terdapat hubungan yang signifikan antara status merokok dengan kebugaran pada mahasiswa. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Eli Erawati 2014 pada 40 dosen laki-laki di Universitas RIAU menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan
ketahanan kardiorespirasi kebugaran dengan kekuatan korelasi sedang dan arah korelasi negatif. Dalam penelitian ini, status merokok tidak memiliki hubungan
yang signifikan karena status merokok mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta cenderung homogen, yakni hampir
seluruh mahasiswa berstatus bukan perokok. Dampak rokok dimulai dengan peninggian denyut nadi istirahat yang
kemudian diikuti dengan peningkatan denyut nadi selama beraktivitas, hingga penurunan pencapaian pemompaan. Penurunan oksigen yang disebabkan oleh
merokok menyebabkan perokok memiliki tingkat jantung istirahat yang lebih tinggi dibandingkan yang bukan perokok, berarti jantung mereka selalu bekerja keras
untuk memompa darah dan oksigen ke tubuh bahkan untuk kegiatan sehari-hari, seperti berjalan menaiki tangga Bustan, 2013. Daya tahan perokok 7,2 lebih
kecil dibandingkan yang bukan perokok. Semakin tinggi denyut nadi istirahat berarti perokok harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh
sehingga perokok akan mengalami cepat lelah. Sehingga, intervensi yang dapat dilakukan untuk menjaga kebugaran agar ketahanan kardiorespirasi dapat berfungsi
dengan baik bagi perokok adalah dengan melakukan gaya hidup sehat seperti olahraga teratur, berhenti merokok secara perlahan dan kontrol berat badan Eli
Erawati dkk., 2014.
5. Kapasitas Vital Paru
Kapasitas vital paru adalah volume udara yang dapat dikeluarkan dari penarikan napas yang dalam. Kapasitas vital paru menentukan volume oksigen yang
masuk kedalam tubuh. Semakin tinggi kapasitas vital paru yang dimiliki seseorang, maka akan semakin banyak oksigen yang dapat digunakan untuk beraktivitas.
Tingkat kapasitas vital paru berhubungan dengan kebugaran. Seseorang dengan kebugaran yang baik mampu melaksanakan tugas sehari-hari secara efektif dan
efisien dalam waktu yang relatif lama tanpa mengalami kelelahanHerrydanEram.T.P, 2009.
Seseorang yang terlatih memiliki daya untuk menghisap udara lebih banyak dalam periode waktu yang lebih lama mampu menghembuskan keluar sisa-sisa
pembakaran lebih banyak dibandingkan yang tidak terlatih. Sehingga, otot di sekeliling paru-parunya telah terlatih untuk bekerja lebih banyak. Peningkatan
kebugaran melalui aktivitas fisik berhubungan erat dengan peningkatan kapasitas vital paru yang melibatkan mekanisme jantung dan pembuluh darah. Hal tersebut
terjadi karena berhubungan dengan proses ekspirasi dan inspirasi dalam melakukan aktivitas gerak HoegerdanHoeger, 2011a. Teori tersebut didukung oleh hasil
penelitian, yakni berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa nilai tengah dari kapasitas vital paru mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2015 adalah 3,48 ml. Dari hasil tersebut juga diketahui bahwa rata-rata kapasitas vital paru laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan.
Hasil uji hubungan menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara rata- rata kapasitas vital paru dengan kebugaran pada mahasiswa.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yanh dilakukan pada murid SD Kecamatan Bacukiki Kota Pare-Pare bahwa diketahui terdapat perbedaan kapasitas
vital paru Ad’dien, 2011. Penelitian lainnya yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Alifian 2012diperoleh rata-rata kapasitas
vital paru siswa yang tidak berjalan kaki lebih rendah dibandingkan siswa yang berjalan kaki. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Magutah 2013 pada mahasiswa Universitas Kenyan yang menunjukkan adanya hubungan antara kapasitas vital paru dengan kebugaran mahasiswa. Mahasiswa
dengan volume dan kapasitas paru-paru lebih tinggi akan lebih bugar dibandingkan dengan mahasiswa lainnya dengan volume dan kapasitas paru-paru lebih rendah.
Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa UNISSULA menunjukkan bahwa dari uji pearson diperoleh adanya hubungan antara kapasitas vital paru terhadap VO
2
maks, dengan tingkat korelasi lemah karena ada konstribusi sistem respirasi terhadap VO
2
maksRahmaan InnashdanIka Rosdiana, 2013. Kebugaran akan mengalami penurunan ketika memasuki usia lanjut, sama
halnya dengan sistem pernafasan yang akan menurun dari kapasitas vital paru, yaitu ketika memasuki usia 40 tahun. Kapasitas vital paru yang paling tinggi dan optimal
diperoleh pada usia 20-30 tahun. Mulai terjadi penurunan ketikan menginjak usia 60 tahun. Penurunan fungsi pernafasan tersebut akan terus terjadi kecuali dilakukan
intervensi sejak dini untuk memelihara fungsi pernafasan tersebut tetap dalam kondisi yang baik. Intervensi yang dapat dilakukan, yakni dengan melakukan
olahraga yang bersifat aerobik seperti basket, sepakbola, voli, renang, dayung, lari jarak jauh dan tenis yang menuntut asupan oksigen dalam jumlah besar. Sehingga,
peningkatan kemampuan fisik dan pernafasan akan terjadi apabila dilakukan secara teratur, sistematik dan berkesinambungan . Bila seseorang melakukan olahraga yang