Pengukuran Asupan Gizi Asupan Gizi

Karbohidrat kompleks merupakan zat gizi yang terikat dengan zat gizi lain yaitu protein, lemak, vitamin dan mineral serta serat. Karbohidrat kompleks ini akan lebih lama diserap dan dicerna sehingga didalam tubuh akan bertahan lebih lama, pemecahannya berupa glukosa Fatmah, 2011. Proses pemecahan karbohidrat dimulai di dalam mulut. Saat makanan dicernadikunyah didalam rongga mulut, kelenjar saliva khususnya kelenjar parotis mensekresi enzim ptialin yang bertugas untuk menghidrolisis pati menjadi disakarida maltosa dan isomaltosa. Makanan yang tertinggal didalam mulut dalam waktu singkat sekitar 3-5 dari semua pati yang dimakan dihidrolisis menjadi maltosa dan isomaltosa pada waktu makanan tersebut menuju tahap pencernaan selanjutnya. Kerja ptialin berlangsung selama 15-30 menit setelah makanan masuk ke dalam lambung dan dicampur dengan sekret lambung. Kemudian aktivitas ptialin dihambat oleh asam dari sekret lambung. Ptialin pada hakekatnya tidak aktif sebagai enzim bila pH 4,0. Sebelum makanan bercampur sempurna dengan sekret lambung, kurang lebih sebanyak 30-40 pati telah diubah menjadi maltosa dan isomaltosa. Asam getah lambung dapat menghidrolisis pati dan disakarida Guyton, 1997. Hasil akhir pencernaan karbohidrat yang diabsorpsi ke dalam darah berupa monosakarida. Kadar glukosa darah akan naik dalam jangka waktu ± 30 menit setelah makan dan secara perlahan kembali ke kadar gula normal 70-100 mg100 ml dalam waktu 90-180 menitElizabeth J.Corwin, 2009. Kadar gula darah maksimal dan kecepatan untuk kembali pada kadar normal bergantung pada jenis makanan. Indeks glikemik IG dengan rentang nilai 0-100 dapat mengukur efek asupan makanan pada kadar glukosa darah. Makin rendah IG dalam makanan, maka kenaikan glukosa darah semakin kecil sehingga lambat menghasilkan energi. Sebaliknya, makin tinggi nilai IG, makin cepat melepaskan energi yang ditandai dari meningkatnya kadar gula darah Fatmah, 2011. Hal ini tentu akan mempengaruhi tubuh saat beraktivitas. Pada saat melakukan aktivitas, karbohidrat menjadi sumber energi utama dalam proses pembakar glukosa menjadi tenaga. Tubuh mensuplai glukosa yang berasal dari hati dalam bentuk glikogen kedalam otot BoyledanLong, 2010. Jika energi yang terbentuk hanya digunakan sebagian untuk melakukan aktivitas fisik, maka kelebihannya disimpan dalam bentuk glikogen di hati 70g, otot 20g dan jaringan lemak cadangan. Semakin lama durasi, intensitas dan frekuensi aktivitas atau olahraga, semakin besar tubuh membutuhkan suplai glukosa.Seseorang yang melakukan aktivitas fisik antara 2-4 jam pada tingkat ringan sampai berat setelahnya dapat menurunkan cadangan karbohidrat serta glikogen dalam tubuh Fatmah, 2011. Sehingga, kegiatan seperti berlari akan lebih cepat menguras cadangan glikogen dibandingkan dengan jogging atau jalan cepat yang menuntut tubuh menggunakan glikogen secara konservatif. Ketika seseorang mulai berolahraga, tubuh menggunakan sekitar seperlima dari total cadangan glukosa dalam 20menit pertama. Jika aktivitas berlanjut dan melebihi 20menit, maka penggunaan glikogen melambat. Hal tersebut bertujuan untuk menghemat pasokan glikogen yang tersisa. Sehingga, tubuh mulai lebih mengandalkan cadangan lemak untuk bahan bakar BoyledanLong, 2010. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sugiarsi 2012 menyatakan bahwa terdapat 28,3 ibu PKK yang tidak bugar akibat asupan karbohidrat yang tidak cukup. Hal ini dapat terjadi karena karbohidrat berfungsi pada proses metabolik dari anabolisme dan katabolisme menjaga persediaan karbohidrat tubuh, memastikan persediaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dan fungsi senyawa penting lainnyaSugiarsi, 2012. Fungsi lain dari karbohidrat diantaranya sebagai penghemat protein selama proses produksi energi, membantu dalam pembakaran lemak, sumber energi, membantu fungsi usus, membantu serta proses absorpsi kalsium Wilkins, 2007. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 64 karyawan Indocement di Bogor diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupankarbohidrat dengan kebugaran p 0,05. Hasil yang tidak signifikan kemungkinan karena terdapatnya faktor lain yang lebih mempengaruhi nilai VO 2 maks subjek seperti faktor genetika serta konsumsi pangan pada masa lampau yang tidak diukur dalam penelitian Kharisma TamimidanRimbawan, 2015. 2 Protein Protein merupakan cadangan energi bagi tubuh apabila karbohidrat yang dikonsumsi tidak mencukupi untuk menghasilkan energi pada saat melakukan latihan intensif Fatmah, 2011. Protein tersusun atas komponen - komponen kompleks, besar, setiap sel kehidupan.Pencernaan protein dimulai di organ lambung. Sebagian protein yang ada di lambung dicerna menjadi peptida oleh enzim pepsin. Pepsin biasanya mengawali proses pencernaan, memecahkan protein menjadi protease, pepton dan polipeptida besar. Pemecahan protein ini merupakan suatu proses hidrolisis yang terjadi pada ikatan peptida antara asam-asam amino. Saat protein meninggalkan lambung, protein biasanya dalam bentuk proteosa, pepton, polipeptida besar, dan sekitar 15 asam amino. Setelah masuk ke usus halus, hasil pemecahan parsial dibantu oleh enzim tripsin, kimotripsin, dan karboksipeptidase pankreas untuk melakukan hidrolisis terhadap hasil pemecahan parsial protein menjadi asam amino. Asam amino mengikuti aliran yang sama dengan yang ditempuh monosakarida. Dalam waktu yang bersamaan, dipeptida dan tripeptida dibawa oleh sel epitel melalui transport aktif. Dipeptida dan tripeptida dihidrolisis menjadi asam amino di dalam sel dan melewati kapiler yang ada di dalam villi. Dari kapiler, asam amino diangkut ke dalam darah menuju ke hati melalui sistem peredaran darah portamenuju ototElizabeth J.Corwin, 2009. Otot sebagian besar dibentuk oleh protein, sehingga wajar apabila seorang atlet membutuhkan protein lebih banyak dari kebutuhan biasanya. Kebutuhan protein untuk ketahanan dalam melakukan latihan intensif adalah 5-15 dari total energi. Protein banyak dibutuhkan pada awal program latihan Fatmah, 2011, BoyledanLong, 2010. Kenaikan awal massa otot, jumlah sel darah merah untuk membawa oksigen dan jumlah enzim aerobik pada otot untuk menggunakan bahan bakar secara efisien dapat meningkatkan kebutuhan protein seorang atlet. Selain itu, perubahan hormonal selama latihan sementara dapat memperlambat jumlah protein otot dan dapat mendorong otot untuk memecah cadangan proteinnya. Jumlah protein yang digunakan seorang atlet sebagai bahan bakar tergantung pada intensitas latihan dan durasi, tingkat kebugaran atlet dan simpanan glikogen dalam otot atlet. Ketika simpanan glikogen terisi dengan baik, protein hanya menyumbang 5 dari kebutuhan bahan bakar untuk energi BoyledanLong, 2010. Pemecahan protein otot mendominasi selama latihan berat dan pertumbuhan otot meningkat setelah latihan. Pelatihan yang konsisten akan meningkatkan penumpukan protein otot setelah latihan. Untuk mengatasinya, otot menggunakan cadangan asam amino untuk memperbaiki dan membangun serta membersihkan penumpukan protein otot tersebut. The American Dietetic Association merekomendasikan bahwa protein untuk dewasa adalah 0,8gkghari, sedangkan untuk ketahanan seorang atlet konsumsi protein yang direkomendasikan sebesar 1,2 -1,6 gkghari. Sementara atlet dengan latihan yang sangat berat, maka asupan protein yang disarankan sebesar 1,6–1,7gkghariBoyledanLong, 2010.Namun, dianjurkan konsumsi protein tidak melebihi 2kgkgBBhari karena kelebihan protein akan menyebabkan specific dynamic action SDA yang tinggi dan akan merugikan metabolisme serta memperberat kerja ginjal apabila kelebihan protein tersebut terjadi dalam waktu yang lama Fatmah, 2011. Perlu diketahui, bahwa otot tidak menanggapi kelebihan protein dengan hanya menerimanya. Sebaliknya, mereka menanggapi hormon yang mengatur mereka dan tuntutan membebankan mereka Williams, 2002. Dengan demikian, cara untuk membuat sel-sel otot tumbuh adalah untuk membuat otot bekerja. Mereka akan merespon dengan mengambil nutrisi termasuk asam sehingga otot tersebut dapat tumbuh.Hal tersebut dibuktikan dengan sebuah penelitian yang menyatakan bahwa terdapat 3.3 ibu PKK yang tidak bugar akibat asupan protein yang tidak cukup Sugiarsi, 2012. