlah
surat yang dibaca siswa akan terus ditambah oleh guru ketika siswa telah hafal dengan surat-surat pendek sebelumnya. Siswa dikatakan telah hafalan jika selama
kegiatan tadarus berlangsung siswa tidak perlu melihat bacaan surat pendek yang ada di juz amma. Terkadang selain membaca arabnya siswa juga membaca arti
dari surat yang dibacanya. Sesekali guru juga akan menjelaskan isi surat yang dibaca siswa setelah siswa selesai tadarus.
93
d Mengadakan Sholat Dhuha Berjamaah Sesuai dengan Jadwal yang telah
Ditentukan
Kegiatan rutin lainnya adalah ibadah sholat dhuha yang dilaksanakan pada pukul 08.45 WIB. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, setiap hari akan ada
dua kelas yang melaksanakan sholat dhuha berjamaah di mushola. Hal ini didukung oleh hasil observasi lampiran 5 hal 295, adapun jadwal pelaksanaan
sholat dhuha, yaitu: 1 Senin: kelas VI A-B, 2 Selasa: kelas V A-B, 3 Rabu: IV A-B, 4 Kamis: III A-B, 5 Jumat: II A-B dan 6 Sabtu: I A-B. Pada pelaksanaan
sholat dhuha di kelas VI A-B dan V A-B tidak dilaksanakan secara berjamaah, sedangkan di kelas I A-B sampai kelas IV A-B dilaksanakan dengan berjamaah.
Setiap selesai sholat dhuha siswa membaca doa sholat dhuha beserta artinya. Hal ini sesuai dengan hasil observasi pada tanggal 19 Januari 2017 pada
pelaksanaan sholat dhuha di kelas III A dan III B yang mendapat giliran untuk melaksanakan sholat dhuha. Setelah bel tanda istirahat berbunyi, semua siswa
melepas sepatunya di dalam kelas dan segera menuju ke mushola. Siswa laki-laki dan perempuan masing-masing berwudhu terlebih dahulu di tempat yang sudah
disediakan. Selesai berwudhu anak-anak kemudian masuk ke mushola, siswa perempuan segera mengenakan mukena dan siswa laki-laki duduk menunggu
siswa lainnya siap untuk melaksanakan sholat. Karena tidak ada bapak guru yang mengikuti sholat dhuha, Bu Mu meminta tolong pada anak kelas I untuk
memanggil satu guru di ruang guru. Menyadari adanya pelaksanaan sholat dhuha Pak Sr yang sedang menjaga kantin, segera menuju ke mushola dan berwudhu.
Hari ini Bu Mu, Bu Pri, dan Bu End mengikuti pelaksanaan sholat dhuha bersama anak-anak. Ketika sholat berlangsung masih terdapat beberapa siswa yang ramai
94 dan sengaja mengakhiri gerakkan sholatnya. Selesai sholat anak-anak dengan
bimbingan Pak Sr membaca doa sholat dhuha. Bagi anak yang belum hafal dapat membaca pajangan tulisan doa sholat dhuha yang ada di bagian depan ruang
mushola. Selain membaca arabnya, anak-anak juga membaca arti dari bacaan doa sholat dhuha tersebut. Selesai sholat anak-anak diberikan waktu istirahat 10 menit.
Doa sholat dhuha yang dibaca siswa gambar no.20 hal 382 adalah sebagai berikut.
“Allahumma innadh dhuha-a dhuha-uka, wal bahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal
ishmata ishmatuka. Allahuma inkaana rizqi fis samma-i fa anzilhu, wa inkaana fil ardhi fa-
akhrijhu, wa inkaana mu’asaran fayassirhu, wainkaana haraaman fathahhirhu, wa inkaana ba’idan fa qaribhu, bihaqqiduhaa-ika
wa bahaaika, wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatini maa ataita’ibadikash shalihin.” Artinya: Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha
adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah
penjagaan-Mu, Ya Allah, apabila rezekiki berada di atas langit maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila
jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu Wahai Tuhanku, datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu
yang sholeh. Pelaksanaan sholat dhuha sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan ini
sesuai dengan hasil dokumentasi jadwal pelaksanaan sholat dhuha gambar 21 hal 383 yang tertempel pada jendela mushola. Akan tetapi, jadwal yang tertempel di
jendela mushola tersebut merupakan jadwal sholat dhuha tahun ajaran 20152016. Sedangkan jadwal pelaksanaan sholat dhuha tahun ajaran 20162017 belum
ditempel di mushola. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan kegiatan rutin
mengadakan sholat dhuha berjamaah dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan disetiap kelas. Jadwal pelaksanaan sholat dhuha hari Senin kelas VI A-
95 B, Selasa kelas V A-B, Rabu kelas IV A-B, Kamis kelas III A-B, Jumat kelas II
A-B, dan Sabtu kelas I A-B. Sholat dhuha diwajibkan bagi semua kelas dari kelas I sampai dengan kelas VI. Setiap hari akan ada dua kelas yang melaksanakan
sholat dhuha di mushola. Pelaksanaan sholat dhuha di kelas V A-B dan VI A-B dilakukan tidak berjamaah, sedangkan di kelas I A-B sampai dengan kelas IV A-B
dilakukan secara berjamaah dengan dimami oleh satu guru laki-laki. Setiap selesai sholat siswa akan dibimbing untuk membaca doa sholat dhuha beserta artinya.
e Mengadakan Sholat Zuhur Berjamaah Sesuai dengan Jadwal yang telah
ditentukan
Berdasarkan pada hasil wawancara lampiran 2 hal 232 dan hasil observasi lampiran 5. hal 295 pelaksanaan sholat zuhur dilaksanakan oleh siswa kelas
tinggi yaitu kelas IV A-B sampai dengan kelas VI A-B setiap hari Senin dan Rabu. Pelaksanaan sholat zuhur ini bertepatan dengan adanya kegiatan les pada
kelas tinggi. Siswa secara bergiliran melaksanakan sholat zuhur di mushola sekolah. Karena ruang mushola yang tidak cukup besar, sehingga pelaksanaan
sholat zuhur dibagi menjadi beberapa kolter. Sebelum melaksanakan sholat siswa berwudhu terlebih dahulu ditempat yang sudah disediakan. Siswa laki-laki wudhu
di tempat wudhu sebelah luar sedangkan siswa perempuan wudhu di tempat wudhu yang berada di sebelah dalam. Selesai wudhu siswa masuk ke mushola dan
bersiap-siap untuk melaksanakan sholat. Satu orang guru laki-laki akan menjadi imam disetiap kloter sholat. Setelah selesai sholat zuhur siswa akan dibimbing
untuk membaca doa dan berdzikir sebanyak 11 kali yang terdiri dari 3 bacaan dzikir. Guru meringkas bacaan dzikir ini dengan alasan supaya siswa tidak merasa
96 berat dan lebih fokus. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan pada
Ibu End, beliau berpendapat: “Setelah sholat zuhur anak dibimbing untuk berzikir mbak tapi secukupnya,
misalkan zikir itu cuman kalau subbehanakallah itu kan 33 kali kan kalau anjuran dari tapi kita ambil 11 kali aja. Jadi 33 kali itu tiga macam, singkat
kan anak maunya kan yang cepet jadi kita tidak menghilangkan istilahnya tidak menghilangkan sunnah-sunnahnya tapi tetep kita laksanakan. Tapi biar
anak fokus kita ambil sedikit saja.” 10 Januari 2017 Pendapat yang diungkapakan oleh Ibu End tersebut juga didukung oleh hasil
observasi pada tanggal 16 Januari 2017 yaitu, sholat zuhur dilaksanakan oleh kelas IV A-B, V A-B, dan VI A-B secara bergantian dengan diimami oleh Pak Ru
pada gelombang pertama. Saat sholat zuhur berlangsung anak-anak mengkutinya dengan khusyuk. Akan tetapi, beberapa siswa yang berada di luar untuk
menunggu gilirannya sholat justru asik berbicara sendiri. Sehingga sedikit mengganggu temannya yang sedang melaksanakan sholat. Selesai sholat zuhur
anak-anak membaca zikir sebanyak 11 kali yang terdiri dari tiga bacaan dzikir, serta doa untuk kebaikan dunia akhirat, dan doa untuk kedua orang tua.
