pengukuran dimensi dan komposisi tubuh yang bervariasi dari berbagai tingkatan seperti umur dan kebutuhan gizi Gibson, 2005.
Kelebihan dari pengukuran antropometri, yaitu memberikan informasi tentang riwayat gizi seseorang di masa lalu, mampu mendeteksi malnutrisi
tingkat sedang maupun parah yang tidak dapat diperoleh dari metode pengukuran lainnya. Selain itu, kelebihan dari pengukuran ini adalah relatif
cepat, mudah dan reliable karena telah memiliki metode yang terstandardisasi serta peralatan yang terkaliberasi. Namun, metode ini tidak dapat digunakan
untuk mengidentifikasi status kekurangan defisiensi gizi tertentu Gibson, 2005. Cara ukur yang biasa digunakan meliputi berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan, atas dan tabal lemak dibawah kulit
1 Indeks Massa Tubuh
Index Massa Tubuh IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan Supriasa, 2002. Berikut rumus
2.4 untuk mengukur Indeks Massa Tubuh IMT seseorang :
2.4
Menurut Depkes 2004 Kategori IMT terbagi atas :
Tabel 2.3 Klasifikasi IMT
Kategori IMT Klasifikasi
18.5 Kgm
2
Kurang
18.5 – 24.9 Kgm
2
Normal
≥ 25 Kgm
2
Lebih Sumber : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2008
IMT = Berat Badan Kg
Tinggi Badan m
2
Indeks massa tubuh yang lebih akan menimbulkan timbunan lemak dalam tubuh. Timbunan lemak dalam tubuh akan membungkus jaringan
viseral yang menyebabkan jaringan bekerja lebih kuat dalam menyuplai oksigen guna menghasilkan energi oleh karena itu jantung perlu
memompa pada frekuensi yang sering. Selain itu, efek samping dari berat badan berlebih, yakni terdapat sel dan otot yang membesar
mempengaruhi kebutuhan nutrisi yang lebih besar dan menyebabkan peningkatan denyut jantung. Hal ini menimbulkan ketidakefisienan
fungsi jantung sehingga seseorang dengan berat badan lebih tersebut akan mengalami kelelahan jauh lebih dini daripada kondisi normal
Martins D dkk., 2003. Sehingga, kelebihan berat badan umumnya menyebabkan penurunan kebugaran karena peningkatan kebutuhan
energi pada sistem aerobik untuk melakukan pergerakan. Pribris,dkk 2010 menggunakan IMT sebagai salah satu komponen
pengukuran kebugaran dalam evaluasi komposisi tubuh
. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh
hubungan langsung yang signifikan antara nilai rata-rata VO
2
maks dengan IMT mahasiswa p 0,001 Pribis dkk., 2010. Sementara,
penelitian Sarwono 2000 menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara IMT dan kebugaran mahasiswa P
value
= 0,0103. Hal tersebut disebabkan oleh kesadaran untuk melakukan
aktivitas fisik pada individu dengan IMT lebih, lebih besar dibanding individu yang memiliki IMT normal ataupun kurangSarwono, 2000.
Lain halnya dengan penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara status gizi berdasarkan IMT dengan kebugaran P= 0,0004Sari,
2014. Penelitian Anam dkk 2010 sejalan dengan kedua penelitian