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 80 anak dan remaja di Georgia, AS diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein dan kebugaran daya tahan kardiovaskuler dengan pola hubungan negatif, yakni semakin tinggi asupan protein maka kebugaran responden tersebut akan semakin rendah Bernard Gutin dkk., 2002. Penelitian lain yang juga mendukung hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat 3,3 ibu PKK yang tidak bugar akibat asupan protein yang tidak cukup Sugiarsi, 2012. Uji Mann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecukupan protein dengan kebugaran pada pekerja Indocement di Bogor p0,05 Kharisma TamimidanRimbawan, 2015. Penelitian yang juga sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Anam dkk 2010 yang menunjukkan bahwa asupan protein tidak mempengaruhi daya tahan jantung dan paru dengan nilai p= 0,461. Penelitian lain juga mendapatkan hasil yang sama, yakni konsumsi protein tidak berhubungan dengan kesegaran kardiorespirasi atlet sepakbola PERSIBA Bantul p- value = 0,378 Fery Lusviana Widiany dkk., 2014. 3 Lemak Lemak merupakan penghasil energi terbesar yaitu dua kali lebih besar dibanding energi yang dihasilkan oleh karbohidrat maupun protein. Lemak akan berperan sebagai sumber energi untuk cabang olahraga dengan intensitas latihan sedang dalam waktu yang lama. Didalam pemecahannya, lemak menghasilkan 9kkal dan nilai anjuran konsumsi lemak dalam sehari sebesar 20-25 dari total kebutuhan energi. Jumlah tersebut sudah memenuhi kebutuhan asam lemak esensial dan membantu penyerapan vitamin larut lemak. Sekitar 3-7 berasal dari lemak tidak jenuh dan10 diantaranya berasal dari lemak jenuh serta kolesterol Fatmah, 2011. Konsumsi kolesterol dibatasi yaitu tidak lebih dari 300mg per hari. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah penumpukan kolesterol di beberapa organ tubuh yang tentunya akan membahayakan kesehatan Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010. Seseorang dapat menyimpan 25-30pon lemak tubuh tetapi pada karbohidrat hanya tersimpan sekitar 1 pon. Bila mengonsumsi lemak kurang dari kebutuhan kalori total tidak akan memberi keuntungan pada kinerja dan kebugaran fisik. Demikian pula dengan mengonsumsi lemak lebih dari 35 dari kebutuhan kalori total maka akan berbahaya untuk kesehatan. HDL High Density Lipoprotein dan LDL Low Density Lipoprotein adalah jenis lemak yang berkombinasi dengan protein yang disebut lipoprotein. Apabila mengandung banyak sedikit lemak dan banyak protein disebut HDL dan bila banyak mengandung lemak dan kurang protein disebut LDL Murray, 2009. Olahraga aerobik secara teratur dapat meningkatkan kadar HDL. Kolesterol dibutuhkan olah tubuh untuk membangun membran sel, sintesis vitamin D, hormon adrenal, estrogen dan hormon lain serta membangun garam empedu Murray, 2009. Penggunaan glikogen dan lemak tubuh sebagai sumber energi selama beraktivitas seperti alur berikut : 1 Hati dapat mengkonversi keterbatasan cadangan glikogen dalam membantu memenuhi kebutuhan energi untuk otot, 2 Tubuh juga dapat membantu memenuhi kebutuhan energi dari kerja otot dengan trigliserida menjadi asam lemak, 3 Sistem peredaran darah membawa bahan bakar glukosa dan asam lemak ke otot, 4 Otot dapat mengkonversi cadangan glikogen menjadi glukosa untuk digunakan sebagai energi. Selain itu, Trigliserida otot juga bisa dikonversi