2. Gambaran Distribusi Status Gizi pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat
a. Indeks Massa Tubuh IMT
Status gizi mahasiswa pada penelitian ini diukur dengan menggunakan metode antropometri, yaitu indeks massa tubuh IMT dan persen lemak tubuh.
Gambaran distribusi IMT mahasiswa seperti yang terlihat pada tabel 5.2 berikut:
Tabel 5.2 Distribusi Status Gizi Berdasarkan IMT pada Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Indeks Massa Tubuh
n CI
Kurang 9
15 0,88 – 1,56
Normal 46
76,7 1,17 – 1,44
Lebih 5
8,3 0,64 – 1,76
Total 60
100
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 60 mahasiswa di Prodi Kesehatan Masyarakat, sebagian besarIMT mahasiswa masuk dalam kategori
normal yaitu sebesar 76,7.
b. Persen Lemak Tubuh
Persen lemak tubuh merupakan indikator lain sebagai penentu status gizi mahasiswa selain IMT. Berikut distribusi persen lemak tubuh pada tabel 5.3 :
Tabel 5.3 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Persen Lemak Tubuh pada Mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015
Indeks Massa Tubuh n
CI
Kurang 12
20 1,35 – 1,98
Normal 23
38,3 1,18 – 1,61
Lebih 25
41,7 1,71 – 2,01
Total 60
100
Berdasarkan tabel 5.3 di atas, diketahui bahwa dari 60 mahasiswa, 41,7 diantaranya memiliki persen lemak tubuh yang lebih yaitu sebesar.
3. Gambaran Distribusi Asupan Zat Gizi pada Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat
Data terkait gambaran asupan zat gizi pada mahasiswa diperoleh dari akumulasi food recall 3 x 24 jam. Asupan zat gizi yang diteliti meliputi karbohidrat, protein,
lemak, vitamin B1, zat besi dan mangan. Berikut distribusi asupan zat gizi pada mahasiswa, yaitu :
a. Asupan Karbohidrat
Hasil univariat gambaran distribusi asupan karbohidrat pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut :
Tabel 5.4 Distribusi Asupan Karbohidrat pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Asupan Karbohidrat
n CI
Kurang 15
25 1,58 – 2,17
Cukup 45
75 0,97 - 1,09
Total 60
100
Berdasarkan tabel 5.4 di atas, diketahui bahwa dari 60 mahasiswa di Prodi Kesehatan Masyarakat, sebagian besar memiliki asupan karbohidrat yang
cukupsesuai dengan kebutuhan harian mahasiswa.
b. Asupan Protein
Gambaran distribusi asupan protein mahasiswa seperti pada tabel 5.5 berikut ini :
Tabel 5.5 Distribusi Asupan Protein pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Asupan Protein
n CI
Kurang 5
8,3 1,56 - 1,96
Cukup 55
91,7 0,64 – 1,76
Total 60
100
Dari tabel 5.5 di atas diketahui bahwa dari 60 mahasiswa di Prodi Kesehatan Masyarakat, hampir dseluruh mahasiswa memiliki asupan protein
yang cukup yakni sebesar 91,7.
c. Asupan Lemak
Gambaran distribusi asupan lemak pada mahasiswa seperti yang terlihat pada tabel 5.6 berikut ini :
Tabel 5.6 Distribusi Asupan Lemak pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Asupan Lemak
n CI
Kurang 21
35 1,19 – 2,06
Cukup 39
65 0,91 – 1,24
Total 60
100
Berdasarkan tabel 5.6 di atas diketahui bahwa dari 60 mahasiswa di Prodi Kesehatan Masyarakat, 65 diantaranya memiliki asupan lemak yang cukup
sesuai dengan kebutuhan hariannya.
d. Asupan Vitamin B1
Gambaran distribusi asupan vitain B1 pada mahasiswa seperti yang terlihat pada tabel 5.7 berikut ini :
Tabel 5.7 Distribusi Tingkat Asupan Vitamin B1 pada Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Asupan Vitamin B1
n CI
Kurang 17
28,3 1,40 – 2,26
Cukup 43
71,7 0,96 – 1,13
Total 60
100
Dari tabel 5.7 di atas diketahui bahwa dari 60 mahasiswa di Prodi Kesehatan Masyarakat, 71,7 diantaranya memiliki asupan vitamin B1 yang
cukup.
