Teori tersebut didukung dengan hasil penelitian ini yaitu sebagian besar mahasiswa memiliki asupan protein yang cukup. Dari hasil tersebut juga
diketahui bahwa perempuan memiliki rata-rata asupan protein lebih tinggi dibandingkan laki-laki serta tidak ditemukannya hubungan antara asupan
protein dengan kebugaran pada mahasiswa. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa otot tidak menanggapi kelebihan protein dengan hanya
menerimanya karena cara untuk membuat sel-sel otot tumbuh adalah untuk membuat otot bekerja Williams, 2002. Otot akan merespon dengan
mengambil nutrisi termasuk asam sehingga otot tersebut dapat tumbuh. Sehingga, kelebihan protein justru menurunkan kebugaran seseorang.
Seperti halnya hasil uji korelasi penelitian, teori tersebut didukung dengan sebuah penelitian yang dilakukan pada 80 anak dan remaja di Georgia,
AS diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein dan kebugaran daya tahan kardiovaskuler dengan pola hubungan
negatif, yakni semakin tinggi asupan protein maka kebugaran responden tersebut akan semakin rendah Bernard Gutin dkk., 2002. Penelitian lain yang
juga mendukung hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat 3,3 ibu PKK yang tidak bugar akibat asupan protein yang tidak cukup Sugiarsi,
2012. Uji Mann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecukupan protein dengan kebugaran pada pekerja
Indocement di Bogor p0,05 Kharisma TamimidanRimbawan, 2015. Penelitian yang juga sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Anam dkk 2010 yang menunjukkan bahwa asupan protein tidak mempengaruhi daya tahan jantung dan paru dengan nilai p= 0,461.
Penelitian lain juga mendapatkan hasil yang sama, yakni konsumsi protein
tidak berhubungan dengan kesegaran kardiorespirasi atlet sepakbola PERSIBA Bantul p-value = 0,378 Fery Lusviana Widiany dkk., 2014.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kebugaran mahasiswa melalui intervensi asupan diet protein selama delapan minggu yang
diikuti penurunan asupan penurunan sesuai dengan kebutuhan harian individu tersebut. Intervensi ini berhasil meningkatkan kebugaran seperti yang
dikemukakan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Anam dkk 2010 pada anak obesitas dan kaitannya dengan kebugaran.
c. Asupan Lemak
Lemak merupakan penghasil energi terbesar yaitu dua kali lebih besar dibanding energi yang dihasilkan oleh karbohidrat maupun protein. Lemak
akan berperan sebagai sumber energi untuk cabang olahraga dengan intensitas latihan sedang dalam waktu yang lama. Lemak tidak banyak digunakan
sebagai bahan bakar untuk latihan minimal selama 20menit pertama dan tidak digunakan sebagai bahan bakar utama sampai setelah 2jam. Semakin moderat
intensitas latihannya seperti : jogging, menari aerobik, serta semakin lama durasinya, maka semakin besar lemak yang digunakan untuk bahan bakar.
Sedangkan, Semakin tinggi intensitas kegiatannya berlari, rintangan, dayung maka semakin besar karbohidrat yang digunakan untuk bahan bakar. Pada 20
menit pertama penggunaan lemak hanya sekitar 15 dari kebutuhan total, namun apabila latihan terus dilakukan dalam waktu yang lama 2 jam, maka
penggunaan lemak sebagai energi meningkat hingga 85 BoyledanLong, 2010. Ketika berolahraga, simpanan lemak di seluruh tubuh akan terbakar,
khususnya pada orang dengan jumlah simpanan lemak dalam jumlah besar.
Itulah sebabnya sehat secara fisik akan membuat orang terlihat langsing karena simpanan lemak di seluruh tubuh berkurang.
Berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa telah memiliki asupan lemak yang cukup. Hasil tersebut juga
menunjukkan bahwa laki-laki memiliki rata-rata asupan lemak lebih tinggi dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan oleh porsi makan laki-laki
cenderung lebih besar dibandingkan perempuan khususnya dalam pemilihan lauk dan pauk. Sementara, hasil uji hubungan menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan lemak dengan kebugaran pada mahasiswa. Konsumsi tinggi lemak berdampak buruk pada tubuh karena
tidak dapat menghasilkan VO
2
maks lebih dari 60. Konsumsi tinggi lemak 30 total kalori diketahui menurunkan asupan karbohidrat, sehingga
glikogen otot tidak dapat dijaga. Selain itu, asupan makanan tinggi lemak juga dapat menyebabkan obesitas, meningkatkan risiko jantung koroner, stroke dan
kanker. Hasil penelitian yang dilakukan Sugiarsi 2012 diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan kebugaran
kelompok ibu PKK di Kecamatan Banjarsari. Intervensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kebugaran
mahasiswa melalui lemak sesuai dengan kebutuhan harian individu tersebut. Intervensi ini berhasil meningkatkan kebugaran seperti yang dikemukakan
dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Anam dkk 2010 pada anak obesitas dan kaitannya dengan kebugaran. Intervensi lain yang dapat dilakukan
adalah dengan mengonsumsi susu rendah lemak sebagai pengganti susu yang biasa dikonsumsi mahasiswa. Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian
Kameswara 2015 bahwa terdapat perbedaaan nilai VO
2
maks dan jarak