menjadi asam lemak dan digunakan untuk energi, 5 Otot-otot yang bekerja dapat mengambil glukosa dan asam lemak yang beredar di tubuh dari dalam darah dan metabolisme mereka sebagai energi. Otot dilatih untuk mampu menggunakan lemak sebagai sumber energi, sehingga ketika latihan dapat menggunakan lebih lemak untuk energi daripada glukosa BoyledanLong, 2010. Hal tersebut dapat menghemat pasokan glikogen untuk jangka waktu yang lama. Lemak tidak banyak digunakan sebagai bahan bakar untuk beraktivitas minimal selama 20 menit pertama dan tidak digunakan sebagai bahan bakar utama sampai setelah 2 jam. Semakin moderat intensitas latihannya seperti : jogging, menari aerobik, serta semakin lama durasinya, maka semakin besar lemak yang digunakan untuk bahan bakar. Sedangkan, Semakin tinggi intensitas kegiatannya berlari, rintangan, dayung maka semakin besar karbohidrat yang digunakan untuk bahan bakar. Pada 20 menit pertama penggunaan lemak hanya sekitar 15 dari kebutuhan total, namun apabila latihan terus dilakukan dalam waktu yang lama 2 jam, maka penggunaan lemak sebagai energi meningkat hingga 85 BoyledanLong, 2010. Ketika berolahraga, simpanan lemak di seluruh tubuh akan terbakar, khususnya pada orang dengan jumlah simpanan lemak dalam jumlah besar. Itulah sebabnya sehat secara fisik akan membuat orang terlihat langsing karena simpanan lemak di seluruh tubuh berkurang. Konsumsi tinggi lemak berdampak buruk pada tubuh karena tidak dapat menghasilkan VO 2 maks lebih dari 60. Konsumsi tinggi lemak 30 total kalori diketahui menurunkan asupan karbohidrat, sehingga glikogen otot tidak dapat dijaga. Selain itu, asupan makanan tinggi lemak juga dapat menyebabkan obesitas, meningkatkan risiko jantung koroner, stroke dan kanker. Hasil penelitian yang dilakukan Sugiarsi 2012 diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan kebugaran kelompok ibu PKK di Kecamatan Banjarsari. Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan mengonsumsi susu rendah lemak sebagai pengganti susu yang biasa dikonsumsi mahasiswa. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Kameswara 2015 bahwa terdapat perbedaaan nilai VO 2 maks dan jarak tempuh lari atlet pada pemberian susu rendah lemak p0,05. Pemberian susu rendah lemak dapat meningkatkan nilai VO 2 maks dan jarak tempuh lari yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian minuman lainnya Iqbal Kameswara P.S., 2015. 4 Air Air merupakan zat yang dibutuhkan tubuhdalam kehidupan sehari-hari, walaupun tidak mengandung kalori. Kebutuhan tubuh akan air dalam sehari sesuai dengan banyaknya air yang keluar atau hilang dari tubuh. Jumlah pemasukan dan pengeluaran air dari tubuh untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuh disebut dengan water turnoverFatmah, 2011. Pemberian cairan air sebelum, beristirahat dan sesudah olahraga bertujuan untuk mencegah dehidrasi dan mempertahankan keseimbangan cairan tubuh. Salah satu fungsi air pada darah yaitu mengangkat panas yang dihasilkan oleh kerja otot Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013a. Tubuh akan memanas akibat pelepasan energi selama beraktivitas termasuk kehilangan air melalui keringat. Kuantitas keringat yang dihasilkan bergantung pada intensitas dan durasi aktivitas atau latihan. Hal tersebut biasa terjadi pada atlet. Semakin intens latihan, semakin tinggi panas yang dihasilkan dan semakin banyak keringat yang dikeluarkan Fatmah, 2011. Jika tidak segera mengganti air yang hilang, volume plasma dalam tubuh akan berkurang dan tubuh akan menarik air dari otot-otot dan organ. Ketika air ditarik dari otot, maka terjadi kram yang bersamaan dengan prematur kelelahan dan penurunan kinerja serta penurunan kadar plasma darah BoyledanLong, 2010. Kadar plasma darah yang rendah volume darah lebih rendah akan memaksa hati untuk berdetak lebih cepat untuk memasok oksigen yang cukup ke otot