Terima kasih, mohon untuk dijawab dalam waktu dua menit, mulai sekarang. Terima kasih. Kemudian berikutnya Bapak Hatta mohon menanggapi jawaban

170 hasil-hasilnya. Sehingga hasil-hasilnya jelas untuk kebaikan semua. Karena tadi hampir kita semuanya merasa bahwa riset kita belum mampu untuk mengatasi dinamika kemajuan teknologi, sehingga kita kemasukan teknologi yang paling banyak dari luar. Itu yang saya maksud bahwa bagaimanapun koordinasi dan ukuran-ukuran keberhasilan itu tetap harus kita punyai. Terima kasih.

M: Baik, terima kasih Bapak Jusuf Kalla. Berikutnya Bapak Hatta saya mohon

untuk menanggapi tanggapan tersebut, dua menit, sekarang. HR: Terima kasih, ibu moderator. Tentu saja Bapak JK yang terhormat, koordinasi harus dilakukan. Oleh sebab itu tujuh lembaga itu berada langsung di bawah koordinasi Kementrian Riset dan Teknologi. Nah, kita setuju bahwa harus ada penajaman pada riset-riset yang bisa cepat terdifusi di dalam sektor-sektor setuju. Oleh sebab itu, koordinasi yang menyangkut anggaran, koordinasi yang menyangkut riset-riset yang betul-betul diperlukan oleh bangsa ini, saya menyebutkan enam yang terpenting sekali; pangan, energi, transportasi, pertahanan, kedokteran dan kesehatan, dan menyangkut kebumian termasuk juga di dalamnya adalah maritim kita. Nah, ini memang penajaman pada sisi itu harus kita lakukan agar semakin cepat aliran dari knowledge menuju ke inovasi untuk membangun perekonomian bangsa kita, saya setuju. Untuk itu, harus ada koordinasi yang baik, hal seperti itu, terutama di dalam pendanaan dan penajaman-penajaman. Ma kasih.

M: Terima kasih. Berikutnya kita menginjak ke pertanyaan keempat. Saya

persilakan Bapak Hatta Rajasa untuk bertanya kepada Bapak Jusuf Kalla dalam waktu dua menit, mulai sekarang. HR: Terima kasih, pertanyaan saya sederhana, bapak. Apa kira-kira pandangan Pak JK terhadap sistem pendidikan kita sekarang ini, dan dikaitkan dengan pandangan Pak JK pada waktu dulu, ini dulu, yang kurang sependapat pendidikan gratis. Sekarang ini pendidikan gratis dikembangkan sampai 12 tahun. Seperti misalkan kami menggratiskan pendidikan mulai usia dini sampai ke SMA. Nah, kira-kira apakah dalam konteks ini pak JK melihat ada yang disebut dengan keadilan, inklusifisme di situ, dan pendidikan yang bersifat universal? Ma kasih, Pak.

M: Terima kasih, mohon untuk dijawab dalam waktu dua menit, mulai sekarang.

JK: Ya, pendidikan gratis adalah keniscayaan, sudah terjadi, sesuai aturan, otomatis kita harus laksanakan. Bahwa kita boleh berbeda pandang sebelumnya dan begitu kita sepakat, maka kita sepakat. 171 Itu yang ingin saya sampaikan. Kenapa harus ada cross-subsidi? Karena apabila tidak ada cross-subsidi antara mampu-tidak mampu, maka akan terjadi dua kelas pendidikan. Pendidikan gratis penting. Namun, bagi yang mampu ternyata membayar puluhan kali lipat daripada seharusnya karena dia eksklusif di sekolah-sekolah yang quote on quote “sekolah Internasional”. Maka, mereka pun harus membayar sesuatu untuk cross-subsidi kepada yang tidak mampu dalam bentuk pajak yang baik, dalam bentuk suatu kerja sama. Supaya jangan terjadi dua kelas pendidikan. Pendidikan gratis dan pendidikan yang mahal yang terjadi harus ada kerja sama keduanya. Walaupun tentu kita setuju dan kita harus menjalankan sekolah gratis itu yang kita kenal dengan Indonesia Pintar dan sebagainya, karena sangat penting untuk rakyat. Tapi realitanya adalah masyarakat yang mampu, mungkin juga cucunya Pak Hatta sekolah dimana? Sekolah dimana cucu, di sekolah gratis atau sekolah mahal? Cucunya Pak Hatta. HR: Cucu? JK: Iya, anak atau cucu. HR: Cucu belum sekolah. JK: Oo belum sekolah. Anak sekolah mahal atau tidak, murah? Artinya seperti itu. Ini untuk diketahui bahwa ada hal yang harus kita perbaiki sistem ini, sehingga ada cross-subsidi sehingga tidak menimbulkan dua macam sekolah yang berlebihan. Sehingga dapat kita menjamin arah pendidikan nasional yang benar. Seperti itu.

M: Terima kasih. Kemudian berikutnya Bapak Hatta mohon menanggapi jawaban

tersebut, dua menit, mulai sekarang. HR: Terima kasih, Bapak JK. Saya masih belum apa, belum pas betul dengan jawaban tadi itu. Karena, menurut pandangan kami pendidikan berkeadilan dan inklusif serta berkesinambungan itu adalah hak mendasar dari warga negara. Sebagaimana disebutkan di dalam pasal 31 ayat 1 “Tiap-tiap warga negara berhak atas pendidikan”. Ayat duanya mengatakan “Setiap warga negara wajib memenuhi pendidikan dasar. Pemer intah wajib membiayai”. Inilah yang disebut dengan inklusif berkeadilan. Tidak membedakan. Sedangkan apabila ada kaya dan miskin, tidak tercermin di dalam sekolah gratis. Yang kaya akan membayar pajak lebih besar daripada yang miskin, tentu ia memenuhi kewajiban-kewajiban konstitusinya dalam kapasitasnya sebagai orang kaya. Tapi tidak pada pendidikan itu. Oleh sebab itu, kita bersyukur bahwa konstitusi kita sudah mengatur tentang pendidikan yang dibiyai oleh negara. Kalau perlu, kita terus naik sampai ke tingkat perguruan tinggi. Terima kasih, Pak JK. 172

M: Terima kasih. Berikutnya saya mohon Bapak Jusuf Kalla untuk memberikan