Pelaksanaan sholat zuhur sesuai jadwal yang telah ditentukkan ini sesuai dengan hasil dokumentasi jadwal pelaksanaan sholat zuhur gambar 21. hal 383
yang tertempel pada jendela mushola. Akan tetapi, jadwal yang tertempel pada jendela mushola ini merupakan jadwal pelaksanaan sholat zuhur tahun 20152016
sehingga jadwal pelaksanaan sholat zuhur dapat dilihat berdasarkan hasil observasi.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan, kegiatan rutin mengadakan sholat zuhur berjamaah dilaksanakan oleh siswa kelas tinggi setiap hari Senin dan
Rabu di mushola sekolah. Pelaksanaan sholat zuhur dilakukan secara bergiliran
97 setiap kelasnya dengan sistem kloter dengan urutan yang telah ditentukan. Satu
orang guru laki-laki akan menjadi imam sholat. Setelah siswa selesai sholat siswa akan dibimbing untuk berzikir sebanyak 11 kali yang terdiri dari tiga bacaan
dzikir, doa kedua orang tua, dan doa kebaikan dunia akhirat.
f Mengucapkan Salam Sebelum dan Sesudah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan rutin selanjutnya yaitu membiasakan anak untuk mengucapkan salam sebelum pelajaran dan sesudah pelajaran. Berdasarkan hasil observasi pada
tanggal 16 Januari 2017 di awal kegiatan pembelajaran pada jam pertama akan ada satu siswa yang memimpin pemberian salam pada guru dengan mengetuk
meja menggunakan penghapus sebagai tanda pemberian aba-aba. Pemimpin pemberi salam berkata, “Beri salam”, kemudian siswa lain akan memberikan
ucapan salam dengan mengucapkan “Assalammualaikum wr.wb” pada guru. Sedangkan pada awal dan akhir pergantian jam pelajaran siswa akan menjawab
salam yang diucapkan guru. Ketika jam pelajaran terakhir atau sebelum berdoa pulang sekolah siswa yang akan mengucapkan salam kepada guru. Seperti pada
awal jam pelajaran pertama, akan ada satu siswa yang bertugas menjadi pemimpin pemberian salam
Berdasarkan hasi dokumentasi Tata Krama Siswa lampiran 10. hal 368 pada point A. Etika dan Sopan Santun dalam Pergaulan no. 1 disebutkan siswa
mengucapkan salam antar siswa maupun kepada kepala sekolah, guru dan karyawan saat bertemu maupun akan berpisah.
Berdasakan uraian hasil observasi dan dokumentasi di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan rutin dengan membiasakan peserta didik untuk
98 mengucapkan salam sebelum dan sesudah kegiatan pelajaran dilakukan pada awal
jam pelajaran pertama dan akhir jam pelajaran terakhir. Akan ada satu orang siswa yang bertugas menjadi pemimpin pemberian salam pada guru. Pemimpin akan
memberikan aba-aba dengan mengetuk meja dengan penghapus sebagai tanda dimulainya pemberian salam.
g Membiasakan Peserta Didik untuk Mengucap Salam ketika Bertemu
dengan Guru
Membiasakan peserta didik untuk mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru dapat dilihat berdasarkan hasil observasi I sampai dengan XI
lampiran 5 hal 295, nampak terlihat pada kegiatan sapa pagi yang setiap hari dilaksanakan pada pukul 06.45 WIB. Pada kegiatan sapa pagi ini guru yang
mendapat jadwal piket akan menyambut siswa yang baru tiba di sekolah dengan berdiri di dekat gerbang sekolah. Siswa yang baru tiba di sekolah akan bersalaman
dengan bapak ibu guru dengan mengucapakan salam “Assalammualaikum” bagi yang beragama islam dan “Selamat pagi” bagi yang beragama non muslim. Ketika
hendak masuk kelas pada jam pertama dan keluar kelas untuk pulang sekolah, siswa juga dibiasakan untuk bersalaman sambil mengucapkan salam pada guru.
Sebagaimana hasil observasi pada tanggal 17 Januari 2017 pada pukul 06.45 WIB seperti biasanya Bapak Ibu guru yang mendapat jadwal piket telah
menyambut siswa yang baru tiba di sekolah. Pak Ju dengan wajah tersenyum sudah berdiri menyambut kedatangan para siswa yang baru tiba di sekolah.
Sesampainya di gerbang sekolah siswa langsung menghampiri Pak Ju untuk bersalaman dan mengucapkan salam.
99 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Mu pada tanggal 21 Januari 2017
beliau menyebutkan bahwa ketika siswa sudah keluar kelas untuk pulang siswa dibiasakan untuk berpamitan dengan bapak ibu guru yang ada di dalam kantor
guru. Berdasarkan hasil dokumentasi pada tata krama siswa dituliskan pada point
A. Etika Sopan Santun dalam Pergaulan nomor satu disebutkan bahwa dalam pergaulan sehari-hari di sekolah siswa hendaknya mengucapkan salam antar siswa
maupun kepada kepala sekolah, guru dan karyawan saat bertemu maupun akan berpisah.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan rutin membiasakan peserta didik untuk mengucapkan salam ketika bertemu dengan
guru dilakukan pada kegiatan sapa pagi, ketika siswa masuk kelas pada jam pertama dengan bersalaman dengan guru sambil ucap salam, ketika siswa keluar
kelas akan pulang sekolah dengan bersalaman dengan guru sambil ucap salam, dan membiasakan siswa untuk berpamitan dengan bapak ibu guru yang ada di
kantor guru ketika pulang sekolah, serta membiasakan siswa untuk mengucapkan salam ketika bertemu dan berpisah dengan teman, karyawan dan guru.
h Melatih Peserta Didik untuk Mencintai Lingkungan Sekitarnya
Kegiatan rutin yang mengajarkan siswa untuk mencintai lingkungan sekitarnya yaitu pengadaan piket kelas yang dilaksanakan sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan dapat dilihat pada hasil observasi dari pengamatan I – XI
lampiran 5 hal 295. Piket kelas dilaksanakan pada pagi hari, sehingga bagi siswa yang mendapat giliran menjadi petugas piket diharuskan untuk berangkat lebih
100 pagi. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh siswa saat mendapat
giliran piket kelas mereka menyapu lantai, membersihkan jendela kelas, membersihkan papan tulis, mengganti tanggal, dan menyirami tanaman yang ada
di depan kelasnya supaya tidak layu dan mati. Sebagaimana hasil observasi pada tanggal 17 Januari 2017, sebelum bel
tanda masuk kelas berbunyi petugas piket di kelas III A sedang membersihkan kelas. Ada yang menyapu, membersihkan papan tulis, dan mengganti tanggal
yang tertulis di papan tulis. Karena hari ini Li dan Ma mendapat jadwal menjadi petugas piket. Mereka berdua menyirami tanaman yang ada di depan kelasnya
dengan air yang sudah disediakan di dalam botol. Setelah selesai menyirami tanaman, Li dan Ma mengisi kembali botol dengan air di kamar mandi.
Berdasarkan hasil dokumentasi tata krama siswa, pada point C Kebersihan dan Kedisiplinan di sebutkan bahwa di setiap kelas membentuk team piket secara
bergiliran. Adapun tugas team piket kelas yaitu a membersihkan lantai, dinding, kaca jendela, meja siswa dan guru, b mempersiapakan perlengkapan kelas kapur,
penghapus, penggaris, dll, c mengisi papan absensi kelas sesuai dengan keadaan saat itu, d melaporkan kepada guru piket atau kepala sekolah apabila ada
pelanggaran yang berhubungan dengan kebersihan dan ketertiban kelas, dan e bertanggungjawab atas kebersihan kelas dan lingkungannya. Selain membentuk
team piket siswa juga dibiasakan menjaga kebersihan toilet dan halaman sekolah, dan membiasakan membuang sampah pada tempatnya.
Selain melalui kegiatan piket kelas, membiasakan siswa mencintai lingkungannya juga dilakukan guru dengan cara mengingatkan siswa untuk
101 mengecek laci meja mereka ketika pulang sekolah apakah terdapat sampah atau
tidak. Hal ini didukung oleh hasil observasi pada tanggal 21 Januari 2017 di kelas III A. Saat pelajaran SBK Bu Mu mengingatkan bagi siswa yang sudah selesai
mewarnai diminta untuk mengecek laci mejanya ada sampah atau tidak. Selain itu, pembiasaan mencintai lingkungan sekitar juga guru ajarkan dengan mengadakan
jadwal giliran siswa untuk menucuci taplak meja guru setiap akhir minggu di rumah dan dibawa kembali pada hari Senin.
Berdasarkan fakta hasil penelitian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan rutin melatih peserta didik untuk mencintai lingkungan sekolahnya
dilakukan melalui pengadaan piket kelas sesuai jadwal yang telah ditentukan, pembiasan mengecek laci meja sebelum pulang sekolah, kegiatan mencuci taplak
meja guru sesuai dengan jadwal yang telah ditentukkan, menjaga kebersihan toilet dan halaman sekolah, serta membiasakan siswa membuang sampah pada
tempatnya.
i Membiasakan Peserta Didik untuk Mengucapkan Terima Kasih, Maaf,
dan Tolong
Kegiatan rutin selanjutnya yaitu membiasakan pserta didik untuk mengucapkan terima kasih, maaf, dan tolong. Berdasarkan hasil wawancara
dengan siswa lampiran 3. hal 273 pembiasaan mengucapkan terima kasih dilakukan ketika mereka telah dibantu oleh orang lain, mengucapkan maaf dan
saling memaafkan dilakukan ketika melakukan kesalahan, dan jika akan meminta bantuan orang lain mereka mengucapkan kata tolong. Hal tersebut juga didukung
oleh hasil wawancara yang dilakukan oleh Bu Mu pada tanggal 21 Januari 2017, beliau menyatakan bahwa siswa dibiasakan untuk saling memaafkan.
