Berdasarkan uji korelasi bivariate penelitian HarmanidanMansyur, 2013 diperoleh hubungan negatif lemah dan bermakna antara usia dan nilai prediksi
VO
2
maks yang berkaitan dengan kebugaran anggota klub jantung sehat. Hasil tersebut berarti semakin tua seseorang makin rendah nilai prediksi VO
2
maksnya. Hal tersebut disebabkan semakin bertambahnya usia responden, maka fungsi
kardiovaskuler nya semakin menurun.Berbeda dengan Harmanida, penelitian Prabowo, 2014 menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara rentang umur terhadap kebugaran anggota klub jantung sehat Mugas Kota Semarang Tahun 2013.
Pada umumnya, semakin tua seseorang, akan terjadi penurunan kebugaran yang disertai dengan penuruan status kesehatan. Gejala tersebut ditandai dengan
kurangnya elastisitas jaringan ikat, pengurangan kepadatan kapiler di banyak jaringan, aktivitas mitosis sel menjadi lebih lambat dan sel-sel permanen hilang.
Perubahan terkait usia seseorang yang terjadi di jantung, antara lain Prabowo, 2014: 1 penurunan curah jantung istirahat dan maksimum, 2 penurunan nadi
maksimum, 3 peningkatan waktu kontraksi dan relaksasi otot jantung, 4 peningkatan kekakuan otot jantung saat fase diastole, 5 penurunan jumlah sel otot
fungsional dan 6 akumulasi pigmen dalam sel otot jantung.
5. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu pembinaan manusia yang dilakukan seumur hidup, tujuan utama dari pendidikan itu sendiri adalah penguasaan materi
pembelajaran secara mendalam dan bahkan jika mungkin sampai tuntas Kristian, 2014. Menurut Kemendibud RI 2014, Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana dalam mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan baik spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan serta
keterampilan yang dibutuhkan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2014. Pendidikan
di Indonesia terbagi atas pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang, terdiri atas pendidikan
dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan yang dilaksanakan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur
dan berjenjang, seperti pendidikan jasmani. Penelitian yang dilakukan oleh Jose´2008 pada 1709 wanita usia 18-88tahun
di Spanyol menunjukkan bahwa tingkat kebugaran seseorang berhubungan dengan tingkat pendidikannya, yaitu orang dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki
tingkat kebugaran lebih tinggi dibandingkan orang dengan pendidikan rendah. Hasil uji statistik menunjukkan nilai variabel kebugaran dalam kelompok wanita
tingkat pendidikan rendah dengan P
value
=0,001. Hal tersebut disebabkan karena orang dengan pendidikan tinggi cenderung menggunakan waktu kosong untuk
melakukan kegiatan latihan fisik Jose´ M. Saavedraa dkk., 2008. Berbeda dengan penelitian Harmani 2013, hasil penelitian Jose´ M.
Saavedraa 2008 diperoleh rerata prediksi VO
2
maks pada lulusan sarjana adalah 20,24 mlkgmenit, yang lebih tinggi dibandingkan lulusan SMA dengan nilai
rerata 20,19mlkgmenit. Namun secara statistik perbedaan tersebut tidak bermakna. Sehingga, tidak terdapat perbedaan bermakna antara responden yang
sarjana dan lulusan SMA. Hal tersebut disebabkan populasi responden memiliki beban kerja yang relatif sama, sehingga fungsi kardiovaskulernya pun relatif
sama. Keadaan lingkungan yang peduli terhadap kesehatan dibuktikan dengan
aktifnya Klub Senam Jantung Sehat dan membawa dampak positif terhadap tingkat kesehatan responden tanpa melihat perbedaan riwayat pendidikannya.
Penelitian Harmani dan Mansyur 2008 sejalan dengan penelitian Anita 2004 tentang hubungan variabilitas denyut jantung dengan fungsi kognitif. Hasil
penelitian Anita 2004 menyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara fungsi kognitif dengan variabilitas denyut jantung serta VO
2
maks. Walaupun kedua kelompok responden telah mendapatkan edukasi tentang kebugaran
sehingga mereka memiliki pengetahuan yang sama yaitu tingkat kebugaran.
6. Status Merokok
Kebiasaan merokok mempengaruhi daya tahan kardiovaskuler karena 4 pada asap tembakau mengandung karbonmonoksida CO. Afinitas daya ikat CO pada
hemoglobin sebesar 200-300 kali lebih besar dibandingkan dengan oksigen. Hal tersebut dapat diartikan bahwa CO mampu mengikat hemoglobin lebih cepat
dibandingkan dengan oksigen sehingga CO didalam darah menghambat pengangkutan oksigen ke jaringan tubuh. Terhambatnya pengangkutan oksigen
akan mengurangi suplai oksigen dari darah menuju jaringan dan sel tubuh. selain karbonmonoksida, zat aditif lain yang terdapat didalam rokok dan merugikan
tubuh adalah nikotin. Nikotin menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan menghalangi laju peredaran darah. Hal tersebut dapat mengganggu bahkan
menurunkan tingkat kebugaran jasmani seseorang akibat dari rusaknya metabolisme oksigen didalam darah Aula, 2010.
Sebuah fakta menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah perokok terbanyak dengan angka 61,4 juta perokok
aktif sekitar 25 dari jumlah penduduk Indonesiaberdasarkan penelitian Global
Adult Tobacco Survey GATS, GATS, 2011:1. Hasil penelitian Hapsari 2014 diperoleh bahwa ada perbedaan yang nyata atau signifikan pada kebugaran siswa
putra kelas IX di SMP N 1 Tlogowungu Pati antara siswa perokok dan bukan perokok. Hasil Uji T-test independent diperoleh
nilai p 0,004 α 0,05. Berdasarkan hasil tes penilaian kebugaran menunjukkan bahwa perbedaan pada
penilaian kebugaran, antara siswa perokok dan bukan perokok yang termasuk dalam kategori bagus kebugaran nya 21,7 pada siswa perokok dan 65,2 pada
siswa bukan perokok, dan terdapat 17,4 siswa perokok memiliki kebugaran yang kurang Hapsari, 2014.Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Eli Erawati 2014 pada 40 dosen laki-laki di Universitas RIAU menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan
merokok dengan ketahanan kardiorespirasi kebugaran dengan kekuatan korelasi sedang dan arah korelasi negatif.
Dampak rokok dimulai dengan peninggian denyut nadi istirahat yang kemudian diikuti dengan peningkatan denyut nadi selama beraktivitas, hingga
penurunan pencapaian pemompaan. Penurunan oksigen yang disebabkan oleh merokok menyebabkan perokok memiliki tingkat jantung istirahat yang lebih
tinggi dibandingkan yang bukan perokok, berarti jantung mereka selalu bekerja keras untuk memompa darah dan oksigen ke tubuh bahkan untuk kegiatan sehari-
hari, seperti berjalan menaiki tangga Bustan, 2013. Daya tahan perokok 7,2 lebih kecil dibandingkan yang bukan perokok. Semakin tinggi denyut nadi
istirahat berarti perokok harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh sehingga perokok akan mengalami cepat lelah. Sehingga, intervensi
yang dapat dilakukan untuk menjaga kebugaran agar ketahanan kardiorespirasi dapat berfungsi dengan baik bagi perokok adalah dengan melakukan gaya hidup