208 2013: 85-100. Tahap moral knowing sesuai dengan tahap ngerti dan tahap
moral action sesuai dengan tahap nglakoni yang diungkapkan K.H. Dewantara Dwi Siswoyo: 2012: 124. Pada tahap moral knowing anak mengetahui sikap
dan perilaku yang baik sesuai dengan agama dari nasehat yang guru berikan. Tahap moral action ditunjukkan melalui kegiatan mengucapkan salam setiap
selesai pelajaran. Unsur yang kedua melatih ibadat ditunjukkan dengan kegiatan
membiasakan siswa berdoa sesudah pelajaran. Unsur yang ketiga yaitu memahamkan pengetahuan agama ditunjukkan dengan kegiatan guru memberikan
nasehat pada siswa. Tahap moral knowing ini siswa baru mengetahui perbuatan yang harus mereka lakukan, yang didapatkan dari nasehat guru. Tahap moral
action ditunjukkan dengan siswa berdoa sebeleum pulang sekolah dengan khusyuk, mengucakan salam ketika berpamitan dengan guru sambil bersalaman.
g. Hambatan Internalisasi Karakter Religius melalui Penginetgrasian dalam
Mata Pelajaran
Berdasarkan hasil penelitian faktor yang menjadi penghambat dalam internalisasi karkater religius melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran yaitu
kurangnya waktu untuk mengadakan kegiatan keagamaan di sekolah, dorongan dan dukungan orang tua yang rendah, adanya perbedaan agama dalam satu kelas
menuntut guru untuk berhati-hati dalam menyampaikan materi pelajaran, dan terlihat dalam mata pelajaran matematika, Bahasa Jawa, dan penjaskes karakter
religius belum terintegrasikan dalam mata pelajaran tersebut. Faktor penghambat yang pertama adalah kurangnya waktu untuk
melaksanakan kegiatan keagamaan di skeolah karena sekolah berstatuskan
209 sekolah negeri. Pada sekolah negeri intensiitas kegiatan keagamaan tidak
sebanyak yang ada di sekolah SD IT atau Muhammadiyah. Akan tetapi dalam pelaksanaanya
guru dapat
menyisipkan kegiatan
keagamaan dengan
mengefektifkan alokasi waktu yang tersedia dalam rangka menerapkan penanaman nilai-nila budaya dengan menggunkan metode pembelajaran aktif
Kemendiknas, 2011: 16. Faktor penghambat yang kedua yaitu dukungan orang tua yang rendah.
Dukungan orang tua ini memang sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan internalisasi karakter religius pada siswa. Oleh karena itu teladan orang tua
menjadi bagian yang sangat penting. Hal ini didukung oleh pendapat yang diungkapkan Agus Wibowo 2012: 120-121 bahwa keteladanan orang tua adalah
faktor utama keberhasilan pendidikan karakter di dalam keluarga. “Air cucuran a
tap, jatuhnya kepelimbahan juga” demikian kata peribahasa yang erat kaitannya dengan tauladan orang tua atas anak. Agus Wibowo menambahkan bahwa banyak
penelitian psikologi yang mengungkapkan bahwa sebagian besar yang anak-anak pelajari tidak berasal dari apa yang orang tua katakan ketika mengajar anaknya,
namun sebagaian besar anak-anak belajar dari teladan orang tuanya. Faktor penghambat yang ketiga yaitu adanya perbedaan agama dalam satu
kelas menuntut guru untuk berhati-hati dalam menyampaikan materi pelajaran. Di SD Negeri Demakijo 1 tidak semua kelas diisi oleh siswa yang beragama islam
sehingga dalam penyampaian materi pelajaran yang dikaitkan dengan karakter religius membutuhkan kehatian-hatian dari guru.
210 Faktor penghambat yang keempat yaitu karakter relligius belum banyak
diinternalisasiakan pada mata pelajaran matematika, Bahasa Jawa, dan penjaskes. Hal ini karena guru merasa kesulitan untuk mengntegrasikan materi pelajaran
tersebut dengan karakter religius. Sehingga karakter religius lebih dominan diintegrasikan pada mata pelajaran IPA, PKn, IPS, dan Pendidikan Agama.
h. Internalisasi Karakter Religius melalui Budaya Sekolah