102 Berdasarkan hasil observasi lampiran 5. hal 295 peserta didik dibiasakan
untuk mengucapkan terima kasih ketika sudah dibantu oleh orang lain atau temannya, mengucapkan maaf ketika berbuat salah pada temannya, dan
mengucapkan tolong jika akan meminta bantuan kepada orang lain. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kegiatan di kelas seperti ketika sudah dipinjami barang
mengucapkan terima kasih, ketika telah diijinkan pergi ke kamar kecil siswa mengucapkan terima kasih pada guru, saat sengaja atau tidak sengaja melukai
temanya mengucapkan maaf, dan ketika akan meminta bantuan temannya mengucapkan kata tolong.
Berdasarkan hasil dokumentasi tata krama siswa lampiran 10. hal 368 pada point A Etika Sopan Santun dalam Pergaulan disebutkan bahwa dalam
pergaulan sehari-hari di sekolah siswa hendaknya berani mengakui kesalahan dan meminta maaf apabila melanggar hak-hak orang lain.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan kegiatan rutin membiasakan peserta didik untuk mengucapkan terima kasih, maaf, dan tolong dilakukan dalam
kegiatan sehari-hari di kelas dan sekolah. Ketika siswa telah dibantu siswa diminta untuk mengucapkan terima kasih, ketika siswa melakukan kesalahan ia
diminta untuk meminta maaf, dan ketika siswa meminta bantuan orang lain mereka dibiasakan untuk mengucapkan kata tolong, ketika siswa telah dijinkan ke
kamar kecil saat kembali ke kelas siswa dibiasakan mengucapkan terima kasih
pada guru.
103
j Membiasakan Peserta Didik untuk Meminta Izin ketika Meminjam
Barang Orang Lain
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa yaitu Pu pada tanggal 16 Januari 2017, dengan pertanyaan apakah yang akan kamu lakukan
ketika akan meminjam barang orang lain? Pu memberikan jawabannya: “Bilang dulu, kalau engga bilang berarti nyuri.
” Hasil wawancara ini didukung oleh hasil observasi pada tanggal 16 Januari 2017 dan 18 Januari 2017 di kelas III A.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 16 Januari 2017, ketika pelajaran matematika sedang berlangsung di kelas III A, beberapa siswa meminta izin pada
Adt untuk meminta kertas label. Siswa bertanya pada Adt, “Adt boleh minta tidak?”. Terilhat juga Ram sedang meminta izin pada Bu Mu untuk meminjam
penggaris yang ada di meja guru. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 18 Januari 2017, terilhat Adt
meminta izin pada Bu End saat akan izin keluar kelas untuk ke kamar kecil. Ketika pelajaran berlangsung, Arz meminta izin pada Ham untuk meminjam
pensil yang ada di tempat pensil Ham. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan, pembiasan
peserta didik untuk meminta izin ketika meminjam barang orang lain dilakukan dalam kegiatan sehari-hari di kelas. Selain itu, pembiasaan meminta izin juga guru
ajarkan ketika siswa akan pergi ke kamar kecil untuk meminta izin terlebih dahulu kepada guru.
104
k Mengadakan Ekstrakulikuler Baca Tulis Al-Quran BTA Sesuai Jadwal
yang telah ditentukan
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru lampiran 2. hal 232 kegiatan ekstraulikuler baca tulis Al-Quran BTA diwajibkan bagi kelas rendah sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan. Sekolah bekerja sama dengan lembaga Fitri Insani untuk tenaga pengajarnya.
Adapun dari hasil observasi pada tanggal 23 Januari 2017, sedang berlangsung kegiatan BTA di kelas III A. Pukul 12.00 WIB kegiatan BTA
dilaksanakan. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Pada kegiatan BTA tempat duduk putra dan putri dipisahkan. Siswa putri duduk di
sebelah selatan sedangkan siswa putra diduduk di sebelah utara. Pada awal pembelajaran guru meminta siswa membaca doa robbizitdini beserta artinya dan
doa untuk kedua orang tua. Guru yang mengajar TPA berjumlah tiga orang. Sebelum mulai mengaji siswa diberikan tugas untuk menulis arab jilid 6 hal 6.
Sambil menunggu dipanggil giliran untuk mengaji, siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru. Beberapa siswa terlihat ramai sendiri yaitu Ai, Adt, dan Ev.
Sehingga mereka diminta nanti untuk pulang terakhir. Beberapa siswa mengeluh pada tugas yang diberikan dan beberapa siswa justru ramai sendiri. Satu per satu
siswa panggil untuk mengaji. Siswa yang sudah selesai menulis diminta menunjukkan tulisannya pada guru. Bagi siswa yang sudah selesai menulis dan
mengaji diperbolehkan untuk pulang terlebih dahulu. Ism dan Arz menjadi siswa yang pertama selesai, sebelum pulang dengan madiri mereka berdoa sendiri.
Waktu telah menunjukkan pukul 13.00 WIB anak-anak diminta untuk berkemas dan berdoa..
105 Selama proses kegiatan BTA di dalam kelas III A terdapat tiga orang guru
mengaji yang akan membimbing siswa mengaji. Tempat duduk siswa putra dan putri dipisahkan siswa putra di sebelah utara dan siswa putri di sebelah selatan.
Bagi siswa yang iqra jilid 1,2,3,4 berada di ruang kelas atas, sedangkan yang iqra jilid 5,6, dan Al-Quraan berada di lantai bawah. Guru mengajak siswa untuk
berdoa sebelum kegaitan BTA dimulai. Kemudian siswa diberikan tugas untuk menulis arab yang ada dibuku iqra dan dilanjutkan dengan mengaji, satu per satu
siswa akan dipanggil oleh guru untuk mengaji. Kegiatan BTA berakhir pukul 13.00 WIB. Sebelum pulang siswa berdoa terlebih dahulu.
Dari hasil dokumentasi gambar no. 21 hal 383 terdapat jadwal kegiatan ekstrakulikuler baca tulis Al-Quran yaitu: Senin kelas I A dan III A, Selasa kelas I
B dan III B, Jumat kelas II A dan II B. Pelaksanaan BTA dilakukan setelah kegiatan pembelajaran di kelas selesai.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan rutin mengadakan ekstrakulikuler baca tulis Al-Quran
dilaksanakan wajib bagi kelas rendah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Adapun pengajar BTA berasal dari Lembaga Fitri Insani. Siswa dikelompokkan
menjadi dua kelas, siswa yang telah menempuhh iqra jilid 5, 6 dan Al-Quran berada di kelas lantai satu sedangkan siswa yang iqra jilid 1, 2, 3, dan 4 berada di
kelas lantai dua. Selama proses kegiatan BTA tempat duduk siswa laki-laki dan perempuan dipisahkan. Satu per satu siswa akan dipanggil oleh guru untuk
mendapat giliran mengaji. Sambil menunggu giliran mengaji siswa akan diberikan tugas untuk menulisakan beberapa tulisan arab yang ada pada buku iqra.
106
l Pengecekkan Kuku Siswa
Kegiatan rutin yang ditemukan selama penelitian selanjutnya adalah pengecekkan kuku siswa diakhir minggu. Selama proses kegiatan ini guru akan
menunjuk dua siswa, satu siswa perempuan dan satu siswa laki-laki yang bertugas untuk mengecek kuku temannya. Bagi siswa perempuan pengecekkan kuku
dilakukan oleh petugas perempuan sedangkan bagi siswa laki-laki pengecekkan kuku dilakukan oleh siswa laki-laki.
Hal ini dibuktikan pada hasil observasi pada tanggal 21 Januari 2017 di kelas III A, pada pukul 07.00 WIB bel tanda masuk kelas telah berbunyi, semua
siswa kelas III A langsung memposisikan diri untuk berbaris di depan kelas. Hari ini Ol mendapat giliran untuk memimpin berbaris dan berdoa. Di kelas Bu Mu
setiap hari Sabtu merupakan hari Bahasa Jawa. Semua siswa wajib menggunkan Bahasa Jawa saat berkomunikasi, begitu pula dengan Bu Mu. Jadi Ol menyiapkan
teman-temannya berbaris dengan menggunkan Bahasa Jawa. Sebelum siswa masuk kelas, terlebih dahulu Bu Mu meminta Ni dan Raf untuk masuk terlebih
dahulu, karena mereka berdua mendapat giliran untuk mengecek kuku teman- temanya. Hari kamis sebelumnya Bu Mu sudah mengingatkan anak-anak untuk
memotong kukunya pada hari Jumat dan akan di cek Bu Mu pada hari Sabtunya. Bagi siswa putri pengecekan kuku dilakukan oleh Ni, sedangkan siswa laki-laki
dicek oleh Raf. Akan tetapi Raf yang menjadi petugas pengecek kuku justru tidak memotong kukunya, oleh karena itu Raf ditegur Bu Mu dan diminta untuk
memotong kukunya selesai pulang sekolah nanti.