e. Asupan Zat Besi
Gambaran distribusi asupan zat besi pada mahasiswa seperti yang terlihat pada tabel 5.8 berikut ini :
Tabel 5.8 Distribusi Tingkat Asupan Zat Besipada Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Asupan Zat Besi
n CI
Kurang 9
15 1,35 – 2,05
Cukup 51
85 0,95 – 1,14
Total 60
100
Tabel 5.8 di atas menunjukkan bahwa dari 60 mahasiswa di Prodi Kesehatan Masyarakat, sebagian besar mahasiswa memiliki asupan zat besi
yang cukup.
f. Asupan Mangan
Gambaran distribusi asupan mangan pada mahasiswa seperti yang terlihat pada tabel 5.9 berikut ini :
Tabel 5.9 Distribusi Tingkat Asupan Manganpada Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Asupan Mangan
n CI
Kurang 5
8,3 1,46 – 1,95
Cukup 55
91,7 0,97 – 1,08
Total 60
100
Tabel 5.9 di atas menunjukkan bahwa dari 60 mahasiswa di Prodi Kesehatan Masyarakat, 91,7 diantaranya memiliki asupan mangan yang
cukup.
5. Gambaran Distribusi Jenis Kelamin Mahasiswa pada Program Studi Kesehatan
Masyarakat
Gambaran distribusi mahasiswa seperti yang terlihat pada bagan 5.1berikut :
Bagan 5.1 Distribusi Jenis Kelamin pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015
Bagan 5.1 menunjukkan bahwa dari 60 mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 35 dan perempuan sebesar 65.
35 65
65
Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan
6. Gambaran Distribusi Status Merokok pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat
Gambaran distribusi status merokok mahasiswa seperti yang terlihat pada bagan 5.2 berikut :
Bagan 5 2 Distribusi Status Merokok pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015
Bagan 5.2 di atas menunjukkan bahwa dari 60 mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, 6,70 diantaranya berstatus perokok dan 93,30 lainnya
berstatus bukan perokok.
7. Gambaran Distribusi Kapasitas Vital Parupada Mahasiswa Prodi Kesehatan
Masyarakat
Gambaran distribusi kapasitas vital paru pada mahasiswa sepertiyang terlihat pada tabel 5.10berikut :
Tabel 5.10 Distribusi Kapasitas Vital Paru pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015 Kapasitas Vital Paru
Median Min –Max
Keseluruhan 3,48
2,98 – 5,94 Berdasarkan tabel 5.10 diperoleh nilai tengah dari kapasitas vital paru mahasiswa
adalah 3,48ml. Kapasitas vital paru terendah yaitu 2,98ml dan tertinggi sebesar 5,94ml. 6.70
93.30 93.30
Status Merokok
Merokok Tidak Merokok
8. Gambaran Distribusi Aktivitas Fisikpada Mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat
Distribusi aktivitas fisik mahasiswa digambarkan dengan nilai aktivitas fisik berdasarkan perhitungan total skor IPAQ yang tersaji dalam satuan metabolic equivalen
METs. Distribusi aktivitas fisik mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut ini :
Tabel 5.11 Distribusi Aktivitas Fisik pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Aktivitas Fisik
Median Min –Max
Keseluruhan 1400,35
218,40 – 4472,95 Tabel 5.11 memaparkan bahwa nilai tengah dari aktivitas fisik mahasiswa adalah
1400,35 METs dengan sebaran nilai aktivitas fisik terendah yaitu 151,10 METsdan tertinggi sebesar 2974,55 METs.
Berdasarkan IPAQ 2005, kategori aktivitas fisik terbagi atas : ringan, sedang dan berat. Sehingga, dapat diketahui bahwa 61,7 mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat memiliki aktivitas fisik yang rendah, 33,3 memiliki aktivitas fisik sedang dan hanya 5 mahasiswa yang memiliki aktivitas fisik yang berat.
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen jenis kelamin, status gizi berdasarkan IMT dan persen lemak tubuh, status
merokok, kapasitas vital paru, aktivitas fisik, asupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin B1, zat besi dan mangan dengan variabel dependen kebugaran. Berdasarkan
uji Kolmogorov-Smirnov, diketahui bahwa nilai probabilitas variabel aktivitas fisik, sebesar 0,000 p 0,05, artinya variabel kebugaran tidak terdistribusi normal sehingga
dilakukan uji non parametrik, yakni Mann Whitneyuntuk variabel numerik dan kategorik, serta chi squareuntuk dua variabel kategorik. Dikatakan berhubungan jika
nilai p ≤ 0,05 dan tidak berhubungan apabila p 0,05. Berikut hasil analisis bivariat
dalam penelitian ini, antara lain:
9. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat
Hasil analisis antara jenis kelamin dengan kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.12 berikut ini :
Tabel 5.12 Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program
Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Kebugaran
Jenis Kelamin Total
OR 95 C,0I P value
Laki-Laki Perempuan
n n
n Tidak Bugar
5 23,8
38 97,4
43 100
0,008 0,001 – 0,076
0,000
Bugar
16 76,2
1 2,6
17 100
Berdasarkan hasil uji statistik seperti pada tabel 5.12 di atas,diperoleh nilai p = 0,000 sehingga dapat diartikan bahwa pada
α = 5 terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kebugaran. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk
estimate diperoleh OR = 0,008 0,001– 0,076, artinya perempuan mempunyai peluang 0,008 kali tidak bugar dibandingkan dengan laki-laki.
