Kegiatan Pembelajaran 5
78
memberikan abolisi atau penghapusan suatu peristiwa pidana. Dalam memberikan amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan
DPR Pasal 14 ayat 2; serta, memberikan rehabilitasi atau pemulihan nama baik seseorang dengan
memperhatikan pertimbangan MA Pasal 14 ayat 1. Presiden juga dapat memberikan gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan
yang diatur dengan undang-undang Pasal 15. Selain itu presiden juga berwenang membentuk dewan pertimbangan dengan tugas memberikan nasehat
dan pertimbangan kepada presiden, yang selanjutnya diatur dengan undang- undang Pasal 16.
5. Penerapan kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan BPK
BPK memiliki posisi strategis dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang secara eksplisit diatur dalam bab VIII UUDNRI 1945 yang terdiri dari 3 pasal dan tujuh
ayat. Pasal 23E mengatur tentang kewenangan BPK memeriksa pengelolaan dan tanggung tentang keuangan negara ayat 1 yang hasilnya diserahkan kepada
DPR, DPD, dan DPRD sesuai kewenangannya ayat 2 dan ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilanatau badan lain sesuai undang-undang ayat 3.
Penambahan kata pengelolaan pada ayat 1 dimaksudkan untuk menegaskan bahwa BPK memeriksa pengelolaan keuangan negara dan bertanggung jawab
terhadap keuangan negara. Menurut UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 hasil pemeriksaan BPK,
selain disampaikan kepada DPR juga disampaikan kepada DPD dan DPRD. Disampaikan ke DPD dikarenakan DPD juga melakukan pengawasan atas APBN.
Disampaikan ke DPRD karena BPK juga memeriksa pengelolaan keuangan daerah dalam APBD. Hasil Pemeriksaan itu selanjutnya dipelajari oleh DPR, DPD,
serta DPRD. Jika ditemukan adanya penyimpangan, DPR, DPD, atau DPRD dapat menindaklanjutnya dalam bentuk penggunaan hak-hak dewan atau disampaikan
untuk ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum. Jika BPK menemukan adanya tindak pidana, dapat diserahkan langsung kepada instansi penegak hukum.
BPK berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi. Latar belakang munculnya pasal ini adalah adanya kehendak para perumus UUD
PPKn SMP KK I
79
1945 untuk menjadikan BPK sebagai satu-satunya lembaga negara yang melakukan pengawasan eksternal atas pengelolaan tanggung jawab keuangan
negara karena selama ini terjadi tumpang tindih kewenangan pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK dengan Badan Pemeriksa Keuangan Pembangunan BPKP
yang merupakan lembaga pemerintah dan Inspektorat Jenderal setiap departemen, yang merupakan instansi pengawasan internal departemen yang
bersangkutan. Karena itulah diamanatkan oleh UUD, bahwa BPK mendirikan perwakilan-perwakilan di setiap provinsi untuk memperluas jangkauan
pemeriksaan BPK dan menggantikan peran BPKP selama ini, dan BPKP diintegrasikan ke dalam BPK.
6. Penerapan kewenangan Mahkamah Agung MA
MA adalah salah satu lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman yaitu kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum
dan keadilan pasal 24 ayat 1. Kewenangan MA adalah 1 mengadili perkara pada tingkat kasasi, yaitu pembatalan atau pernyataan tidak sah terhadap putusan
hakim karena tidak sesuai dengan UU; 2 menguji peraturan perundang- undangan di bawah UU; serta 3 memberikan pertimbangan kepada presiden, jika
presiden akan memberikan grasi dan rehabilitasi. Mengingat tugas, sebagai pengawal dan penjaga keadilan, Hakim Agung harus memiliki integritas dan
kepribadian tidak tercela, adil, profesional, dan berpengalaman di bidang hukum. Dengan demikian NKRI memiliki empat lingkungan peradilan yaitu lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, dan lingkungan peradilan tata usaha negara. Walaupun pengadilan yang ada dalam
empat lingkungan peradilan itu berada di bawah Mahkamah Agung bukan berarti MA dapat mempengaruhi putusan badan peradilan di bawahnya. Kedudukan
badan-badan peradilan di bawah Mahkamah Agung itu adalah independen. Mahkamah Agung hanya dapat membatalkan atau memperbaiki putusan badan
peradilan di bawahnya dalam tingkat kasasi. Sedangkan badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam undang-undang
Pasal 24 ayat 3. Badan-badan lain yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah misalnya kejaksaan, kepolisian, advokatpengacara dll.