menunjukkan bahwa nilai tengah dari kebugaran mahasiswa adalah 23,05mlkgmenit. Sehingga dapat diketahui bahwa mahasiswa memiliki kebugaran yang sangat kurang
karena pada rentang usia 18-22 tahun atau 30 tahun rata-rata VO
2
maksnya 25mlkgmenit. Rendahnya tingkat kebugaran mahasiswa terjadi karena padatnya
jadwal kuliah mahasiswa sehingga mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktunya untuk duduk di dalam kelas aktivitas fisik ringan. Hasil yang sama juga diperoleh dari
penelitian Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2010 bahwa rentang usia 15-24 tahun yang hampir sebagian besar populasi terdiri
dari mahasiswa 18-22 tahun sebesar 52 hasil tes kebugarannya masuk dalam kategori kurang Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Rendahnya
kebugaran khususnya ketahanan cardiorespiratoryusia produktif ini merupakan salah satu masalah terkait gizi yang dapat berdampak pada kesehatan remaja di masa depan.
Ketahanan cardiorespiratory yang rendah berhubungan dengan tingginya tingkat mortalitas dan morbiditas populasi pada kelompok umur 19-49 tahun yang diikuti
secara cohort sejak 1999 hingga 2002 di Amerika Serikat. Selain itu, diketahui bahwa orang dengan tingkat kebugaran yang rendah cenderung memiliki kadar lipoprotein dan
tekanan darah lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan tingkat kebugaran yang tinggi Carnethon dkk., 2005. Organisasi Kesehatan Dunia WHO menyatakan
bahwa permasalahan utama dalam bidang kesehatan pada abad ke 21 hampir di seluruh belahan dunia adalah rendahnya aktivitas fisik yang physical inactivity yang
berkorelasi dengan peningkatan kecenderungan obesitas. Permasalahan kurangnya tingkat aktivitas fisik masyarakat juga terjadi di Indonesia. Hal ini dapat terjadi karena
adanya pergeseran pola hidup yang dinamis akibat dari perkembangan teknologi yang memudahkan pekerjaan menjadi efektif dan efisien ternyata berdampak negatif pada
kebugaran Afriwardi, 2011. Pola hidup demikian menyebabkan rendahnya tingkat kebugaran yang menjadi masalah hampir di seluruh kalangan.
Kebugaran seseorang dapat terwujud melalui aktivitas fisik secara teratur dan terprogram. Kebugaran diperlukan untuk menjadikan seseorang dapat menjalankan
aktivitas dan rutinitas sehari-hari dengan optimal, termasuk pada mahasiswa. Kebugaran berperan dalam menentukan produktivitas, efisiensi dan kesehatan
seseorang agar tidak mudah terserang penyakit. Fungsi kebugaran lainnya untuk mahasiswa adalah untuk mengembangkan kekuatan, kemampuan, kesanggupan, daya
kreasi, dan daya tahan setiap manusia yang berguna untuk meningkatkan daya kerja.
C. Faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat 1.
Hubungan Jenis Kelamin dengan Kebugaran
Jenis kelamin dianggap sebagai salah satu faktor yang berhubungan dengan kebugaran, khususnya pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat. Dari
hasil penelitian diketahui persentase responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih sedikit, yakni sebesar 35 dibandingkan responden perempuan sebesar 65.
Hal ini dikarenakan populasi perempuan di Program Studi Kesehatan Masyarakat di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tiga kali lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Perbedaan kebugaran antara laki-laki dan perempuan berkaitan dengan kekuatan maksimal otot yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh,
komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah hemoglobin, hormon, kapasitas vital paru dan persen lemak tubuh yang dimiliki Fatmah, 2011. Perbedaan jenis kelamin
juga berperan dalam menentukan kebutuhan gizi masing yang berujung pada kebugaran seseorang, biasanya kebutuhan gizi lebih besar pada jenis kelamin laki-
laki daripada perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Worthington 2000, yang
menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin juga akan menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang karena pertumbuhan dan perkembangan individu
cukup berbeda antara laki-laki dan perempuan. Teori ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh nugraheni 2013 pada laki-laki dan perempuan
usia produktif yang menunjukkan bahwa adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kebugaran nilai p=0,003. Sehingga, dapat dikatakan bahwa penelitian ini
ada hubungan antara tingkat kebugaran jasmani antara responden pria dan wanita usia produktif Nugraheni, 2013.
Hasil yang sama diperoleh pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidyatullah Jakarta tahun 2015. Berdasarkan analisis
univariat diketahui bahwa laki-laki memiliki kebugaran lebih tinggi dibandingkan perempuan. Laki-laki cenderung memiliki aktivitas fisik lebih tinggi dibandingkan
perempuan karena laki-laki terbiasa dengan olahraga rutin setiap minggunya baik dihari libur kuliah maupun tergabung dalam salah satu cabang club olahraga di
kampus yang memungkinkan untuk berolahraga dalam intensitas sedang serta durasi yang cukup. Hal tersebut menyebabkan perbedaan kemampuan pengambilan
oksigen, kemampuan dan metabolisme dan kebugaran yang dimiliki seseorang. Hasil uji hubungan pada penelitian ini, yaitu diperoleh adanya hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin dengan kebugaran pada mahasiswa. Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Gray 2003 di Portugis
dengan menggunakan metode 20 m Shuttle run test diperoleh hasil bahwa laki-laki lebih bugar dibandingkan dengan perempuan. Jenis kelamin merupakan variabel
yang tak dapat dikendalikan. Hal ini disebabkan karena jumlah kadar hemoglobin dalam darah pada laki-laki jauh lebih banyak dibandingkan pada perempuan. Hasil
penelitian lainnya yang sejalan dilakukan oleh Saqurin 2013 dengan subjek