10. Hubungan Status Gizi dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat a.
Hubungan Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh IMT dengan Kebugaran Mahasiswa
Hasil analisis tentang hubungan antara status gizi berdasarkan IMT dengan kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.13 berikut ini :
Tabel 5.13 Analisis Hubungan Status Gizi Berdasarkan IMT dengan Kebugaran pada
Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Kebugaran
Indeks Massa Tubuh Total
95 CI P value
Kurang Normal
Lebih n
n n
n Tidak Bugar
7 16,3
32 74,4
4 9,3
43 100
1,77-2,08 0,938
Bugar
2 11,8
14 82,4
1 5,9
17 100
1,72-2,16
Berdasarkan hasil uji statistik seperti pada tabel 5.13 di atas, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi berdasarkan IMT dengan
kebugaran pada mahasiswa dengan p value =0,938p0,05.
b. Hubungan Status Gizi Berdasarkan Persen Lemak Tubuh dengan
Kebugaran Mahasiswa
Adapun hubungan antara status gizi berdasarkan persen lemak tubuh dengan kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut ini :
Tabel 5.14 Analisis Hubungan Status Gizi Berdasarkan Persen Lemak Tubuh dengan
Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015
Kebugaran Persen Lemak Tubuh
Total 95 CI
P value Kurang
Normal Lebih
n n
n n
Tidak Bugar 4
9,3 14
32,6 25
58,1 43
100 1,35 – 1,98
0,000
Bugar 8
47,1 9
52,9 17
100 1,18 – 1,61
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi berdasarkan persen lemak tubuh dengan kebugaran
pada mahasiswadengan p value sebesar 0,000 P0,05.
11. Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program
Studi Kesehatan Masyarakat a.
Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Kebugaran Mahasiswa
Berdasarkan hasil analisis antara asupan karbohidrat dengan kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.15 berikut ini :
Tabel 5.15 Analisis Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Kebugaran pada
Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Kebugaran
Asupan Karbohidrat Total
OR 95 CI P value
Kurang Cukup
n n
n Tidak Bugar
8 18,6
35 81,4
43 100
0,327 0,095 – 1,122
0,137
Bugar 7
41,2 10
58,8 17
100 Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa asupan karbohidrat
terhadap kebugaran mahasiswa tidak ditemukan hubungan yang signifikan dengan p value sebesar 0,137 P0,05. Sedangkan berdasarkan perhitungan
risk estimate diperoleh OR = 0,327 0,095– 1,112, artinya mahasiswa dengan asupan karbohidrat yang kurang mempunyai peluang 0,327 kali untuk tidak
bugar dibandingkan mahasiswa denganasupan karbohidrat yang cukup.
b. Hubungan Asupan Protein dengan Kebugaran Mahasiswa
Berdasarkan hasil analisisantara asupan protein dengan kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut :
Tabel 5.16 Analisis Hubungan Asupan Protein dengan Kebugaran Berdasarkan Jesni
Kelamin pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat 2015 Kebugaran
Asupan Protein Total
OR 95 CI P value
Kurang Cukup
n n
n Tidak Bugar
4 9,3
39 90,7
43 100
1,641 0,170 – 15,840
1,000
Bugar
1 5,9
16 94,1
17 100
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan kebugaran pada mahasiswa
dengan p value sebesar 1,000P0,05. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,647 0,170 – 15,840, artinya mahasiswa
dengan asupan protein yang kurang mempunyai peluang 1,641 kali untuk tidak bugar dibandingkan mahasiswa denganasupan protein yang cukup.
