Baik, waktunya habis. Terima kasih, Pak Jokowi. Sekarang menginjak

182 JW: Terima kasih. Sebetulnya energi yang kita punyai sangat melimpah. Baik menyangkut minyak, baik gas, dan panas bumi atau geo termal, dan juga energi yang terbarukan. Banyak kesempatan yang bisa kita kelola, kita manage dari situ. Yang pertama yang menyangkut minyak, menyangkut gas dan panas bumi, kita harus berani memutuskan, yang pertama; BBM harus dialihkan dikonversi ke gas, karena ini jelas lebih murah dan stok yang ada ini bisa mengurangi beban dari BBM. Kemudian yang kedua, juga infrastruktur yang berkaitan dengan gas itu sendiri, karena pemipaan untuk gas-gas untuk menuju baik ke industri, baik ke perumahan, ini segera harus dikerjakan. Hitungan kami pemipaan untuk gas ini kurang lebih bisa dikerjakan dalam waktu tiga tahun, dengan sebuah kecepatan yang… yang tinggi. Yang ketiga, yang paling penting, ini yang juga sangat menyedot banyak energi adalah masalah hal yang berkaitan dengan kemacetan. Oleh sebab itu, ke depan yang namanya transportasi publik, mass transportation itu harus dikerjakan secara baik, di kota-kota besar, yang ada di seluruh Indonesia ini. Tidak ada kata tidak, karena ini menyangkut sebuah visi ke depan kita, agar energi yang ada ini betul- betul bisa kita pakai se-efisien mungkin. Kemudian mengenai energi yang terbarukan, saya kira lahan-lahan kita, lahan marginal ini masih beribu-ribu hektar, lahan yang marginal, masih banyak sekali. Yang tidak perlu air, ini juga banyak tanaman-tanaman yang bisa kita pakai untuk membangun sebuah energi yang terbarukan. Misalnya, saya berikan contoh Cantel atau Sorgum, ini bisa ditanam di mana- mana, di tempat-tempat yang marginal, tetapi karena tidak ada yang… tidak ada research yang baik, tidak ada yang berani memulai, tidak ada insentif di situ, sehingga orang tidak mau masuk ke sana, dan juga pasarnya memang. Pertamina harus membuka pasar untuk itu, untuk bio-fuel harus dibuka, sehingga jangan sampai justru kita memberikan insentif untuk import minyak tetapi tidak memberikan insentif kepada energi terbarukan yang harusnya bisa dinikmati oleh para petani. Terima kasih.

M: Baik, waktunya habis. Terima kasih, Pak Jokowi. Sekarang menginjak

pertanyaan kedua dari segmen yang ketiga, saya ingin mengajukan pertanyaan kepada pasangan calon nomor urut dua, Pak Jokowi-JK. Menipisnya sumberdaya alam dan meningkatnya kerusakan dan pencemaran lingkungan menjadi indikasi belum terwujudnya pembangunan berkelanjutan. Pertanyaan saya, bagaimana strategi Pak Jokowi-JK dalam menserasikan antara pertumbuhan ekonomi, keadilan aspek sosial dan pelestarian lingkungan? Saya persilahkan untuk menjawab, waktunya tiga menit, dipersilakan 183 JW: Yah, mestinya kita harus menyeimbangkan antara kepentingan ekonomi, kepentingan hajat hidup masyarakat dan juga kelestarian lingkungan. Ketiganya ini harus berjalan paralel, berjalan beriringan, sehingga akan kita peroleh sebuah kemanfaatan, sebuah kemanfaatan yang melestarikan juga, bukan hanya urusan ekonomi, bukan hanya urusan hajat hidup masyarakat, tetapi juga kelestarian lingkungan ini tetap bisa kita jaga. Jangan ada yang dinomor satukan, yang ini dinomor duakan ini. Semuanya harus berjalan secara paralel. Dan kita tahu semuanya, sekarang ini hutan kita rusak, daerah aliran sungai kita juga rusak, kemudian terumbu karang di pantai kita juga rusak. Karena apa? kita terlalu mengejar pertumbuhan ekonomi dan tidak memperhatikan kelestarian lingkungan. Tiga hal itulah yang saya kira harus kita jalankan secara berkesinambungan, berkelanjutan, sehingga betul-betul bahwa lingkungan kita ini bisa kita jaga, karena ini adalah yang akan kita berikan kepada anak cucu kita. Kita tidak bisa… kita tidak bisa lagi berteori, kita tidak usah lagi menyampaikan hal yang muluk-muluk, tetapi apa yang sudah kita ketahui segera kita kerjakan, apa yang kita ketahui segera kita laksanakan dan apa yang kita ketahui segera kita implementasikan, karena kekurangan kita sekarang ini melaksanakan. Merencanakan sudah banyak sekali, tapi melaksanakannya kita yang kurang. Oleh sebab itu menurut saya yang terpenting melaksanakan.

M: Pak Jokowi