107 Dengan demikian berdasarkan fakta hasil penelitian di atas kegiatan
pengecekkan kuku dilangsungkan setiap akhir minggu sekali. Akan ada dua orang siswa yang bertugas menjadi pengecek kuku yaitu satu orang siswa laki-laki dan
satu orang siswa perempuan. Bagi siswa perempuan akan dicek oleh siswa perempuan dan bagi yang laki-laki dicek oleh siswa laki-laki. Kegiatan
pengecekkan kuku ini melatih siswa untuk menjalankan sunnah rasul supaya memotong kuku pada hari Jumat.
2 Kegiatan Spontan
Kegiatan spontan yang dilakukan oleh guru berupa memperingatkan peserta didik yang tidak melaksanakan ibadah, memperingatkan peserta didik yang tidak
mengucapkan salam, memberikan nasehat pada peserta didik yang melakukan kesalahan dan memberikan pujian ketika peserta didik melakukan kebaikan.
Melalui kegiatan spontan membentuk sikap dan memunculkan perilaku siswa yang bermacam-macam. Berikut ini ditampilkan sikap dan perilaku siswa
yang muncul melalui kegiatan spontan yang disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 6. Upaya, Sikap, dan Perilaku Siswa melalui Kegiatan Spontan
No. Upaya
Nilai yang dikembangkan
Sikap Siswa Perilaku Siswa
1. Menegur
siswa yang tidak segera
melaksanakan ibadah.
Ibadah 4 siswa mau segera
melaksnakan sholat
ketika sudah diingatkan oleh guru.
Ada 5 siswa yang tidak segera
melaksankan sholat walaupun sudah
diingatkan oleh guru.
2. Memberikan
nasehat pada
siswa yang
melakukan kesalahan.
Ibadah 3
siswa mau
mengucapkan istighfar saat
berbuat salah,
karena takut
kepada Allah.
Ketika siswa
melakukan kesalahan mereka
langsung mengucapkan istighfar
dan kepala menunduk.
3. Memberikan
pujian bagi siswa Ibadah
3 siswa senang ketika mendapat pujian dari
Siswa tersenyum saat dipuji oleh guru.
108 No.
Upaya Nilai yang
dikembangkan Sikap Siswa
Perilaku Siswa 4.
Guru mengikuti kegiatan berdoa
sebelum dan
sesudah pelajaran.
Ibadah 4 siswa mau mencontoh
guru ketika
berdoa dengan
sikap yang
khusyuk. Semua siswa berdoa
dengan sikap
yang khusyuk.
5. Guru
aktif mengikuti
kegiatan tadarus. Ibadah
4 siswa mau menconoth guru dengan mengikuti
membaca dan tadarus. Ada 3 orang siswa
yang tidak mengikuti tadarus.
6. Guru mengikuti
sholat dhuha dan zuhur berjamaah
di sekolah. Ibadah
4 siswa mau ikut sholat. Semua siswa
mengikuti sholat dhuha dan zuhur di mushola
sekolah.
Berikut ini deskripsi hasil penelitian internalisasi karakter religius melalui beberapa bentuk kegiatan rutin.
a Memperingatkan Peserta Didik yang Tidak Melaksanakan Ibadah
Berdasarkan hasil wawancara siswa dengan pertanyaan apa yang akan dilakukan oleh bapakibu guru ketika ada siswa yang tidak ikut atau terlambat
mengikuti ibadah sholat berjamaah atau mengaji, yaitu: Adt
: “Dingatkan” 9 Januari 2017 Pu
: “Disuruh ngulang.” 9 Januari 2017 Na
: “Menasehati, memperingatkan.” 9 Januari 2017 Ik
: “Suruh mengulang” 10 Januari 2017 Rai
: “Mengulang, suruh baca tadarus sendiri.” 10 Januari 2017 Vau
: “Dinasehati, kalau tadarus sama Pak Yuli kalau rame dimarahin.” 16 Januari 2017
Key : “Ditegur, dinasehati” 16 Januari 2017
Berdasarkan hasil wawancara tersebut jika ada siswa yang tidak
melaksanakan ibadah maka guru akan memberikan nasehat, menegurnya, memperingatkan, dan jika pada saat sholat berjamaah siswa ramai maka diminta
untuk mengulang sholat sendiri.
109 Hal ini didukung oleh hasil observasi pada tanggal 17 Januari 2017 Ketika
doa sebelum pelajaran jam pertama dimulai, Bu Mu mengingatkan siswa untuk duduk dengan kepala menunduk dengan mengingat Allah saat akan mulai berdoa.
Sebelum pulang sekolah pukul 11.35 Bu Mu mengingatkan kembali pada siswa dengan berkata
, “Supaya pecahnnya utuh harus sholat lima waktu.” Ketika ada siswa yang saat berdoa tidak khusyuk guru akan memperingatkan siswa tersebut
supaya berdoa dengan sikap yang baik yaitu dengan menundukkan kepala. Guru juga selalu mengingatkan siswa supaya melaksanakan sholat lima waktu dengan
genap. Ketika pelaksanaan sholat dhuha pada tanggal 26 Januari 2017 di kelas III A
terlihat Bu End menegur Arz untuk segera berwudhu yang justru terlihat asik main sendiri di luar mushola. Selain memperingatkan siswa dalam hal ibadah
menyembah kepada Tuhan, guru juga memperingatkan siswa untuk melakukan tindakan yang baik. Seperti memperingatkan siswa untuk jujur saat mengerjakan
soal evaluasi dan soal diskusi, membantu orang tua saat di rumah, ketika makan sambil duduk dan dengan tangan kanan, serta memotong kuku setiap Hari Jumat.
Sebagaimana hasil observasi pada tanggal 19 Januari 2017, Ketika siswa diminta untuk berdiksusi tentang sumber energi dan kegunannya Bu Mu
mengatakan, “Mengerjaknnya harus jujur ya, tidak boleh mencuri pembicaraan orang lain.” Bu Mu mengajak siswa untuk bersyukur atas apa yang dmiliki
dengan mengucap alhamdulilah. Selesai berdoa doa sebelum pulang sekolah Bu Mu mengingatkan siswa, “Anak-anak jangan lupa ya kukunya dipotong, besuk
kan hari Jumat se suai tuntunan. Besuk Sabtu ibu akan cek ya.”
