Kegiatan Pembelajaran 5
80
7. Penerapan kewenangan Mahkamah Konstitusi MK
Pembentukan Mahkamah Konstitusi dimaksudkan untuk menjaga kemurnian konstitusi the guardian of the constitution. Inilah salah satu ciri dari sistem
penyelenggaraan kekuasaan negara yang berdasarkan konstitusi. Setiap tindakan lembaga-lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara harus dilandasi
dan berdasarkan konstitusi. Tindakan yang bertentangan dengan konstitusi dapat diuji dan diluruskan oleh Mahkamah konstitusi melalui proses peradilan yang
diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Konstitusi diberikan wewenang oleh UUD Negara Republik Indonesia
1945 Pasal 24 C untuk mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: menguji undang-undang terhadap UUD; memutus
sengketa kewenangan antar lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD; memutus pembubaran partai politik; memutus sengketa hasil pemilu; serta
memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden danatau Wakil Presiden menurut UUD.
8. Penerapan kewenangan Komisi Yudisial KY
Keberadaan Komisi Yudisial sebagai salah satu lembaga yang memiliki kekuasaan kehakiman secara spesifik diatur dalam Pasal 24A ayat 3, Pasal 24B ayat 1,
ayat 2, ayat 3, dan ayat 4. Pembentukan Komisi Yudisial oleh UUDNRI 1945 dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa kekuasan kehakiman yang merdeka tidak
bisa dibiarkan menjadi sangat bebas tanpa dapat dikontrol dan diawasi, walaupun pengawasan itu sendiri dalam batas-batas tertentu.
Lebih lanjut pengaturan tentang Komisi Yudisial diatur dalam Undang-Undang No.22 tahun 2004 tentang Komisi Yudisial yang selanjutnya diubah dengan
Undang-Undang No.18 tahu 2011 tentang Komisi Yudisial. Pasal 13 UU No.18 tahun 2011 menyatakan bahwa kewenangan dari Komisi Yudisial adalah: a
mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah agung kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan, b menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran, martabat, serta perilaku hakim, c bersama dengan MA menetapkan kode etik danatau pedoman perilaku hakim, dan d menjaga dan
menegakkan pelaksanaan kode etik danatau Pedoman Perilaku Hakim.
PPKn SMP KK I
81
Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku Hakim, Komisi Yudisial mempunyai tugas: a melakukan pemanataun
dan pengawasan terhadap perilaku hakim, b menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan pelanggaran kode etik danatau Pedoman Perilaku Hakim, c
melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan dugaan pelanggaran kode etik, d memutusakan benar tidaknya laporan, dan e
mengambil langkah hukum terhadap individu, kelompok, atau badan hukum yang merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim.
Salah satu kewenangan dari KY adalah menyeleksi calon hakim agung. Proses seleksi dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu: a seleksi kualitas, b kepribadian
dan kesehatan, dan c wawancara. Seleksi kualitas dilakukan dengan menggunakan beberapa instrumen, yaitu membuat karya tulis, penyelesaian
kasus hukum dalam bentuk putusan kasasi atau yudisial review, penyelesaian kasus kode etik, karya profesi berupa putusan tingkat pertama atau banding bagi
calon dari hakim karir, tuntutan jaksa bagi calon dari jaksa, dan karya publikasi lainnya. Seleksi kepribadian meliputi seleksi kesehatan dan seleksi kepribadian.
Seleksi kepribadian terdiri dari profile assesment yang dilakukan oleh konsultan kepribadian dan rekam jejak yang terdiri dari tahap pengumpulan data dari
masyarakat, self assesment, dan investigasi dan tahap konfirmasi data.
Aktivitas Pembelajaran
Pada bagian ini akan diuraikan aktivitas pembelajaran untuk moda tatap muka, yaitu tatap muka penuh dan In-On-In.
1. Tatap Muka Penuh
Aktivitas pembelajaran untuk tatap muka penuh dilaksanakan sebagaimana dijabarkan dalam tabel 5.1.