BoyledanLong, 2010. Sehingga, akibat dari kurangnya plasma yang beredar untuk mengangkut panas pada kulit, maka panas menumpuk dan suhu tubuh internal akan terus meningkat. Semua perubahan ini memaksa tubuh untuk bekerja pada intensitas yang lebih tinggi. Defisit cairan sebanyak 1 dari berat badan yang keluar dalam bentuk keringat saat berolahraga terbukti mengurangi toleransi tubuh terhadap kebugaran. Sedangkan, kehilangan air sebesar 2-10 dari berat badan selama mengikuti olahraga dapat mengurangi kapasitas kerja otot sebesar 20-30. Sehingga, konsumsi air yang dianjurkan untuk atlit yaitu 150 – 250 ml pada suhu 10ºc antara 30-60 menit sebelum olahraga dan 10- 15 menit ketika beristirahat. Fatmah, 2011, Williams, 2002. 5 Vitamin Mineral Aktivitas fisik mampu meningkatkan kegiatan metabolisme zat gizi yang diikuti oleh meningginnya kebutuhan zat-zat gizi oleh tubuh termasuk vitamin. Vitamin adalah penghubung dan regulator yang memproduksi energi. Mineral merupakan zat organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang kecil dan hanya 4 keberadaaannya didalam tubuh. Mineral membantu dalam reaksi fungsional tubuh, seperti memelihara keteraturan metabolisme Fatmah, 2011. Adapun fungsi vitamin dan mineral selama melakukan aktivitas fisik, diantaranya: Tabel 2.5 Fungsi Vitamin dan Mineral Vitamin atau mineral Fungsi Thiamin, riboflavin, Energy- releasing reactions pantothenic acid, niacin, magnesium Melepaskan energi Vitamin B6, zinc Membangun protein otot Folate, vitamin B12, copper Membangun sel darah merah untuk membawa oksigen Biotin Mensistesis lemak dan glikogen Vitamin C Pembentukan kolagen untuk integritas jaringan sendi dan lainnya serta kemampuan antioksidan dapat mengurangi kerusakan jaringan oksidatif Vitamin E Melindungi membran sel dari kerusakan oksidatif Iron Transpor oksigen didalam darah ke otot Calcium, vitamin D, vitamin A, phosphorus Membangun struktur tulang, kontraksi otot dan transmisi saraf Sodium, potassium, chloride Pemeliharaan keseimbangan cairan ; transmisi impuls saraf untuk kontraksi otot Chromium Asistensi insulin Magnesium Kontraksi jantung dan otot-otot lainnya Sumber : Fatmah, 2011, BoyledanLong, 2010 Menurut Gibson 2005 metode untuk pengukuran asupan gizi terbagi atas empat level. Pada penelitian ini, metode yang akan peneliti gunakan untuk mengetahui jumlah asupan energi dan zat gizi makro yang dikonsumsi responden yaitu asupan harian individu level empat asupan zat gizi individu untuk mengetahui hubungannya dengan kebugaran mahasiswa prodi Kesehatan Masyarakat. Pada level ini metode yang dapat digunakan bervariasi yaitu Food Record, Food recall 24 jam, Semi Quantitative Food Frequency Questioner dan Dietary HistoryGibson, 2005. Namun, metode yang digunakan peneliti adalah record dan recall 3 x 24 jam yang dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi selama 24 jam yang lalu. Data yang didapatkan dari Record dan Recall 3 x 24 jam dapat dikonversikan menjadi energi dan nurient intake dengan menjumlah konsumsi makanan individu sesuai dengan jumlah yang dikonsumsinya yang akan dimasukan kedalam softwareyaitu Nutrysurvey 2007 versi Indonesia. Kelebihan yang didapatkan dari metode recall 24 jamdiantaranya: 1 mudah, murahdan cepat dalam pelaksanaannyasehinggadapat mencakup banyak responden, 3 dapat digunakan untuk responden yang buta huruf, 4 memberikan gambaran nyata konsumsi individu sehingga dapat terlihat hasil perhitungan intake zat gizi sehariSupariasa, 2002.Sementara kekurangan dari metode Recall 24 jam adalah 1 tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari apabila recall hanya dilakukan satu kali, 2 bergantung pada ketepatan daya ingat responden, 3The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak overestimate dan responden yang gemuk, cenderung melaporkan konsumsinya lebih sedikit underestimate. a Vitamin B1 Thiamin