110 Dan hasil observasi pada tanggal 21 Januari 2017, Saat siswa mulai keluar
kelas untuk beristirahat, Bu Mu berkata,”Ingat lo nak kalau makan sambil duduk dengan tangan kanan ya.” Bu Mu juga menasehati siswa sebelum pulang sekolah
untuk tidak lupa libur sekolah membantu orang tuanya. Saat akan berdoa sebelum pulang sekolah, Bu Mu memperingatkan Ik, Az, dan Ram berdoa dengan sikap
yang baik. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa pada kegiatan spontan memperingatkan peserta didik yang tidak melaksanakan ibadah dilakukan dengan cara memberikan nasehat,
peringatan, dan teguran. Guru tidak hanya memperingatkan peserta didik dalam hal melaksanakan ibadah berupa menyembah kepada Tuhannya, akan tetapi juga
memperingatkan siswa dalam hal melakukan sikap dan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
b Memperingatkan Peserta Didik yang Tidak Mengucapkan Salam
Hasil observasi pada tanggal 25 Januari 2017 pada pukul 07.40 WIB pelajaran dilanjutkan dengan Pendidikan Agama. Bu End membuka pelajaran
dengan mengucapkan salam. Terlihat Ki tidak menjawab salam yang diucapkan oleh Bu End karena melamun, kemudian oleh Bu End ditegurnya. Bu End
menasehati siswa dengan berkata, “Mengucapkan salam terlebih dahulu itu pahalanya lebih besar anak-anak, dibandingkan dengan menjawab salam. Jika
diumpamakan mengucapkan salam pahalanya dua dan menjawab salam satu.” Berdasarkan hasil observasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
kegiatan spontan memperingatkan peserta didik yang tidak mengucapkan salam
111 dilakukan guru dengan memberinya nasehat dan meminta anak untuk mengulang
sendiri jawaban salamnya. c
Memberikan Nasehat pada Peserta Didik yang Melakukan Kesalahan
Berdasarkan pertanyaan yang diajukan peneliti kepada Bapak Ju tentang hal apa yang spontan dilakukan oleh bapak ibu guru ketika menjumpai siswa yang
melakukan tindakan yang tidak baik. Bapa Ju memberikan pendapatnya yaitu: “Kita panggil kita bicara, lalu itu ringan ya cukup anaknya tapi kalau ada
perlu konsultasi orang tuanya kita panggil orang tuanya. Untuk hukuman itu sudah dilakukan oleh guru kelasnya, ada yang ambil daun dan sampah di
hitung berapa sekaligus untuk membimbing anak disiplin juga untuk melatih perhitungan matematika itu ada. Tapi tiap kelas tidak sama. Hukuman
secara fisik tidak ada.” 10 Januari 2017 Berdasakan hasil wawancara dengan Bapak Ju, ketika ada siswa yang
melakukan kesalahan, maka akan diberikan nasehat dan jika membutuhkan konsultasi dengan orang tua siswa maka guru akan meminta orang tua siswa untuk
datang ke sekolah. Adapun hukuman yang diberikan pada anak jika melakukan kesalahan adalah diminta untuk mengambil sampah dengan jumlah yang sudah
ditentukan. Untuk pemberian hukuman pada siswa yang melakukan kesalahan, disetiap kelas berbeda-beda tergantung setiap guru. Sejalan yang diungkapkan
oleh Bapak Ju, Bu Pri memberikan pendapatnya : “Itu langsung saya panggil, dalam artian saya ajak berdua, kalau itu sendiri
ya individu terus saya tanyai kemudian saya nasehati dan saya klarifikasi dengan orang tua. Kalau hukuman fisik engga, hukumannya ya cuman nanti
misalkan kamu. Ya sebenarnya bukan hukuman mbak, cuman peringatan kalau kamu mau mengerjakan atau melakukan hal itu lagi ada sanksi dari
sekolah. Dalam artian sanksinya misalnya tidak boleh mengikuti pelajaran atau ada tugas tambahan kayak gitu. Nek
fisik engga.” 10 Januari 2017 Bu Pri menambahkan bahwa hukuman yang diberikan pada siswa yang
melakukan kesalahan adalah dengan memberinya tugas tambahan dan tidak
112 diperbolehkan untuk mengikuti pelajaran. Berbeda dengan yang diungkapkan oleh
Bapak Ju dan Ibu Pri, Bu Mu menyatakan bahwa ketika ada siswa yang melakukan kesalahan, maka siswa tersebut diminta untuk mengucapkan istighfar.
Jumlah untuk istighfar sendiri tergantung pada seberapa sering siswa tersebut melakukan kesalahan. Berikut ini hasil wawancara dengan Bu Mu terkait hal
tersebut. “Saya ingatkan. Misalnya, kadang-kadang anak-anak makan minum dengan
tangan kiri ya di kelas ya diluar kelas, “Ayo duduk dengan tangan kanan, minum dengan tangan kanan.” Menguap juga begitu, kadang-kadang saya
tegur kemudian saat itu juga saya suruh untuk membetulkan kalau misalnya itu bisa. Nek menguap itu kan engga bisa, cuman saya tegur. Kalau makan
minum kan bisa, terus kalau ada anak-anak yang berkata tidak sopan nanti saya suruh istighfar, biasanya sepuluh kali. Tapi tergantung mbak 20 kali
tidak mesti. Untuk jumlah istighfarnya saya belum tentukan, tapi saya kan orangnya titen mbak. Jadi semisal ia semakin sering melanggar akan
semakin jumlah istighfarnya banyak.” 21 Januari 2017 Pendapat yang diungkapkan oleh Bu Mu ini juga didukung dengan hasil
observasi pada tanggal 25 Januari 2017, saat istirahat kedua terlihat Li menegur Ham yang duduk di atas meja sambil berkata,
“Ham, tidak sopan.” Kemudian Ham turun dari meja. Ketika pelajaran berlangsung Ham berbuat kesalahan
kemudian oleh Bu Mu diminta untuk mengucapkan istighfar. Saat pelajaran Arz berkata kotor, kemudian Bu Mu memintanya untuk beristighfar. Ketika semua
siswa sudah pulang, tinggal Arz yang di dalam kelas dan diminta untuk duduk di dekat meja guru dengan kepala menunduk dan beristighfar merenungi
kesalahannya. Setelah beristighfar Arz berdiri dan menerima nasehat dari Bu Mu. Arz dinasehati supaya tidak lagi mengucapkan kata-kata kotor dan kasar serta
untuk memperbaiki sikapnya. Selesai dinasehati Arz diijinkan untuk pulang. Dari hasil observasi tersebut terlihat ketika ada siswa yang melakukan kesalahan
113 berulang kali, maka secara pribadi guru akan memberikan nasehat pada siswa
tersebut sepulang sekolah. Kemudian anak tersebut akan diminta untuk duduk di dekat meja guru dengan kepala menunduk dengan maksud supaya siswa dapat
merenungi kesalahannya dan setelah itu memintanya untuk beristighfar. Berdasarkan hasil observasi di atas, bahwa teguran dan nasehat untuk siswa
yang melakukan kesalahan tidak hanya dilakukan oleh guru saja. Akan tetapi oleh siswa sendiri, ketika melihat sikap dan perilaku temannya yang tidak sesuai
dengan ajaran agama, mereka dengan spontan akan menegurnya supaya sikap dan perilaku temannya tersebut kembali ke sikap dan perilaku yang benar. Hal ini
didukung dengan hasil observasi pada tanggal 23 Januari 2017, yaitu di saat jam istirahat di dalam kelas III A, Ni yang sedang asik bermain terjatuh karena
tersandung kaki Be. Melihat kejadian itu, Ky langsung menarik telingan Be dan memintanya untuk minta maaf pada Ni. Akhirnya Be minta maaf dengan Ni
sambil bersalaman. Hasil observasi ini juga didukung oleh hasil dokumentasi tata krama siswa pada point B kegiatan keagamaan pada nomor empat disebutkan
bahwa menegur atau mencegah teman yang melanggar norma aturan yang berlaku.
Adapun kegiatan spontan lain yang ada di kelas, ketika ada siswa yang tidak mengerjakan PR, tugas, atau pun ramai saat pelajaran mereka akan dengan
sendirinya menuliskan namanya di papan tulis. Hal ini bertujuan untuk melatih peserta didik menjadi anak yang jujur. Hal tersebut dibuktikan dari hasil observasi
pada tanggal 19 Januari 2017 yaitu saat pembelajaran PKn Li tidak mengerjakan PR, kemudian Li maju dan menuliskan namanya di papan tulis. Selesai menulis Li
114 kembali duduk, dan oleh Bu Mu diminta untuk beristrighfar dengan kepala
menunduk. Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
kegiatan spontan memberikan nasehat pada peserta didik yang melakukan kesalahan dilakukan guru dengan memberinya nasehat yang dilandasakan dengan
tuntunan agama supaya sikap dan perilaku siswa menjadi lebih baik, menegur secara langsung, meminta siswa untuk berbuat kebaikan dengan mengambil
sampah yang jumlahnya sudah ditentukan, tidak diperbolehkan mengikuti pelajaran, memberinya tugas tambahan, meminta anak mengucapkan istighfar,
serta membiasakan siswa untuk menegur temannya yang melakukan kesalahan.
d Memberikan Pujian ketika Peserta Didik Melakukan Kebaikan
Berdasarkan hasil observasi lampiran 5 hal 295 guru memberikan pujian secara spontan ketika ada siswa yang berbuat kebaikan seperti jujur jika tidak
mengerjakan PR, mengucapkan kata-kata yang baik, mematikan kipas dan lampu kelas jika tidak digunakan, berani saat diminta untuk berbicara di kelas,
menyelesaikan tugas diskusi dengan baik, serta ketika siswa melakukan tindakan yang baik seperti saat siswa memberikan kejutan ulang tahu pada wali kelasnya.
Hal ini ditemukan dari hasil observasi pada tanggal 18 Januari 2017, waktu itu siswa kelas III A memberikan kejutan ulang tahun pada Bu Mu selaku wali
kelas mereka. Bu Mu memuji semua siswa kelas III A yang telah berbuat kebaikan memberikan kejutan ulang tahun pada beliau. Akan tetapi karena Bu Mu
merasa khawatir dengan pemahaman siswa tentang perayaan ulang tahun, maka Bu Mu memberikan nasehat pada siswa. Sebelum Bu Mu memulai pelajaran
115 Bahasa Indonesia, Bu Mu memberikan saran kepada siswa dengan mengatakan,
“Anak-anak yang kalian lakukan tadi pagi itu baik atau buruk?”. Siswa menjawab dengan serempak, “Baik bu.” Bu Murti mengatakan “Nah ibu hanya
menyarankan, jika kalian besok bertemu dengan teman atau tetangga yang beragama islam sedang bertemu dengan tanggal lahirnya atau ulang tahunnya
ucapkanlah Barakallah. Karena jika hanya selamat ulang tahun saja itu tidak ada doanya. Tetapi kalau barakallah ada doanya artinya semoga Allah selalu
memberikan umur yang barokah. Sebenarnya ada terusannya yaitu barakallah fii umrik, tetapi buat anak-
anak barakallah saja cukup.” Semua siswa mendengarkan penjelasan dari Bu Mu tersebut dan menirukan ucapan barakallah. Bu Mu
kemudian meminta semua siswa untuk kembali bersalaman dengan Bu Mu sambil mengucapkan barakallah. Bu Mu, “Ayo dari Na bersalam dengan ibu sambil
mengatakan barakallah Bu Mu.” Satu per satu siswa bersalaman dengan Bu Mu dan mengucapkan barakllah Bu Mu.
