Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yanh dilakukan pada murid SD Kecamatan Bacukiki Kota Pare-Pare bahwa diketahui terdapat perbedaan kapasitas
vital paru Ad’dien, 2011. Penelitian lainnya yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Alifian 2012diperoleh rata-rata kapasitas
vital paru siswa yang tidak berjalan kaki lebih rendah dibandingkan siswa yang berjalan kaki. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Magutah 2013 pada mahasiswa Universitas Kenyan yang menunjukkan adanya hubungan antara kapasitas vital paru dengan kebugaran mahasiswa. Mahasiswa
dengan volume dan kapasitas paru-paru lebih tinggi akan lebih bugar dibandingkan dengan mahasiswa lainnya dengan volume dan kapasitas paru-paru lebih rendah.
Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa UNISSULA menunjukkan bahwa dari uji pearson diperoleh adanya hubungan antara kapasitas vital paru terhadap VO
2
maks, dengan tingkat korelasi lemah karena ada konstribusi sistem respirasi terhadap VO
2
maksRahmaan InnashdanIka Rosdiana, 2013. Kebugaran akan mengalami penurunan ketika memasuki usia lanjut, sama
halnya dengan sistem pernafasan yang akan menurun dari kapasitas vital paru, yaitu ketika memasuki usia 40 tahun. Kapasitas vital paru yang paling tinggi dan optimal
diperoleh pada usia 20-30 tahun. Mulai terjadi penurunan ketikan menginjak usia 60 tahun. Penurunan fungsi pernafasan tersebut akan terus terjadi kecuali dilakukan
intervensi sejak dini untuk memelihara fungsi pernafasan tersebut tetap dalam kondisi yang baik. Intervensi yang dapat dilakukan, yakni dengan melakukan
olahraga yang bersifat aerobik seperti basket, sepakbola, voli, renang, dayung, lari jarak jauh dan tenis yang menuntut asupan oksigen dalam jumlah besar. Sehingga,
peningkatan kemampuan fisik dan pernafasan akan terjadi apabila dilakukan secara teratur, sistematik dan berkesinambungan . Bila seseorang melakukan olahraga yang
teratur sehingga menjadi terlatih, maka akan terjadi peningkatan efisiensi pernapasan baik ventilasi, difusi maupun perfusi Hall dan Guyton, 2008. Hal ini
yang harus menjadi perhatian bagi semua kalangan, khususnya mahasiswa.
6. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik rutin dapat memberikan dampak positif bagi kebugaran seseorang, yaitu peningkatan ketahanan saat melakukan latihan fisik. Aktivitas fisik
menyebabkan peningkatan efisiensi kerja paru-paru seseorang yang telah terlatih sehingga mampu memproses udara lebih banyak, dengan tenaga yang lebih sedikit.
Selama beraktivitas dalam durasi lebih dari 30menit, seseorang yang terlatih mampu memproses udara hampir dua kali lipat per-menit dibandingkan orang yang tidak
terlatih. Maka orang yang terlatih bisa menyediakan oksigen lebih untuk dipergunakan dalam proses pembentukan energi yang diikuti dengan peningkatan
kebugarannya Nadia Harira dkk., 2013. Berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa nilai tengah dari aktivitas
fisik mahasiswa adalah 1400,35 METs. Dari hasil tersebut juga diketahui bahwa laki-laki memiliki rata-rata aktivitas fisik lebih besar dibandingkanperempuan
karena laki-laki cenderung memiliki kegiatan olahraga rutin dalam seminggu seperti: futsal dan basket di kampus dibandingkan perempuan. Hasil uji hubungan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kebugaran pada mahasiswa.
Hasil ini didukungoleh penelitian yang dilakukan Güvenç 2011 pada remaja turki juga menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang cukup pada masa anak-anak dan
remaja membawa pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan dan kebugaran
fisik, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Aktivitas fisik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebugaran pada usia muda, usia dewasa dan
lansia nantinya Alpay Güvenç dkk., 2011. Sama halnya dengan hasil review yang dilakukan oleh Sandkiv 2013 menunjukkan bahwa aktivitas fisik berhubungan
dengan kebugaran seseorang. Semakin sering seseorang melakukan aktivitas fisik, maka kondisi tubuhnya akan semakin bugar. Penelitian lain yang sejalan dengan
dua penelitian di atas ditemukan di Indonesia, yakni penelitian yang dilakukan oleh Sari 201 bahwa ditemukan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan
kebugaran P 0,0001. Hasil penelitian Sugiarsi 2012 dengan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan p0,05 antara kecukupan
gizi besi, frekuensi olah raga terhadap kebugaran. Aktivitas fisik memiliki peran dalam proses pembakaran energi dan lemak
tubuh dalam jaringan yang mempengaruhi kebugaran seseorang. Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan penimbunan lemak di beberapa atau bahkan seluruh
bagian tubuh. Penelitian yang dilakukan Hapsari 2007 pada atlet sebuah sepak bola juga menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik
dengan kebugaran atlet tersebut. Menurut Sharkley 2013 aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dinilai mampu mengurangi beban kerja jantung yang berat.
Sehingga lebih efisien dalam menghasilkan kebugaran terutama pada ketahanan kardiorespiratori.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk peningkatan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidyatullah Jakarta
melalui peningkatan aktivitas fisik. Frekuensi yang dianjurkan adalah 1-3 kaliminggu dengan durasi 20-30menit seperti yang dilakukan mahasiswa IPB. Dari