c. Hubungan Asupan Lemak dengan Kebugaran Mahasiswa
Berdasarkan hasil analisisantara asupan lemak dengan kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.17 berikut ini :
Tabel 5.17 Analisis Hubungan Asupan Lemak dengan Kebugaran pada Mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Kebugaran
Asupan Lemak Total
OR 95 CI P value
Kurang Cukup
n n
n Tidak Bugar
15 34,9
28 65,1
43 100
0,982 0,303 – 2,183
1,000
Bugar
6 35,3
11 64,7
17 100
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa asupan lemak terhadap kebugaran mahasiswa tidak ditemukan hubungan antara keduanya, dengan p
value sebesar 1,000 P0,05. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 0,982 0,303– 2,183, artinya mahasiswa dengan
asupan lemak yang kurang mempunyai peluang 0,982 kali untuk tidak bugar dibandingkan mahasiswa denganasupan lemak yang cukup.
d. Hubungan Asupan Vitamin B1 dengan kebugaran Mahasiswa
Berdasarkan hasil analisisantara asupan vitamin B1 dengan kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.18 berikut ini :
Tabel 5.18 Analisis Hubungan Asupan Vitamin B1 dengan Kebugaran pada
Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Kebugaran
Asupan Vitamin B1 Total
OR 95 CI P value
Kurang Cukup
n n
n Tidak Bugar
12 27,9
31 72,1
43 100
0,929 0,269 – 3,204
1,000
Bugar 5
29,4 12
70,6 17
100 Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa asupan vitamin B1
terhadap kebugaran mahasiswa tidak ditemukan hubungan antara keduanya, dengan p value sebesar 1,000 P0,05. Sedangkan berdasarkan perhitungan
risk estimate diperoleh OR = 0,929 0,269– 3,204, artinya mahasiswa dengan asupan vitamin B1 yang kurang mempunyai peluang 0,929 kali untuk tidak
bugar dibandingkan mahasiswa denganasupan vitamin B1 yang cukup.
e. Asupan Zat Besi
Berdasarkan hasil uji Spearman antara asupan zat besi dengan kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.19 berikut ini :
Tabel 5.19 Analisis Hubungan Asupan Zat Besi dengan Kebugaran pada Mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Kebugaran
Asupan Zat Besi Total
OR 95 CI P value
Kurang Cukup
n n
n Tidak Bugar
5 11,6
38 88,4
43 100
0,428 0,100 – 1,837
0,446
Bugar 5
11,6 38
88,4 17
100
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak ditemukan hubungan asupan zat besi terhadap kebugaran mahasiswa dengan p value
sebesar 0,446 P0,05.Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 0,428 0,100– 1,837, artinya mahasiswa dengan asupan zat
besi yang kurang mempunyai peluang 0,428 kali untuk tidak bugar dibandingkan mahasiswa denganasupan zat besi yang cukup.
f. Asupan Mangan
Berdasarkan hasil uji Spearman antara asupan mangan dengan kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.20 berikut ini :
Tabel 5.20 Analisis Hubungan Asupan Mangan dengan Kebugaran pada Mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Kebugaran
Asupan Mangan Total
OR 95 CI P value
Kurang Cukup
n n
n Tidak Bugar
3 7,0
40 93,0
43 100
0,563 0,085 – 3,075
0,931
Bugar
2 11,8
15 88,2
17 100
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak ditemukan hubunganasupan mangan terhadap kebugaran mahasiswa dengan p value
sebesar 0,931 P0,05.Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 0,563 0,085– 3,075, artinya mahasiswa dengan asupan
mangan yang kurang mempunyai peluang 0,563 kali untuk tidak bugar dibandingkan mahasiswa denganasupan mangan yang cukup.
12. Hubungan Status Merokok dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat
Adapun hubungan antara status merokok dengan kebugaran pada mahasiswa seperti yang terlihat pada tabel 5.21 berikut ini :
Tabel 5.21 Analisis Hubungan Status Merokok dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program
Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Kebugaran
Status Merokok Total
OR 95 CI P value
Tidak Merokok
Merokok n
N n
Tidak Bugar 41
95,3 2
4,7 43
100 0,366
0,047 – 2,834 0,674
Bugar
15 88,2
2 11,8
17 100
Berdasarkan hasil uji statistik seperti pada tabel 5.21 di atas, diperoleh nilai pvalue sebesar 0,674 P0,05. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara status merokok dengan kebugaran mahasiswa.Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 0,366 0,047 – 2,834, artinya mahasiswa
merokok mempunyai peluang 0,366 kali untuk tidak bugar dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak merokok.