Data hasil observasi tersebut didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan dengan Bu Mu, beliau mengatakan:
“Reward ya mbak, iya saya berikan. Biasanya pujian, untuk anak laki-laki nanti saya puji dengan menyebutnya sholeh. Kalau anak perempuan nanti
saya puji dengan menyebutnya sholih.” 13 Maret 2017 Selain dalam bentuk pujian, guru juga akan memberikan tepuk tangan
dengan mengajak siswa yang lainnya. Sehingga siswa dapat termotivasi untuk dapat terus melakukan kebaikan. Sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan
dengan Bu Pri, beliau mengatakan: “Reward, biasanya dalam bentuk kata-kata, misalnya bagus... sama saya
florin di kelas jadi biar dapat apresiasi dari teman-temannya yang lain.
116 Nanti siswa yang lain saya minta untuk memberi tepuk tangan, pujian iya
mbak. Kalau dalam hasil prestasi nanti saya kasih hadiah alat tulis.” 14 Maret 2017
Selain dalam bentuk pujian dan pemberian tepuk tangan guru juga akan memberikan hadiah bagi siswa yang berbuat kebaikan ataupun mendapat prestasi
yang baik. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pada kegiatan spontan
selain memperingatkan siswa yang melakukan kesalahan guru juga memberikan pujian pada peserta didik ketika melakukan kebaikan. Ketika guru melihat ada
siswa yang berbuat kebaikan guru memberikan reward berupa pujian, hadiah, dan pemberian tepuk tangan. Supaya siswa dapat termotivasi dan terus
mengembangkan perbuatan yang baik tersebut. 3
Pemberian Keteladanan
Pemberian keteladanan yang diberikan guru kepada siswa dilakukan agar sikap dan perilaku guru yang mencerminkan karakter religius dapat dicontoh oleh
siswa. Berikut ini disajikan tabel sikap dan perilaku siswa yang muncul hasil upaya yang guru lakukan melalui pemberian keteladanan.
Tabel 7. Upaya, Sikap, dan Perilaku Siswa melalui Pemberian Keteladanan
No. Upaya
Nilai yang dikembangkan
Sikap Siswa Perilaku Siswa
1. Guru mengikuti
kegiatan berdoa sebelum
dan sesudah
pelajaran. Ibadah
4 siswa mau mencontoh guru
ketika berdoa
dengan sikap
yang khusyuk.
Semua siswa berdoa dengan
sikap yang
khusyuk.
2. Guru
aktif mengikuti
kegiatan tadarus. Ibadah
4 siswa mau menconoth guru dengan mengikuti
membaca dan tadarus. Ada 3 orang siswa
yang tidak mengikuti tadarus.
3. Guru mengikuti
sholat dhuha dan zuhur berjamaah.
Ibadah 4 siswa mau ikut sholat. Semua
siswa mengikuti sholat dhuha
dan zuhur di mushola.
117 Berikut deskripsi hasil penelitian terkait pemberian keteladanan yang
diberikan guru berikan:
a Guru Berdoa Bersama Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Pelajaran
Dimulai
Keteladanan guru ikut berdoa sebelum pelajaran dapat dilihat berdasarkan hasil observasi lampiran 5. hal 295 pada tanggal 16 Januari 2017, terlihat ketika
jam pelajaran pertama yaitu Bahasa Inggris di kelas III A Ms. Na sudah masuk kelas. Kemudian Ms. Na duduk dan menundukkan kepala dengan tangan sedekap
di atas meja. Setelah pemimpin doa memberikan aba-aba untuk mulai berdoa, Ms. Na segera membaca doa didalam hati.
Data hasil observasi tersebut didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan oleh Bu End, beliau mengungkapakan bahwa ketika siswa berdoa
sebelum pelajaran guru pun ikut berdoa. Guru berdoa dengan tidak diucapkan, akan tetapi di dalam hati. Berikut hasil wawancara dengan Bu End:
“Ikut mbak jelas, sebelumnya saya berdoa sendiri. Paling tidak robbisholi shoderiwayasshirli wahlulmukdata millisani yafkhohukouli itu doa saya
sendiri. Terus nanti kita seketika bareng anak, apa yang dibaca anak kita
baca.” 14 Maret 2017 Guru akan berdoa terlebih dahulu, dan setelah selesai guru akan mengamati
cara berdoa siswa. Hal ini dilakukan guru karena terkadang masih terdapat siswa yang tidak khusyuk saat berdoa. Sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan
dengan Bu Mu, “Iya saya ikut berdoa. Tapi doa yang saya baca beda. Nantikan saya berdoa
sendiri, dan setelah selesai nanti saya terus mengawasi anak-anak. Soalnya, kadang masih ada yang berdoanya itu tidak khusyuk. Masih ada yang lirik-
lirik, terus nanti saya ingatkan dengan berkata tundukkan kepala, mata melihat ke meja, sambil ingat-
ingat Allah.” 13 Maret 2017
118 Guru juga memberikan keteladanan saat berdoa sesudah pelajaran, hal ini
didukung oleh hasil observasi pada tanggal 17 Januari 2017, terlihat setiap pergantian jam pelajaran Bu Mu mengucapakan hamdallah bersama siswa. Saat
akan pulang sekolah Bu Mu juga memberikan keteladanan dengan berdoa terlebih dahulu sebelum pulang.
Hasil observasi tersebut didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan dengan Bu End. Berikut ini hasil wawancara dengan Bu End,
“Kita kan paling tidak mengucapkan alhamdulliah itu to mbak. Sebelum mengucapkan salam kan mengucapkan alhamdulliah kita sudah selesai
pelajaran, kita telah diberi kelancaran.” 14 Maret 2017 Dengan demikian dapat diambil kesimpulan, guru memberikan keteladanan
dengan ikut berdoa sebelum pelajaran. Guru akan berdoa terlebih dahulu dan tidak disuarakan. Setelah guru selesai berdoa guru akan mengawasi sikap berdoa siswa.
Keteladanan yang guru berikan saat berdoa sesudah pelajaran yaitu dengan ikut berdoa bersama peserta didik sesudah pelajaran dengan membaca hamdallah
disetiap akhir pergantian jam pelajaran dan membaca doa agar ditunjukkan yang baik dan yang buruk serta doa kafaratul majelis ketika akan pulang sekolah.
a Guru Memberikan Contoh Sikap Berdoa yang Khusyuk
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 16 Januari 2017 sampai dengan tanggal 27 Januari 2017 lampiran 5 hal 295, ketika berdoa guru memberikan
keteladanan sikap berdoa yang khusyuk saat berdoa sebelum dan sesudah pelajaran dengan sikap duduk, tangan sedekap di atas meja, dan kepala
menunduk. Keteladanan dengan menunjukkan sikap berdoa yang khusyuk ini
119 ditunjukkan guru supaya siswa dapat mencontoh sikap berdoa yang baik pada
guru. Hasil observasi ini didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan oleh
guru dengan pertanyaan bagaimana sikap berdoa yang khusyuk yang bapakibu guru tunjukkan saat berdoa sehingga dapat menjadi teladan bagi siswa? Berikut
ini jawabannya, Pak Adt
: “Sikap khusyuknya kalau misal saya sedang berdiri, ya dengan tangan ngapurancang
ya sikap siap berdoa.” 13 Maret 2017 Bu End
: “Yang jelas sikap duduk kita gimana nggeh, terus pandangan ke depan seakan-akan kita itu berhadapan dengan Allah. Tangan kita
sedekap di atas meja.” 14 Maret 2017 Bu Pri
: “Ya saya doanya di dalam hati tidak saya ucapkan, dengan tenang, tangan sedekap pandangan ke meja.” 14 Maret 2017
Bu Mu :
“Dengan duduk, kepala menunduk, tangan kanan di atas tangan kiri, kemudian sedekap di atas meja.” 13 Maret 2017
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa Guru memberikan sikap berdoa yang khusyuk dengan duduk, tangan sedekap di atas meja, kepala
menunduk pandangan ke bawah atau ke depan.
b Guru Berperan Aktif dalam Kegiatan Hafalan Surat Pendek
Berdasarkan hasil wawancara kepada siswa lampiran 3. hal 273 ketika sedang berlangsung kegiatan tadarus di dalam kelas guru akan ikut serta untuk
tadarus. Guru memberikan keteladanan saat kegiatan tadarus setiap hari Jumat pagi. Hal tersebut dapat dilihat berdasakan hasil observasi pada tanggal 20 Januari
2017 dan 26 Januari 2017. Hasil observasi pada tanggal 20 Januari 2017 menunjukkan hasil ketika siswa melakukan tadarus Pak Yu ikut membaca surat-
surat pendek yang dibaca siswa. Pada tanggal 26 Januari 2017, saat kegiatan
120 tadarus Bu Mu ikut membaca surat beserta arti dari surat yang dibaca siswa.
