20 pekerjaan yang praktis; b Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar;
c Menjelang akhir masa ini ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus; d Sampai kira-kira umur 11 tahun anak
membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya. Selain itu anak-anak pada masa ini senang membentuk kelompok sebaya untuk melakukan
bermain bersama. Di dalam permainan siswa biasa membuat aturan- aturan sendiri dalam kelompoknya.
b. Dimensi perkembangan moral dan sosial emosional
1 Teori psikoanalisa dan psikososial
Teori psikoanalisa freud dianggap cukup monumental dalam memberikan pemahaman dasar terhdap gejala perilaku
umum manusia. Teori tersebut kemudian di lengkapi oleh teori psikososial dimana oleh Erikson teori Freud tersebut dijadikan
pijakan bagi teori yang disusun oleh Errikson itu. Menurut dua teori ini, Ichas Hamid dan Tuti istianti, 2006
33-34 anak usia sekolah dasar menempati periode usia 6-12. tahun. Pada teori Freud, anak usia sekolah dasar termasuk pada
periode latency yaitu anak memahami dorongan seksual, mulai menaruh perhatian pada pendidikan, dan prihtain terhadap orang
lain. Sedangkan menurut Errikson, anak usia sekolah dasar msauk pada periode masa sekolah dimana mereka memahami tugas,
mengembangkan kerajinan, mengetahui resiko, perasaan diri
21 kurang dari kenyataan, dan dibayangi kegagalan dalam
mengerjakan tugas.
2 Teori perkembangan moral kognitifpenalaran moral
Penulisan teori perkembangan moral telah dilakukan oleh Piaget dan dikembangkan oleh Kohlberg Ichas Hamid dan Tuti
istianti, 2006 : 35. Menurut Piaget, usia anak sekolah dasar terbagi menjadi dua kelompok yaitu 1 rentang usia 7-10 tahun dimana
bersifat recognize, agreement, dan cognitive matturity. 2 rentang usia 11-12 tahun yang berdifat abstract reasson.
Setelah Piaget, Kohlberg mengembangkan teori dari Piaget. Dalam toerinya, Kohlberg mengembangkannya menjadi beberapa
perumusan pra
konvensional, konvensional
dan pasca
konvensional. Pada usia sekolah dasar, menurut Kohlberg terletak pada masa konvensional.
3 Perkembangan moral menurut teori belajar sosial
Pandangan ini dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Skiner, Watson, dan Badura Ichas Hamid dan Tuti istianti, 2006 :
36. Anggapan dasar pada teori ini adalah dimana moral perbuatan dapat dilakukan dengan proses imitasi atau peniruan.
Berdasarkan karakteristik siswa kelas 5 sekolah dasar, siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret dimana siswa
cenderung belajar dengan benda-benda nyata amat ingin tahu dan ingin belajar, meniru yang dilihat dari sekelilinnya, serta
22 membentuk kelompok bermain. Maka dari itu, perlu diterapkan
suatu model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa tersebut. Salah satu model pembelajaran yang sesuai adalah dengan
menerapkan model cooperative learning tipe STAD. Model cooperative learning tipe STAD akan meningkatkan aktivitas siswa
dalam hal berkelompok, belajar bersama, bekerja sama dengan teman kelompok, dan berkompetesi dengan kelompok lain.
Cooperative learning tipe STAD akan menantang siswa untuk berkompetisi antarkelompok dan mempererat kerjasama dalam
kelompok. Cooperative learning tipe STAD juga sesuai dengan karakteristik siswa yang suka berkompetisi antarindividu maupun
antarkelompok.
4. Kajian tentang Cooperative Learning tipe STAD
a. Pengertian Cooperative learning
Cooperative learning atau sering disebut dengan pembelajaran kooperatif. Cooperative learning ini sering dipakai dalam berbagai
macam pembelajaran. Cooperative leearning merujuk pada berbagai macam tipe pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran Robert E. Slavin , 2005 : 6. Banyak
ahli yang mendefinisikan tentang cooperative learning seperti Roger, Parker, Davidson, Johnson dan Johnson, Artz dan Newman, serta
masih banyak lagi lainnya.