merupakan vitamin yang larut dalam air,sehingga mudah rusak akibat proses pengolahan. Data rekaman diet menyatakan bahwa cara pengolahan makanan sangat berpengaruh pada nilai biologis vitamin B1 dalam tubuhdihitung berdasarkan komposisi bahan makanan mentah tiap 100 gram bahanInstitute Of Medicine, 2005. Vitamin B1 atau thiamin tersedia di dalam tubuh karena diserap usus dari makanan, kemudian diangkut bersama darah ke jaringan tubuh. Thiamin sebagai cadangan dalam jumlah terbatas yang disimpan di dalam hati, buah pinggang, jantung, otot dan otak, sebagai cadangan diperlukan untuk sekedar dapat memelihara fungsi alat-alat tubuh dalam waktu yang singkat. Thiamin pirofosfat berperan sebagai koenzim pada metabolisme karbohidrat untuk mengubah energi. Koenzim tersebut berfungsi memungkinkan karboksilase memisahkan karbondioksida dari asam piruvat, sedangkan sisanya selanjutnya dirombak menjadi karbondioksida dan air. Fungsi thiamin yaitu 1 metabolisma karbohidrat; 2 mempengaruhi keseimbangan air di dalam tubuh; dan 3 mempengaruhi penyerapan zat lemak dalam ususIrawan, 2007. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin banyak karbohidrat yang dikonsumsi, maka kebutuhan thiamin juga akan meningkat. Rekomendasi asupan thiami untuk orang dewasa sekitar 0,23 mg – 0,65 mg per 1000 kalori setiap harinyaInstitute Of Medicine, 2005. Thiamin banyak terkandung dalam padi-padian umumnya pada bagian lembaga dan bagian luar endospermanya, kacang hijau dan daging. b Zat Besi Zat Besi Fe adalah merupakan mikromineral yang paling banyak dalam tubuh manusia. Orang dewasa mengandung Fe dalam tubuhnya antara 2,5 – 4g dimana 2,0 – 2,5g dalam sirkulasi yakni dalam sel darah merah sebagai komponen hemoglobin Hb dan 25 merupakan cadangan iron storage yang terdiri dari feritin dan haemosiderin terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang Hartati dkk., 2012. Zat besi sangat diperlukan dalam haemopoiesis pembentukan darah yaitu dari sintesa hemoglobin Hb. Besi dalam tubuh berasal dari tiga sumber, yaitu hasil perusakan sel-sel darah merah hemolisis, dari penyimpanan di dalam tubuh, dan hasil penyerapan pada saluran pencernaan. Dari ketiga sumber tersebut, Fe hasil hemolisis merupakan sumber utama. Bentuk-bentuk senyawa dari fe diantaranya senyawa heme hemoglobin, mioglobin, enzim heme dan poliporfirin tranfirin, ferritin, dan hemosiderin Almatsier, 2010. c Mangan Mangan berkaitan dengan sejumlah enzim dalam beberapa proses metabolisme, termasuk piruvat dan karboksilase asetil-CoA dan dehidrogenase isositrat dalam siklus Krebs dan mitokondria, bentuk mitokondria, dismutase superoksida yang membantu melindungi membran mitokondria, arginase, enzim terminal dalam produksi urea, enzim sitosol lain yang terlibat dalam lintasan pentosa-fosfat-shunt, glikolisis glukokinase metabolisme serin tranferase hidroksimetil Linder, 2006. Jumlah mangan yang besar terdapat dalam tulang, hati, ginjal, pankreas dan pituitaria, tetapi sedikit terdapat pada daging, ikan dan produk susu. Mn juga banyak terdapat pada kacang-kacangan, biji-bijian utuh, dan sayuran. Mn ber fungsi dalam metabolisme intermedier dengan mengaktifkan beberapa enzime.Mangan terdapat dalam konsentrasi tinggi dalam mitokondria dan berfungsi sebagai faktor penting untuk pengaktifan glikosiltransferase yang berperan sebagai sintesis oligosakarida, glikoprotein, dan proteoglikan. Mangan diperlukan untuk aktifitas superoksida dismutase. Mangan diserap dengan baik melalui usus halus dengan mekanisme yang serupa dengan besi, termasuk transfer melalui sel mukosa ke dalam darah portal. Pada kenyataannya absorpsi Mn2+ meningkat pada defisiensi besi dan dapat dihambat oleh besi. Adanya etanol dalam usus jelas menambah absorpsi Mn2+. Ion mangan dikirim ke hati melalui sirkulasi portal dan disana segera mengadakan keseimbangan dengan Mn2+Hall dan Guyton, 2008.