Setelah selesai tadarus Bu Mu menjelaskan isi ayat ke lima surat Al-Fatihah. Hasil observasi tersebut didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan
pada guru dengan pertanyaan bagaimana peran aktif bapakibu guru dalam kegiatan tadarus dan hafalan surat pendek setiap hari Jumat?. Berikut ini hasil
wawancara dengan guru: Pak Adt
: “Yang tadarus hari Jumat itu kan? Iya saya ikut bersama anak- anak membaca surat-
surat pendek.” 13 Maret 2017 Bu Pri
: “Saya memandu mbak, nanti pertama kali yang anak-anak saya minta baca surat Al-Fatihah baru dilanjutkan dengan membaca
surat-surat yang lain. Biasanya saya minta anak-anak untuk
membaca dua buah surat.” 14 Maret 2017 Bu Mu
: “Ikut tadarus mbak. Saya juga selalu ingatkan selain baca
arabnya juga baca artinya. Walaupun baca arabnya dapat pahala, tapi kan kalau dengan artinya anak lebih tahu tidak kosong seperti
itu mbak. Pertama kali yang dibaca itu surat Al-Fatihah itu wajib dibaca diawal, terus nanti dilanjutkan dengan membaca surat-
su
rat lainnya.” 13 Maret 2017 Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat disimpulkan bahwa guru
berperan aktif dalam kegiatan tadarus dan hafalan surat pendek yang dilaksanakan setiap hari Jumat pagi. Saat kegiatan tadarus guru ikut membaca surat bersama
siswa dan ikut untuk memandu dan membimbing. Terkadang setelah siswa dan guru selesai tadarus, guru juga akan menjelaskan isi dari salah satu surat yang
dibaca siswa saat tadarus.
c Guru dan Karyawan Sekolah menjadi Contoh yang Baik dalam Kegiatan
Sholat Dhuha dan Zuhur Berjamaah
Berdasarkan hasil wawancara, guru memberikan keteladanan sikap yang baik dengan mengikuti pelaksanaan sholat dhuha dan zuhur berjamaah di mushola
sekolah. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Bu Pri
121 pada tanggal 10 Januari 2017 terkait bentuk keteladanan yang beliau berikan pada
siswa yaitu dengan mengikuti ibadah sholat dhuha berjamaah di mushola. Selain mengikuti sholat dhuha berjamaah keteladanan yang diberikan oleh
bapak ibu guru dan karyawan sekolah yaitu dengan ikut melaksanakan sholat zuhur berjamaah di mushola setiap hari dan saat sholat dengan sikap yang
khusyuk. Hal tersebut didukung oleh hasil observasi pada tanggal 16 Januari 2017 terlihat ketika waktu sholat dhuha Pak Sr sedang melaksanakan sholat dhuha di
mushola. Dan waktu tiba sholat zuhur Pak Yu menjadi imam dalam pelaksanaan sholat zuhur berjamaah yang diikuti oleh lima guru perempuan sebagai
makmumnya di mushola. Saat tiba giliran siswa melaksanakan sholat zuhur berjamaah, Pak Ru berperan sebagai imamnya. Selesai melaksanakan ibadah
sholat Pak Ru langsung membimbing anak-anak untuk membaca dzikir sebanyak tiga kali dilanjutkan dengan doa keselamatan dunia akhirat dan doa untuk ke dua
orang tua. Selain itu, berdasakan hasil observasi pada tanggal 19 Januari 2017 terlihat ketika pelaksanaan sholat dhuha Bu Mu, Bu Pri, Bu End, dan Pak Sr ikut
mendampingi pelaksanaan ibadah sholat dhuha siswa kelas III A dan III B. Selesai sholat dhuha terlihat Bu Mu merapikan mukena yang kurang tertata dengan rapi
dan ada beberapa mukena yang tidak ada pasangannya. Berdasarkan hasil wawancara, selain pemberian keteladanan dengan ikut
serta dalam melaksanakan ibadah sholat dhuha dan zuhur berjamaah guru juga memberikan keteladanan dengan mengucapkan salam saat bertemu dengan orang
lain, masuk kelas dengan kaki kanan sambil mengucapkan basmallah, dan makan
122 dengan tangan kanan. Berikut ini hasil wawancara dengan Bu Mu, yang
menyatakan bahwa: “Saya memberi contoh kalau ini ya memberi salam, terus meminta anak
memimpin berdoa, terus kalau saya masuk ya memberi salam kalau seingat saya ya masuk dengan kaki kanan ucap bismillah juga. Kemudian saya
berusaha kalau zuhur ikut sholat berjamaah di sini, kalau dhuha saya juga ikut mendampingi juga, makan minum saya juga. Ya seperti yang saya
ajarkan ke anak lah pokoknya. Kalau makan minum sih seinget saya, saya
juga selalu duduk dan dengan tangan kanan.” 21 Januari 2017 Selain yang telah disebutkan di atas pemberian keteladanan yang diberikan
guru adalah dengan mengenakan pakaian yang menutup aurat berikut ini hasil wawancara yang dilakukan Ibu End memberikan jawabnnya:
“Satu kita datang lebih awal ya mbak, biar anak tidak mencontoh juga jangan datang terlambat, terus pakaian kita pakaian yang menunjukkan
religius kita, kita orang islam paling tidak ya kita bisa menutup aurat biar ditiru anak, anak-anak kita bisa karena sesuai dengan tujuan kita tadi
sekolah negeri mau mengislamkan sekolah negeri.” 10 Januari 2017 Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian keteladanan
guru dan karyawan sekolah menjadi contoh yang baik dalam pelaksanaan sholat dhuha berjamaah dan zuhur berjamaah di mushola sekolah dilaksanakan dengan
baik. Saat sholat berjamaah di mushola salah satu guru laki-laki akan menjadi imam sholat dan membimbing siswa berdoa setelah selesai sholat. Selain itu,
pemberian keteladanan juga guru berikan dengan mengucapkan salam ketika bertemu dengan orang lain, masuk kelas dengan kaki kanan sambil ucap
basmallah, makan dengan tangan kanan, dan memakai pakaian yang menutup aurat.
123
4 Pengkondisian Lingkungan
Berdasarkan hasil penelitian pengkondisian lingkungan yang dilakukan sekolah dalam rangka mendukungan adanya internalisasi karakter religius melalui
program pengembangan diri diilakukan dengan dua bentuk yaitu bentuk pengkondisian lingkungan di luar kelas dan bentuk pengkondisian lingkungan di
dalam kelas. Pengkondisian lingkungan yang dilakukan guru memberikan dampak pada
sikap dan perilaku siswa yang muncul. Berikut ini disajikan tabel data terkait sikap dan perilaku siswa yang muncul hasil dari pengkondisian lingkungan yang
dilakukan guru dan sekolah.
Tabel 8. Upaya, Sikap, dan Perilaku Siswa melalui Pemberian Keteladanan
No. Upaya
Nilai yang dikembangkan
Sikap Siswa Perilaku Siswa
1. Menyediakan
tempat dan alat ibadah
yang layak.
Peduli Lingkungan
2 siswa mau menata dan merapikan mukena yang
berantakan di mushola. Tidak ada siswa yang
merapikan mukena.
2. Memajang tulisan
mengajak mematuhi
perintah agama. Berdoa
4 siswa mau berdoa setiap kali melakukan
sesuatu supaya tidak tertimpa musibah.
Siswa mengucapkan
basmallah setiap kali akan mulai pelajaran.
3. Memajang tulisan
tata cara
beribadah. Ibadah
4 siwa
mau mempraktikan tata cara
sholat yang benar sesuai dengan gambar yang
ada dalam pajangan. Ada 4 siswa yang
belum menunjukkan
sikap sholat
yang khusyuk.
4. Memberikan
pengumuman jika akan
memperingati hari
besar keagamaan.
Ibadah 4 siswa mau mengikuti
perayaan hari
besar keagamaan.
Semua siswa
baik muslim maupun non
mengikut kegiatan
syawalan di sekolah, menyembelih
hewan kurban saat idul adha
di sekolah.
