Terima kasih. Bapak Hatta mohon untuk menanggapi tanggapan tersebut. Dua Terima kasih, terima kasih. Kemudian giliran berikutnya saya persilakan

166 kolaborasi nasional kita. Dan itu kita bangun dua kali 7 megawatt di Kalimantan Timur, sampai sekarang berjalan. Saya sayangkan kalau kemudian kita membangun 10.000 megawatt yang 100China, dan tidak sama sekali membangun kemampuan dalam negeri kita. Nah, menurut saya, saya bangga dengan itu, Pak JK. Terima kasih. M: Terima kasih. Moh… Mohon… Mohon untuk ditanggapi jawaban tersebut, dua menit, mulai sekarang. JK: Terima kasih. Jadi, turut berbangga bahwa hasilnya undang-undang tadi. Bukan inovasi teknologi yang pokok, gitu kan? Tadi benar kalau inovasi bibit, tapi kita masih impor beras, makin banyak malah. Nanti pada zaman 98 justru, 2008-2009, kita swasembada pangan, minta maaf waktu saya di pemerintahan. Tapi setelah itu impor lagi. Jadi, bagaimana itu terjadi bibit yang diciptakan itu ternyata impor terus seperti itu. Ini penting untuk diketahui bahwa memang kita harus konsekuen kepada pelaksanaan daripada hal-hal tersebut untuk mencapai suatu swasembada, kontinuitasnya, dan sebagainya. Tentang listrik. Yang diimpor China di atas 100 mega, Anda tahu. Semua di bawah 50 ke bawah itu diberikan kepada pengusaha nasional untuk mengembangkan teknologi nasional. Itu aturannya pada zaman 10.000 itu. Jadi bukan justru kita bikin aturannya yang di bawah 50 harus pengusaha dalam negeri, tetap konsekuen pada itu. Bahwa ada yang tidak selesai saya tidak tahu kenapa PLN tidak selesai seperti itu. Itu masalahnya.

M: Terima kasih. Bapak Hatta mohon untuk menanggapi tanggapan tersebut. Dua

menit mulai sekarang. HR: Ya, terima kasih. Pak JK memang, saya bangga karena itu inovasi. Karena inovasi adalah invention, temuan, hasil riset, yang terdifusi dalam sektor, dan itu menghasilkan bibit unggul yang sekarang masuk ke dalam market. Itulah inovasi. Jadi inovasi yang sangat mendasar, menyangkut pangan nasional kita. Nah, bahwa kita masih mengimpor, Pak JK kan sudah faham juga, bahwa kita sebetulnya sesungguhnya sudah berswasembada pangan beras. Akan tetapi selalu saja ada slot untuk mengimpor, untuk kebutuhan-kebutuhan masyarakat asing yang membutuhkan beras-beras tertentu. Akan tetapi kebutuhan mendasar kita, kita sudah swasembada pangan. Kecuali, apabila terjadi iklim ekstrim, di mana negara kita sering kali terjadi iklim ekstrim, yang mengganggu produksi kita, maka kita melakukan impor. Hanya bersifat insidentil. Nah, oleh sebab itu, menurut pandangan saya, agenda-agenda riset ke depan adalah membangun, mengembangkan, riset-riset yang sungguh berkaitan dengan sustainibility pangan dan energi kita. Makasih, Pak JK. 167

M: Terima kasih, terima kasih. Kemudian giliran berikutnya saya persilakan

Bapak JK, mohon maaf, saya persilakan Bapak Hatta Rajasa untuk bertanya kembali kepada Bapak JK dalam waktu dua menit. Dua menit mulai sekarang. HR: Terima kasih. Pertanyaan yang simple saja, Bapak JK. Saya membaca di dalam visi misi Bapak JK dan Pak Jokowi, itu memang tidak lagi memperhitungkan atau menolak ujian nasional. Ini suatu perkembangan menurut saya yang cukup menarik. Karena saya tahu waktu kita sama-sama di KIB Bapaklah promotor utama untuk Ujian Nasional. Apakah ada suatu perubahan di Pak JK? Kalau ada perubahan, kira-kira, hal apa yang salah dalam sistem Ujian Nasional kita? Terima kasih, Pak JK.

M: Terima kasih, mohon segera untuk langsung saja ditanggapi, mmm menjawab.