13. Hubungan Kapasitas Vital Paru dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program
Studi Kesehatan Masyarakat
Hubungan antara kapasitas vital paru dengan dengan kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.22 berikut ini :
Tabel 5.22 Analisis Hubungan Kapasitas Vital Paru dengan Kebugaran pada Mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Variabel
n p
value
Kapasitas Vital Paru 60
0,001
Berdasarkan hasil uji Mann Whitney diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kapasitas vital paruterhadap kebugaran mahasiswadengan p value
sebesar 0,001 P0,05.
14. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat
Hasil uji hubungan antara aktivitas fisik dengan dengan kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.23 berikut ini :
Tabel 5.23 Analisis Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Variabel
n p
value
Aktivitas Fisik 60
0,001
Berdasarkan hasil uji Mann Whitney diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisikterhadap kebugaran mahasiswadengan p value sebesar
0,001 P0,05.
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu tidak adanya latihan mengenai tes kebugaran kepada mahasiswa sebelumnya dan pelaksanaan tes tidak dapat
dilakukan secara serempak dalam satu waktu untuk seluruh responden. Hal ini disebabkan oleh padatnya jadwal kuliah mahasiswa antar satu kelas dengan kelas
lainnya, sehingga pelaksanaan tes berlangsung selama 10 hari di sore hari. Selain itu, keterbatasan lainnya adalah peneliti hanya melakukan wawancara kepada responden
tanpa bantuan klinisi untuk penegakkan diagnosis status merokok seperti tidak menggunakan cotinine test. Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan dana dalam
penyediaan cotinine strips tersebut. Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah analisa data yang digunakan hanya sampai bivariat yakni menunjukkan hubungan antar
variabel independen terhadap dependennya saja, sehingga tidak dapat mengetahui kecenderungan faktor yang paling dominan mempengaruhi kebugaran mahasiswa.
B. Kebugaran Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat
Kebugaran adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi dan alat gerak tubuh sesuai dengan batas-batas fisiologis yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan
serta efisiensi kerja fisik, sehingga masih dapat melakukan kegiatan lain yang bersifat rekreatif Muhibbut Thibri dkk., 2014. Menurut Puskesjasrek 2000, kebugaran
berdasarkan nilai VO
2
maks untuk kebugaran usia 30 tahun yang dianggap ‘baik’ apabila lebih dari 42,6–51,5mlkgmin. Sedangkan yang dianggap ‘kurang’ apabila nilai
VO
2
maks kurang dari 25mlkgmin. Hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidyatullah Jakartatahun 2015
menunjukkan bahwa nilai tengah dari kebugaran mahasiswa adalah 23,05mlkgmenit. Sehingga dapat diketahui bahwa mahasiswa memiliki kebugaran yang sangat kurang
karena pada rentang usia 18-22 tahun atau 30 tahun rata-rata VO
2
maksnya 25mlkgmenit. Rendahnya tingkat kebugaran mahasiswa terjadi karena padatnya
jadwal kuliah mahasiswa sehingga mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktunya untuk duduk di dalam kelas aktivitas fisik ringan. Hasil yang sama juga diperoleh dari
penelitian Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2010 bahwa rentang usia 15-24 tahun yang hampir sebagian besar populasi terdiri
dari mahasiswa 18-22 tahun sebesar 52 hasil tes kebugarannya masuk dalam kategori kurang Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Rendahnya
kebugaran khususnya ketahanan cardiorespiratoryusia produktif ini merupakan salah satu masalah terkait gizi yang dapat berdampak pada kesehatan remaja di masa depan.
Ketahanan cardiorespiratory yang rendah berhubungan dengan tingginya tingkat mortalitas dan morbiditas populasi pada kelompok umur 19-49 tahun yang diikuti
secara cohort sejak 1999 hingga 2002 di Amerika Serikat. Selain itu, diketahui bahwa orang dengan tingkat kebugaran yang rendah cenderung memiliki kadar lipoprotein dan
tekanan darah lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan tingkat kebugaran yang tinggi Carnethon dkk., 2005. Organisasi Kesehatan Dunia WHO menyatakan
bahwa permasalahan utama dalam bidang kesehatan pada abad ke 21 hampir di seluruh belahan dunia adalah rendahnya aktivitas fisik yang physical inactivity yang
berkorelasi dengan peningkatan kecenderungan obesitas. Permasalahan kurangnya tingkat aktivitas fisik masyarakat juga terjadi di Indonesia. Hal ini dapat terjadi karena
adanya pergeseran pola hidup yang dinamis akibat dari perkembangan teknologi yang memudahkan pekerjaan menjadi efektif dan efisien ternyata berdampak negatif pada