124 Berikut ini bentuk pengkondisian di luar kelas berdasarkan hasil penelitian
dilakukan, yaitu:
a Menyediakan Tempat Ibadah yang Nyaman
Berdasarkan hasil observasi selama penelitian yang ada pada lampiran 5 hal 295. di SD Negeri Demakijo 1 terdapat satu ruang mushola dengan ukuran sekitar
5 m x 7 m yang setiap hari dalam kondisi yang bersih. Di dalam mushola terdapat tiga almari yang digunakan untuk meletakkan alat-alat ibadah seperti mukena,
sajadah, peci, Al-Quran, iqra, dan tasbih. Di dalam ruang mushola juga dilengkapi dengan dua kipas angin. Di dekat mushola disediakan dua buah tempat wudhu
yang berada di sebelah luar untuk siswa laki-laki dan tempat wudhu yang di sebelah dalam untuk siswa perempuan.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa SD Negeri Demakijo 1 telah menyediakan tempat ibadah yang nyaman yaitu satu ruang mushola yang
setiap hari dalam keadaan bersih. Selain itu, disediakan juga dua tempat wudhu untuk siswa putri yang berada di sebalah dalam dan untuk siswa laki-laki yang
berada di sebelah luar. b
Menyediakan Alat Ibadah yang Layak
Berdasarkan hasil observasi yang dapat dilihat pada lampiran 5 hal 295. di dalam mushola sekolah, disediakan alat ibadah seperti mukena, sarung, sajadah,
dan peci dengan keadaan bersih dan wangi. Selain itu juga terdapat tasbih, iqra, dan Al-quran. Alat-alat ibadah tersebut masih layak dan tertata rapi di dalam
almari.
125 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sekolah telah menyediakan alat
ibadah yang layak untuk digunakan siswa maupun guru saat melaksanakan ibadah di mushola.
c Memasang Tulisan Dinding yang Berisi Ajakan Mematuhi Perintah
Agama
Lingkungan kelas atau sekolah dikondisikan sedemikian rupa, sehingga dapat mendukung adanya internalisasi karakter religius pada siswa. Berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan kepada guru yang ada pada lampiran 2 hal 232 sekolah telah memajang tulisan-tulisan yang berisi ajakan mematuhi perintah
agama di dinding luar kelas. Namun menurut guru tulisan-tulisan tersebut kondisinya sudah banyak yang rusak.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 16 Januari 2017 dan 17 Januari 2017 bahwa tulisan ajakan mematuhi perintah agama tersebut dipajang di bagian
dalam mushola dan dinding luar kelas. Tulisan yang ada di dalam mushola meliputi: 1 “Sebesar Keinsafanmu Sebesar itu Pula Keburuntunganmu”, 2
“Agama itu adalah Nasehat”, dan 3 “Agama Islam itu Tinggi dan Tidak Ada yang Melebihi
”. Pajangan tulisan yang ada di dinidng luar kelas, yaitu: 1 “Awali Semua dengan Doa
”. 2 “Cintailah Saudaramu seperti Mencintai Diri Sendiri”, 3 “Tangan di atas Lebih Baik daripada Tangan di Bawah”, dan 4 “Sayangi
Saudaramu seperti Kamu Menyayangi Dirimu Sendiri.” Kondisi pajang tulisan
tersebut sebenarnya belum rusak, hanya saja tulisannya sudah tidak terlalu jelas akan tetapi masih dapat dibaca.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa sekolah telah memajang tulisan dinding yang berisi ajakan mematuhi perintah agama di dinding luar kelas
126 dan dinding dalam mushola. Adapun tulisan yang ada di dalam mushola, yaitu: 1
Sebesar Keinsafanmu Sebesar Itu Pula Keburuntunganmu, 2 Agama Itu Adalah Nasehat, dan 3 Agama Islam Itu Tinggi Dan Tidak Ada Yang Melebihi.
Sedangkan tulisan yang ada di dinding luar kelas, yaitu: 1 Awali Semua Dengan Doa, 2 Cintailah Saudaramu Seperti Mencintai Diri Sendiri, 3 Tangan Di Atas
Lebih Baik Daripada Tangan Di Bawah, dan 4 Sayangi Saudaramu Seperti Kamu
Menyayangi Dirimu Sendiri. d
Memajang Tulisan tentang Tata Cara Beribadah
Dari hasil observasi yang dapat dilihat pada lampiran 5 hal 295 sekolah telah memajang tulisan tentang tata cara beribadah yang digantung di dinding
dalam mushola. Tulisan tersebut meliputi: tulisan Asmaul Husna, Ilmu Tajwid,
Jenis Bacaan Mad, dan Doa Sholat Dhuha. e
Memajang Pengumuman jika akan Memperingati Hari-Hari Besar Keagamaan
Berdasarkan hasil observasi lampiran 5. hal 295 di lingkungan sekolah disediakan satu buah papan pengumuman yang terbuat dari white board di dekat
tempat parkir guru. Papan ini digunakan untuk menuliskan pengumuman- pengumuman termasuk jika akan memperingati hari besar keagamaan yang akan
diinformasikan kepada siswa dan wali murid. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Bu Pri, sekolah
memberikan pengumuman jika akan memperingati hari besar keagamaan. Berikut hasil wawancara dengan Bu Pri,
“Iya diumumkan mbak, biasanya lewat surat edaran, kemudian lisan nanti saya yang mengumumkan, terus itu nanti biar wali murid tahu ditulis
menggunakan papan pengumuman yang ada di depan itu.” 14 Maret 2017
127 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sekolah memberikan
pengumuan jika akan memperingati hari besar keagamaan melalui surat edaran, pengumuman lisan dari guru, serta menuliskan pengumuman di papan
pengumuman. Berdasarkan uraian di atas merupakan contoh pengkondisian lingkungan
yang di lakukan sekolah di luar kelas. Selain di luar kelas, bentuk pengkondisian lingkungan untuk mendukung internalisasi karakter religius juga dilakukan di
dalam kelas oleh guru. Dari hasil wawancara dengan Bu Pri terkait bentuk pengkondisian lingkungan di dalam kelas yaitu dengan memberikan keteladanan
sikap serta di ruang kelasnya di bagian pojok depan kelas terdapat pojok perpus yang diisi dengan buku-buku agama. Berikut hasil wawancara dengan beliau,
“Kelasnya itu, sementara ini belum ada dukungan tersendiri. Hanya mungkin keteladanan sikap saja mbak. Jadi berkata-kata yang halus atau
yang tidak kasar. Apalagi yang sampai jorok atau saru katakanlah orang Jawa itu engga pernah, jadi setiap kali saya dengar itu pasti saya tegur
anaknya. Paling cuman di situ aja. Jadi mengarahnya engga terlalu religius sih, tapi lebih kekepribadian. Selama ini di dalam kelas belum ada
tempelan-tempelan tentang keagamaaan. Cuman ada buku-buku agama saja, itu kan di sana ada pojok buku nah itu pojok perpus istilahnya. Saya isi
cerita-cerita ada juz amma di situ ada cerita tentang binatang, ada cerita bermacam-macam. Ada salah satunya tentang agama ketelad
anan sikap.” 10 Januari 2017
Berbeda dengan yang di sampaikan oleh Bu Pri, Bu Mu juga memberikan
pendapat tekait bentuk pengkondisian lingkungan yaitu dengan cara membiasakan siswa untuk mengingatkan temannya jika melakukan kesalahan. Berikut ini
pendapat yang disampaikan Bu Mu. “Bentuk pengkondisian lingkungan kelas yang dilakukan yaitu
membiasakan siswa mengingatkan temannya yang melakukan kesalahan, memberikan keteldanan sikap yang baik. Sedangkan bentuk pengkondisian
128 lingkungan sekolah yang dilakukan yaitu dengan memajang tulisan tentang
ajakan mematuhi perintah agama.” 21 Januari 2017 Dengan demikian dapat diambil kesimpulan berdasakan hasil wawancara,
observasi, dan dokumentasi bentuk pengkondisian lingkungan yang ada dibagi menjadi dua yaitu bentuk pengkondisian di dalam kelas dan di luar kelas. Adapun
bentuk pengkondisian lingkungan di dalam kelas yaitu guru memberikan keteladanan sikap dan perilaku yang baik sehingga semua siswa di kelas dapat
terkondisikan untuk mencontoh sikap dan perilaku guru. Selain itu, bentuk pengkondisian lingkungan di dalam kelas dengan cara membiasakan siswa untuk
mengingatkan temannya jika melakukan kesalahan dan menyediakan pojok perpustakaan di dalam kelas yang diisi dengan buku-buku keagamaan.
Sedangkan bentuk pengkondisian lingkungan di luar kelas yaitu dengan menyediakan tempat ibadah yang nyaman yaitu mushola yang setiap hari dalam
keadaan bersih, menyediakan alat ibadah yang layak, memasang tulisan dinding yang berisi ajakan mematuhi perintah agama, memajang tulisan tentang tata cara
beribadah, serta menyediakan satu buah papan pengumuman untuk menuliskan informasi kepada siswa atau wali murid termasuk jika akan memperingati hari
besar keagamaan.
c. Hambatan dalam Upaya Internalisasi melalui Strategi Pengembangan