4. Umur

Menurut Depkes 2008, umur adalah masa hidup responden dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang tahun yang terakhir. Umur mempunyai peran dalam kebugaran seseorang. Menurut WHO 2005, penggolongan umur dikategorikan menjadi 4, yaitu anak-anak 10 tahun, remaja 10-24 tahun, dewasa 25-59 tahun dan lanjut usia 60 tahun Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Berdasarkan uji korelasi bivariate penelitian HarmanidanMansyur, 2013 diperoleh hubungan negatif lemah dan bermakna antara usia dan nilai prediksi VO 2 maks yang berkaitan dengan kebugaran anggota klub jantung sehat. Hasil tersebut berarti semakin tua seseorang makin rendah nilai prediksi VO 2 maksnya. Hal tersebut disebabkan semakin bertambahnya usia responden, maka fungsi kardiovaskuler nya semakin menurun.Berbeda dengan Harmanida, penelitian Prabowo, 2014 menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara rentang umur terhadap kebugaran anggota klub jantung sehat Mugas Kota Semarang Tahun 2013. Pada umumnya, semakin tua seseorang, akan terjadi penurunan kebugaran yang disertai dengan penuruan status kesehatan. Gejala tersebut ditandai dengan kurangnya elastisitas jaringan ikat, pengurangan kepadatan kapiler di banyak jaringan, aktivitas mitosis sel menjadi lebih lambat dan sel-sel permanen hilang. Perubahan terkait usia seseorang yang terjadi di jantung, antara lain Prabowo, 2014: 1 penurunan curah jantung istirahat dan maksimum, 2 penurunan nadi maksimum, 3 peningkatan waktu kontraksi dan relaksasi otot jantung, 4 peningkatan kekakuan otot jantung saat fase diastole, 5 penurunan jumlah sel otot fungsional dan 6 akumulasi pigmen dalam sel otot jantung.

5. Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu pembinaan manusia yang dilakukan seumur hidup, tujuan utama dari pendidikan itu sendiri adalah penguasaan materi pembelajaran secara mendalam dan bahkan jika mungkin sampai tuntas Kristian, 2014. Menurut Kemendibud RI 2014, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012

9 149 181

Korelasi kemampuan akademik mahasiswa terhadap penyelesaian studi di program studi pendidikan fisika

0 6 65

Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Obesitas Sentral pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2012-2014

7 35 188

faktor-faktor yang berhubungan dengan pola makanan mahasiswa kesehatan masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011

1 10 136

Pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa program studi pendidikan dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan cepat saji ( fast food) tahun 2009

0 21 71

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Cleaning Service di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012

13 89 171

Prevalensi Miopia Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011

0 6 59

Perilaku pencarian informasi dosen jurusuan komunikasi fakultas ilmu dakwah ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memenuhi kebutuhan berdakwah

0 12 0

Pengaruh self-regulated learning dan dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

0 21 0

Penilaian Tingkat Risiko dan Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Stroke pada Masyarakat Binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2015

3 19 85